Pilpres 2024
Isu Prabowo Maju di Pilpres 2024, PA 212 Sebut Prabowo Sudah Selesai hingga Dinilai Sulit Menang
Prabowo Subianto diisukan akan maju dalam Pilpres 2024. Namun, PA 212 menilai Prabowo sudah selesai hingga Ketum Gerindra itu dinilai sulit menang.
Penulis:
Sri Juliati
Editor:
Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Prabowo Subianto diisukan akan kembali maju dalam hajatan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Sinyal majunya kembali Ketua Umum Partai Gerindra dalam Pilpres 2024, diungkapkan oleh Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani.
Dalam keterangan resminya, Muzani bilang, Prabowo akan segera memutuskan soal pencalonan presiden di Pilpres 2024 dalam waktu dekat.
Namun, tidak diketahui secara pasti, kapan Prabowo akan berbicara soal Pilpres 2024.

Menurut Muzani, Prabowo tentu akan mempertimbangkan maju kembali di Pilpres 2024 jika kader Partai Gerindra dan rakyat menghendaki.
"Jika beliau sehat, jika kader meminta, dan jika rakyat mengharapkan, tentu saja ini akan menjadi cara berpikir beliau dalam mengambil keputusan pada waktu yang tepat," ucap Muzani, dikutip dari Kompas.com.
Pernyataan anggota DPR RI itu sontak membuat banyak pihak ikut bersuara.
Termasuk sejumlah pendukung Prabowo saat maju Pilpres 2019 berpasangan dengan Sandiaga Uno.
Beberapa pendukung Prabowo di Pilpres 2019 seperti PKS dan Persaudaraan Alumni (PA) 212 kompak menolak bila Prabowo kembali nyapres di 2024.
Pun dengan Partai Demokrat yang berpendapat, 2024 adalah tahunnya generasi muda.
Berikut sejumlah pernyataan dari PKS, PA 212, Demokrat, hingga sejumlah pengamat terkait kans Prabowo di Pilpres 2024:
1. PKS Pilih Ajukan Kader Sendiri

PKS merupakan satu di antara partai yang getol mendukung Prabowo sejak mantan Danjen Kopassus itu nyapres.
Namun bila Prabowo kembali nyapres di Pilpres 2024, PKS memilih untuk berusaha mengajukan kadernya sendiri.
Tentang siapa kader yang akan diusung, PKS masih membahasnya lewat Majelis Syuro.
"PKS akan membuat keputusan melalui Majelis Syuro. Tiap partai selalu berusaha memajukan kadernya," ucap Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera, Kamis (11/6/2020).
"Tahun 2024, PKS akan berusaha mengusung kadernya sendiri, tapi PKS belum akan memutuskan dalam waktu dekat."
Meski demikian, PKS tetap mempersilakan Prabowo bila ingin maju di Pilpres 2024 sepanjang memenuhi syarat.
"Selama memenuhi syarat monggo. Haknya Pak Prabowo dan semua tokoh terbaik negeri untuk maju."
"Selama niatnya membangun negeri kita dorong dan apresiasi," kata Mardani.
2. PA 212 Sebut Prabowo Telah Selesai

Bila PKS mempersilakan Prabowo untuk nyapres, lain halnya dengan PA 212.
Sebagai kelompok yang mendukung Prabowo di Pilpres 2019, PA 212 menyebut, masa Menteri Pertahanan (Menhan) itu sudah selesai.
"Pilpres 2019 pengalaman sendiri bagi kami dan untuk perjuangan kami ke depan, Prabowo sudah finis," kata Ketua Umum PA 212, Slamet Maarif.
"Biarkan saat ini Prabowo menikmati dan menyelesaikan tugasnya sebagai Menhan," tambahnya, ketika dihubungi Tribunnews.com, Kamis (11/6/2020).
Slamet menilai, Prabowo lebih baik menjadi seorang negarawan ketimbang maju sebagai capres di Pilpres 2024.
Prabowo dapat memberikan kesempatan adanya calon presiden baru dan muda untuk memimpin Indonesia.
"Cukuplah Prabowo di 2024 menjadi negarawan dengan memunculkan capres baru yang muda."
"Kami yakin, 2024 saatnya yang muda yang pimpin negeri. Apalagi umat punya catatan sendiri kepada Prabowo yang susah untuk dilupakan di 2019," kata dia.
3. Demokrat: 2024 Milik Generasi Muda

Senada dengan PKS dan PA 212, Demokrat juga tampaknya kurang mendukung bila Prabowo maju di Pilpres 2024.
Sebab menurut politikus Demokrat, Syarief Hasan Pilpres 2024 mendatang adalah milik para generasi muda.
"Menurut saya, 2024 miliknya generasi pemimpin yang muda-muda," ujar Syarief, ketika dihubungi Tribunnews.com, Jumat (12/6/2020).
Diketahui, saat ini, Prabowo telah berumur 68 tahun dan pada 2024, Prabowo akan berusia 72 tahun.
Menurut Syarief Hasan, para senior bisa saja kembali maju karena setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk dipilih dan memilih.
Namun, Wakil Ketua MPR RI tersebut berasumsi masyarakat menginginkan pilihan pimpinan yang baru.
"Yang senior bisa saja maju, tapi asumsi saya rakyat tentu ingin pemimpin yang fresh, punya visi, memiliki komitmen yang tinggi, serta memiliki kapasitas," kata dia.
4. Prabowo Dinilai Sulit Menang

Sementara itu, kans Prabowo untuk memenangkan Pilpres 2024 diprediksi akan sangat sulit.
Demikian dikatakan pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio.
"Ya mengagetkan juga kalau beliau (Prabowo) 2024 mau maju lagi. Tapi kalau prediksi saya sih akan sulit menang."
"Sulit ya, bukan nggak mungkin," ujar Hendri, Kamis (11/6/2020).
Hal ini berkaitan dengan keputusan Prabowo yang memilih bergabung dengan koalisi pemerintahan Jokowi.
Menurut Hendri, Prabowo akan kehilangan banyak suara akibat keputusannya tersebut.
5. Hasil Survei Terbaru

Bila merujuk dari hasil survei terbaru terkait elektabilitas tokoh yang berpotensi maju di Pilpres 2024, elektabilitas Prabowo turun drastis.
Setidaknya, menurut hasil survei dari Indikator Politik Indonesia yang digelar pada 16-18 Mei 2020.
Dikutip dari Kompas.com, dari 1.200 responden yang disurvei, elektabilitas Prabowo hanya 14,1 persen apabila dibandingkan Februari 2020 yang mencapai 22,2 persen.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan, pandemi Covid-19 menjadi panggung bagi kepala daerah untuk mendongkrak popularitas.
Saat ini, posisi Prabowo sebagai Menteri Pertahanan tak bersentuhan langsung dengan penanganan Covid-19.
"Kepala daerah dengan populasi pemilih lebih besar, yang pintar mengambil momentum lah yang dapat insentif elektoralnya karena mereka lebih sering tampil di media," kata Burhanuddin kepada Kompas.com, Selasa (9/6/2020).
"Ini yang menjelaskan mengapa elektabilitas Prabowo turun karena posisi beliau sebagai Menhan tidak langsung bersentuhan dengan Covid," imbuh dia.
Walau masih jadi yang tertinggi, tapi elektabilitas Prabowo mulai dibayang-bayangi oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
(Tribunnews.com/Sri Juliati, Vincentius Jyestha Candraditya, Kompas.com/Tsarina Maharani)