Selasa, 26 Agustus 2025

Eksklusif Tribunnews

Nasib Juru Kunci Makam Inggit Garnasih dan Cut Nyak Dhien: Asep Makan Singkong, Oneng Suguhkan Kopi

Kehadiran para peziarah inilah yang membawa rezeki bagi juru kunci yang merawat makam orang-orang yang berjasa bagi republik ini.

Editor: Dewi Agustina
TRIBUN/CECEP BURDANSYAH
Makam Inggit Garnasih, di pemakaman umum Babakan Ciparay, di Margahayu Utara, Kelurahan Babakan Ciparay, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (10/8/2020). TRIBUNNEWS/CECEP BURDANSYAH 

TIDAK banyak orang yang tahu siapa sosok Inggit Garnasih dan Tjut Nyak Dien. Terlebih pada Inggit, karena ia sampai sekarang belum menyandang status sebagai pahlawan nasional.

Pada Tjut Nyak Dhien, orang mungkin ingat namanya karena ia ada dalam buku pelajaran sejarah.

Di antara orang yang sedikit mengenal kedua sosok wanita tangguh ini, selalu saja ada beberapa orang yang berkunjung ke makam Inggit dan Tjut Nyak Dien. Setiap hari, meski terbilang sedikit.

Makam Inggit berada di Pemakaman Umum Caringin, Jalan Makam Caringin, Kelurahan Margahayu Utara, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung.

Hanya memerlukan waktu kurang dari sepuluh menit dari Alun-alun Kota Bandung.

Sementara makam Tjut Nyak Dien berada di kompleks pemakaman anggota keluarga milik Siti Khodijah, tidak jauh dari pusat Pemerintahan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, di Desa Sukajaya, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang.

Baca: Pemprov DKI Jakarta Imbau Warga Gelar Lomba HUT RI Secara Virtual

Dari Kota Bandung butuh waktu sekira 30 menitan. Dari Alun-Alun Sumedang hanya sekira tiga menitan.

Kehadiran para peziarah inilah yang membawa rezeki bagi juru kunci yang merawat makam orang-orang yang berjasa bagi republik ini.

Masyarakat mungkin mengira para juru kunci ini mendapat gaji dari pemerintah setempat untuk keperluan hidupnya.

Pada kenyataannya, tidak semuanya mendapatkan gaji atau honor. Sekali pun dapat honor, seperti yang diterima juru kunci makam Inggit, hanya Rp 1,5 juta.

Honor sebesar itu sangat jauh dari cukup. Apalagi, sang juru kunci menggunakan honor yang kecil itu untuk merawat makam dan area sekitarnya supaya tetap bersih, rapi dan nyaman.

Seorang penari memegang bingkai foto Inggit Garnasih diiringi tarian oleh sejumlah penari lainnya di Jalan Ibu Inggit Garnasih, Kota Bandung, Minggu (2/2/2020). Pementasan street art performance dari Rumah Bersejarah Inggit Garnasih sampai Sakola Ra'jat Iboe Inggit Garnasih itu, sebagai pembuka rangkaian kegiatan Bulan Cinta Ibu Bangsa Inggit Garnasih Ke-6. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)
Seorang penari memegang bingkai foto Inggit Garnasih diiringi tarian oleh sejumlah penari lainnya di Jalan Ibu Inggit Garnasih, Kota Bandung, Minggu (2/2/2020). Pementasan street art performance dari Rumah Bersejarah Inggit Garnasih sampai Sakola Ra'jat Iboe Inggit Garnasih itu, sebagai pembuka rangkaian kegiatan Bulan Cinta Ibu Bangsa Inggit Garnasih Ke-6. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

"Untuk biaya perawatan makam Tjut Nyak Dhien, sama sekali tak ada biaya dari mana pun, termasuk tak ada honor untuk juru kunci yang menunggu dan merawat. Untuk kehidupan sehar-hari, istilahnya saya ini mengikuti Ibu Tjut Nyak Dien," kata Asep (56), juru kunci makam Tjut Nyak Dien, saat ditemui Tribun Network di Sumedang, Senin (10/8/2020).

Asep menjaga dan mengurus makam Tjut Nyak Dien sudah enam tahun, bersama ayahnya, Dadan.

Sejak ayahnya meninggal satu setengah tahun lalu, Asep tinggal di area pemakaman sendirian.

Dengan telaten tiap hari ia menyapu, mengecat pagar, melap batu marmer makam, membabat pohon yang sekiranya bakal ambruk dan mengancam ke gazebo makam.

Halaman
123
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan