Hari Santri
Dukung Pendidikan Keagamaan di Masa Pandemi, Pesantren Digelontor Rp 2,6 Triliun
Tema tersebut terkait dengan wabah covid-19 yang masih belum menunjukkan tanda-tanda menurun.
Editor:
Hendra Gunawan
Sri Mulyani mengatakan, jumlah santri yang sangat besar ini memegang peranan
sangat penting strategis dan unik di dalam pembangunan negara.
"Masyarakat semangat resolusi jihad yang digaungkan santri 75 tahun yang lalu.
Kiranya pada hari ini dapat menjadi semangat yang membara dalam rangka
berkontribusi membangun Indonesia, meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
dan menciptakan negara Indonesia yang adil dan makmur," ujarnya.
Sri Mulyani mengatakan, bangsa Indonesia dan dunia saat ini sedang diuji dengan pandemi Covid-19 yang tidak hanya berdampak pada sisi kesehatan, juga pada aspek sosial, ekonomi, dan keuangan.
Pemerintah, lanjut dia, terus melakukan upaya untuk menangani Covid-19 tidak hanya dari aspek kesehatan, juga kondisi sosial dan ekonomi.
"Pemerintah mengalokasikan berbagai anggaran. Tujuannya dalam rangka
menolong masyarakat dan dunia usaha untuk bisa bertahan dan kembali pulih," kata
Sri Mulyani.
Menkeu menambahkan, pemerintah menjadikan Hari Santri Nasional yang jatuh
pada hari ini sebagai momentum untuk memperkuat daya saing ekonomi dan
keuangan syariah.
"Bapak Presiden Republik Indonesia telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional dengan merujuk pada peristiwa bersejarah.
Ditetapkan seruan resolusi jihad oleh pahlawan nasional Kyai Haji Hasyim Asyari
pada tanggal 22 Oktober 1945," pungkasnya.
Pemerintah menetapkan setiap 22 Oktober sebagai hari santri. Tahun ini,
pemerintah menetapkan tema “Santri Sehat Indonesia Kuat”.
Tema tersebut terkait dengan wabah covid-19 yang masih belum menunjukkan tanda-tanda menurun.
“Tema ini adalah komitmen kita bersama dalam mendorong kemandirian dan
kekhasan pesantren.
Saya yakin jika santri dan keluarga pesantren sehat, dan bisa melewati pandemi Covid-19 ini dengan baik, Insya Allah negara kita juga sehat dan kuat,” ujar Menteri Agama Fachrul Razi.
Menurutnya, pesantren tempat santri menimba ilmu merupakan entitas yang rentan
terpapar Covid-19.
Keseharian dan pola komunikasi para santri terbiasa tidak berjarak, antara satu dengan lainnya.
“Pola komunikasi yang islami, unik dan khas, namun sekaligus rentan penularan virus,” ujarnya.