Penanganan Covid
Tiga Alasan Mengapa Perempuan Harus Dapat Perhatian Khusus di Masa Pandemi Covid-19
Para perempuan ini adalah garda terdepan dalam penanganan Covid-19. Sehingga jasa para perempuan di tengah pandemi Covid-19 sangat penting.
Penulis:
Fahdi Fahlevi
Editor:
Dewi Agustina
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur PUSAD Paramadina Ihsan Ali Fauzi menilai sosok perempuan patut mendapatkan perhatian khusus di masa pandemi Covid-19 ini.
Menurutnya, terdapat tiga alasan bagi masyarakat untuk menghargai sosok perempuan.
"Pandemi Covid-19 memaksa kita untuk lebih menghargai teman-teman perempuan," ujar Ihsan melalui keterangan tertulis, Minggu (21/2/2021).
Alasan pertama, menurut Ihsan, adalah banyaknya tenaga kesehatan yang berjenis kelamin perempuan.
Para perempuan ini adalah garda terdepan dalam penanganan Covid-19. Sehingga jasa para perempuan di tengah pandemi Covid-19 sangat penting.
Baca juga: Kemenkes Rilis Situs Pendaftaran Vaksinasi Covid-19 Bagi Lansia di 34 Kota Provinsi, Ini Daftarnya
Baca juga: Saat Ini Tercatat Ada 158.197 Kasus Aktif Covid-19 di Indonesia
"Ada hikmah di balik pandemi, tekanan itu membuat kita sering mendengar, memperhatikan nasihat tenaga kesehatan. Dengan begitu kita menggantung nyawa kita kepada mereka," kata Ihsan.
Ihsan memaparkan bahwa dalam studi konflik dan perdamaian ada satu hipotesis yang menyatakan bahwa perempuan lebih bersahabat kepada perdamaian daripada lelaki.
Alasan kedua, menurut Ihsan, adalah karena beban perempuan lebih besar dibanding laki-laki di masa pandemi Covid-19.
Beberapa laporan terkait Covid-19, menyebutkan perempuan adalah kelompok yang lebih menderita dan terbebani akibat Pandemi Covid-19 dibanding laki-laki.
"Beberapa teman perempuan menyebut beban mengurusi keluarga lebih berat," ucap Ihsan.
Sementara alasan ketiga adalah karena perempuan dianggap lebih berhasil menangani pandemi Covid-19.
"Bagaimana pandemi lebih memberatkan perempuan dan kita harus lebih menghargai jasa mereka. Perempuan ebih telaten dalam menghadapi krisis ini," tutur Ihsan.
Beberapa laporan menyebutkan bahwa para pemimpin perempuan lebih berhasil dalam menanggapi krisis akibat Covid-19.
Para pemimpin perempuan, misalnya di Selandia Baru dan Jerman, menawarkan cara mengkomunikasikan masalah secara lebih jelas dan transparan, dilengkapi dengan unsur empati yang kuat, dan tanpa disertai retorika yang memecah-belah.