Penanganan Covid
Update Corona di Indonesia 8 Maret 2021: Bertambah 6.894, Total Kasus Covid-19 Berjumlah 1.386.556
Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan Covid-19 memperbarui data jumlah pasien positif corona di Indonesia, Senin (8/3/2021).
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan Covid-19 memperbarui data jumlah pasien positif corona di Indonesia, Senin (8/3/2021).
Berdasar data pada situs covid19.go.id, pasien terkonfirmasi positif Covid-19 bertambah 6.894 orang.
Kini total kasus positif Covid-19 di Indonesia berjumlah 1.386.556 orang.
Angka tambahan ini seperti diketahui meningkat ketimbang hari Minggu kemarin, yang mencapai 5.826 kasus.
Baca juga: Dari Kanisius untuk Indonesia: Vaksinasi Lansia Demi Akhir Pandemi Covid-19
Data tersebut juga menunjukkan penambahan pasien sembuh mencapai 8.725 orang.
Adapun total pasien sembuh secara keseluruhan sebanyak 1.203.381 orang.
Sementara, jumlah yang meninggal dunia menjadi 37.547 orang setelah ada penambahan kasus meninggal hari ini sebanyak 281 orang.
Baca juga: Pegawai Kemensos Akui Uang Vendor Bansos Covid-19 Mengalir ke BPK, Nama Achsanul Qosasi Disebut
Jumlah Suspek yang dipantau per hari ini tercatat sebanyak 64.914 orang. Adapun spesimen yang diperiksa hari ini sebesar 50.261 spesimen.
Seperti diketahui, pada Minggu (7/3/2021) kemarin, kasus positif Covid-19 total sebanyak 1.379.662 kasus.
Sementara, jumlah pasien sudah sembuh menjadi 1.194.656 orang. Adapun total pasien meninggal dunia sejumlah 37.266 orang.
Pandemi Covid-19 Picu Trauma Massal
Pandemi virus corona (Covid-19) telah menyebabkan munculnya trauma massal dalam skala yang lebih besar dibandingkan Perang Dunia (PD) II.
Dampaknya pun diprediksi akan berlangsung selama bertahun-tahun.
"Setelah Perang Dunia (PD) II, dunia mengalami trauma massal, karena PD II mengorbankan banyak nyawa. Dan sekarang, bahkan dengan pandemi Covid-19 ini, dengan skala yang lebih besar, lebih banyak nyawa yang terkena," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam konferensi pers, Jumat lalu.
Dikutip dari CNBC, Minggu (7/3/2021), Tedros kembali menekankan, masyarakat global sangat terpengaruh pandemi ini dan peristiwa ini telah menciptakan trauma massal.
Baca juga: Terjadi Kenaikan Kasus Covid-19 di Dunia, WHO: Terlalu Dini Hanya Andalkan Vaksin
"Hampir seluruh dunia terpengaruh, setiap individu di dunia benar-benar terpengaruh. Dan itu berarti terjadi trauma massal yang melebihi proporsinya, bahkan lebih besar dari yang dialami dunia setelah Perang Dunia II," tegas Tedros.
Baca juga: 4 Orang di Guinea Meninggal karena Ebola, WHO: Risiko Penyebaran ke Negara Tetangga Sangat Tinggi
Tedros kemudian menggarisbawahi efek yang ditimbulkan pandemi pada kesehatan mental.
"Dan ketika ada trauma massal, itu mempengaruhi masyarakat selama bertahun-tahun yang akan datang," jelas Tedros.
Pernyataan ini muncul sebagai tanggapan terkait pertanyaan tentang 'apakah negara-negara harus lebih mempertimbangkan dampak pandemi terhadap ekonomi dan kesehatan mental, saat mereka membuat 'peta jalan' untuk masa depan?'.
Kepala Unit Penyakit Baru dan Zoonosis WHO, Maria Van Kerkhove mengatakan bahwa kesehatan mental harus diutamakan.
"Jawabannya pasti ya, ada variasi dalam hal dampak yang ditimbulkan pada individu, apakah anda kehilangan orang yang dicintai, anggota keluarga atau teman karena virus ini? Apakah anda kehilangan pekerjaan, kehilangan anak-anak yang belum pernah bersekolah, atau menjadi orang yang terpaksa tinggal di rumah dalam situasi yang sangat sulit ini," kata Kerkhove.
Kerkhove menambahkan bahwa dunia masih dalam 'fase akut' setelah terdampak pandemi, saat virus ini menewaskan puluhan ribu orang setiap minggu.
Ia menambahkan, bagaimanapun juga, korban yang mengalami kesehatan mental akibat pandemi ini akan muncul sebagai masalah yang besar dalam jangka panjang.
"Perlu lebih banyak penekanan oleh pemerintah, komunitas, keluarga, individu untuk menjaga kesejahteraan," papar Kerkhove.
Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO, Dr. Mike Ryan mendesak orang-orang untuk tidak hanya menyoroti tentang fenomena kesehatan mental pada korban pandemi sebagai suatu masalah saja.
Namun juga membahas mengenai solusinya dari dampak pandemi ini pada kesehatan mental.
"Kesehatan mental dan psikologis berada di bawah tekanan, itu benar. Namun yang harus kami lakukan adalah memberikan dukungan psikososial kepada masyarakat dan komunitas," kata Dr Ryan.