Rabu, 27 Agustus 2025

Ramadan 2021

Khatib Aam PBNU Jelaskan Alasan Pancasila Justru Garis Bawahi Sendi-sendi Islam

KH Yahya Cholil Staquf menyatakan Pancasila justru menggarisbawahi sendi-sendi Islam dalam konteks peradaban manusia

Editor: Johnson Simanjuntak
Ist
KH Yahya Cholil Staquf, menyampaikan 'Inspirasi Sahur: Islam dan Kebangsaan' yang diselenggarakan Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan (PDIP). 

TRIBUNNEWS.COM, Jakarta - Ulama senior Nahdlatul Ulama (NU) KH Yahya Cholil Staquf menyatakan Pancasila sama sekali bukanlah ideologi yang thagut.

Sebaliknya Pancasila justru menggarisbawahi sendi-sendi Islam dalam konteks peradaban manusia.

Hal itu disampaikan KH Yahya Cholil Staquf, yang juga Khatib Aam Pengurus Besar NU ketika menyampaikan 'Inspirasi Sahur: Islam dan Kebangsaan' yang diselenggarakan Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan (PDIP).

Pernyataannya bisa dilihat dan ditonton ulang di akun resmi youtube @bknp pdi perjuangan, Senin (3/5/2021).

Pengasuh Ponpes Raudlatut Thalibien Rembang itu mengatakan, bukan Islam yang menguatkan Pancasila, namun justru Pancasila yang telah menguatkan Islam. Sebab Pancasila merupakan terjemahan nilai-nilai utama Islam yang menemukan konteks.

Dia melihat banyak orang yang mengecilkan Pancasila dan melabelinya thagut. Baginya, orang demikian adalah yang kurang belajar soal isi Islam dan makna Pancasila. Orang seperti ini biasanya juga tak memperhatikan teks dan konteks. 

“Orang-orang yang bilang Pancasila thagut itu, ini dia hanya mencari-cari alasan agar bisa memaksa orang lain kembali lagi ke format peradaban sebelum perang dunia pertama. Maka ini akan menjadi malapetaka yang luar biasa bagi peradaban umat manusia," kata KH Yahya Staquf. 

"Kenapa? Karena seluruh negara bangsa ini disuruh bubar semua untuk bergabung ke dalam satu kekhilafahan seperti dulu. Anda bisa bayangkan kita harus berperang lagi berapa puluh tahun,” tambah kemenakan Gus Mus ini.

Baca juga: Ahmad Basarah: Pancasila Puncak Kebudayaan Bangsa Indonesia

Padahal, menurut dia, bisa dikatakan bahwa Pancasila merupakan terjemahan Islam untuk diterapkan peradaban dunia dalam konteks pasca perang dunia kedua. Dan isinya tidak ada yang bisa dipertentangkan.

“Bahkan menurut saya, Pancasila dengan persis sekali menggarisbawahi sendi-sendi Islam dalam konteks peradaban manusia seluruhnya. Misalnya pembukaan UUD 1945, kemerdekaan hak segala bangsa. Ini adalah basis dari peradaban. Jadi Indonesia lahir sebagai penanda momentum sejarah memberi arah kemana bangsa ini berjuang,” bebernya.

Maka itulah, KH Yahya Staquf menekankan jika ingin Islam hadir secara membumi di dalam peradaban baru, maka orang Indonesia harus berbicara Pancasila. Ditegaskannya, Pancasila adalah terjemahan yang terbaik tentang bagaimana Islam dibumikan ke dalam peradaban tata dunia baru yang lebih mulia.

Kyai Staquf juga menyentuh isu kerap digulirkan di publik tentang Pancasila vs Islam. Seperti sejarah penghapusan tujuh kata dalam sila pertama pada Piagam Jakarta.

Menurutnya, ada yang menganggapnya sebagai produk sebuah proses negosiasi, yang memang mungkin terjadi. Namun dirinya pribadi lebih percaya bahwa hal itu merupakan wujud sebuah visi.

"Keyakinan saya, ada visi mendasar dalam hal ini. Karena kalau kita sudah berbicara Pancasila, ngapain masih bicara syariat? Pancasila bilang Ketuhanan Yang Maha Esa, lha itu semua sudah otomatis itu syariat kenapa diperdebatkan lagi? Sehingga tujuh kata ini hakikatnya tidak diperlukan,” bebernya.

“Bangsa ini visioner dan modern menempatkan warganya setara di mata hukum sehingga tidak boleh satu pun di dalam dokumen fundamental seperti Pancasila ini seolah memberi kesan perbedaan satu kelompok dengan yang lain. Umat hindu ya menjalankan syariat hindu, umat budha juga dengan syariat budha, umat islam ya syariat islam. Kan sudah jelas itu saya rasa,” jelasnya.

Halaman
12
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan