Penanganan Covid
Pemerintah Sasar 141,2 Juta Kelompok Masyarakat Rentan untuk Divaksin Juli Hingga Agustus
Kementerian Kesehatan melakukan langkah penyederhanaan alur vaksinasi dari lima meja pelayanan menjadi dua meja pelayanan.
Editor:
Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah menargetkan, pada periode vaksinasi gelombang kedua yang berlangsung Juli hingga Agustus 2021 menyasar 141,2 juta kelompok masyarakat rentan.
Jubir Vaksinasi Covid-19 Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmidzi memaparkan, dalam vaksiniasi ini ditargetkan masyarakat yang berada di daerah dengan risiko penularan tinggi serta masyarakat lainnya dengan pendekatan klaster.
"Ada tiga kriteria dengan rentang usia tertentu yang berisiko pada angka kematian, di antaranya usia di atas 60 tahun dengan 19,5 kali lipat risiko, usia 46-59 tahun dengan risiko 8,5 kali lipat dan usia 31-45 tahun dengan risiko dua hingga empat kali lipat," kata Nadia dalam kegiatan virtual bertajuk Mengenal Varian Baru Covid-19 dan Efektivitas Vaksin kemarin.
Sebelumnya pada gelombang pertama program vaksinasi nasional kelompok yang menjadi sasaran adalah 1,3 juta tenaga kesehatan di 34 provinsi, 21,5 juta lansia, 17,4 juta petugas publik.
Ia juga menjelaskan, Kementerian Kesehatan melakukan langkah penyederhanaan alur vaksinasi dari lima meja pelayanan menjadi dua meja pelayanan.
Pada meja pertama, terdapat petugas kesehatan minimal dua orang yang terdiri atas petugas screnning dan vaksinator untuk melakukan screening terhadap sasaran berupa tanda vital dan pertanyaan riwayat penyakit.
"Peserta yang sudah lolos skrining dapat langsung diberikan vaksin di meja pertama dan petugas mengisi hasil screening dan vaksinasi," kata dia.
Pada meja kedua, petugas melakukan entry data dari kertas kendali ke dalam Pcare, selanjutnya waktu observasi dikurangi menjadi 15-30 menit.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyatakan, sebanyak 27 juta orang telah menerima vaksinasi Covid-19. Diharapkan, laju vaksinasi bisa dipercepat dengan ketersediaan vaksin yang juga meningkat.
Budi menyampaikan, angka penyuntikan telah kembali menyentuh 500 ribu orang per hari. Saat ini stok vaksin yang dimiliki Indonesia pada bulan Juni mencapai 20 juta vaksin.
"Jadi kalau dibagi 30 hari mampu lah kita menyuntik sebanyak 500 ribu sampai 650 ribu setiap hari. Saya minta ke seluruh gubernur, bupati, walikota untuk segera mempercepat program vaksinansinya," katanya.
Baca juga: 54 Kasus Varian Baru Covid-19 Terdeteksi di Indonesia, Vaksinasi Dikebut
Ia juga menekankan vaksinasi ini diprioritaskan untuk lansia karena merupakan risiko tinggi dan paling banyak dirawat di rumah sakit karena Covid-19.
Indonesia diketahui kembali menerima kedatangan tambahan 8 juta vaksin dalam bentuk bahan baku atau bulk yang diproduksi Sinovac Biotech Ltd.
Kedatangan ini membuat jumlah vaksin yang telah diterima Indonesia menjadi 91,9 juta dosis, kombinasi antara vaksin berbentuk jadi dan bahan baku (bulk).
Menteri BUMN dan Ketua Pelaksana KPCPEN Erick Thohir mengatakan, dengan kedatangan vaksin tahap ke-14 ini, maka hingga saat ini telah terima 3 juta dosis vaksin jadi produksi Sinovac, 6,41 juta dosis vaksin jadi produksi AstraZeneca, 1 juta dosis vaksin jadi produksi Sinopharm dimana 500 ribu merupakan hibah UEA.
Untuk dalam bentuk bahan baku atau bulk sebanyak 81,5 juta dosis vaksin produksi Sinovac yang setelah diolah di Bio Farma akan menjadi 65.5 juta dosis vaksin jadi.
"Jadi secara total, terdapat 75,9 juta dosis vaksin dalam bentuk jadi," kata Menteri Erick.
Jumlah total vaksin jadi lebih sedikit daripada jumlah total dosis yang telah tiba di Indonesia (kedatangan) dikarenakan ada wastage dan overfill dalam proses produksi dari vaksin bahan baku menjadi vaksin jadi.
Dengan demikian, total jumlah dosis kedatangan vaksin COVID-19 di Indonesia, kumulatif dari vaksin jadi dan bulk, hingga hari ini adalah sebanyak 91.910.500 dosis.
Jumlah total vaksin jadi lebih sedikit daripada jumlah total dosis yang telah tiba di Indonesia dikarenakan ada wastage dan overfill dalam proses produksi dari vaksin bahan baku menjadi vaksin jadi.
Ia menegaskan, pemerintah melindungi warganya dengan mengamankan dan meningkatkan pasokan vaksin.
"Kita patut syukuri, karena walau ditengah disrupsi pasokan dan alokasi pengadaan vaksin di dunia, stok vaksin kita aman, dan terus ditingkatkan," ujarnya.
Erick Thohir menargetkan, pengembangan vaksin Merah Putih bakal rampung antara akhir tahun 2021 atau awal tahun 2022.
"InsayaAllah akhir tahun ini atau awal tahun depan, akankah ada kemajuan vaksin merah putih atau vaksin kerja sama dengan pihak lain," jelas Erick.
Vaksin Merah Putih merupakan karya mandiri anak bangsa, dan saat ini prosesnya sudah pada tahapan penelitian berskala laboratorium atau lab skill research dan tahapan faktor ekspresi.
Baca juga: 562.242 Penyandang Disabilitas Mulai Terima Vaksinasi Covid-19
Dalam tahapan ini, Kementerian Riset Teknologi/Badan Riset Inovasi Naisonal (Kemenristek BRIN) terus memonitor pengembangannya.
Pemerintah sudah mempersiapkan proses pengadaan vaksin hingga tahapan industrialnya demi terjaminnya produksi vaksin dalam jumlah besar.
Pemerintah juga membuka peluang kerja sama dengan pihak industri swasta nasional untuk turut serta mensukseskan percepatan pengembangan Vaksin Merah Putih yang menjadi modal bangsa dalam penanganan pandemi Covid-19 jangka panjang.
Diketahui saat ini dalam upaya percepatan pengembangan Vaksin Merah Putih merupakan kolaborasi lembaga riset, lembaga pemerintah non kementerian, dan perguruan tinggi, seperti LBM Eijkman, LIPI, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga dan Universitas Gajah Mada.
"Sebagai info sesuai penugasan, kita terus kerja keras untuk mendapatkan vaksin merah putih, yang sekarang bekerja sama dengan 5 Universitas dan 2 lembaga penelitian," ujar Erick.
"Kita juga membuka kerja sama dengan pihak lain, agar bisa memproduksi vaksin sendiri bukan hanya impor," ujarnya.(Tribun Network/ism/rin/fik/wly)