Kinerja Jokowi
Jokowi The King of Lip Service: Pengamat Hingga Politisi Tanggapi Sikap Rektor UI, Jangan Lebai
Sejumlah tokoh nasional, pengamat hingga politisi menilai sikap represif Rektor UI Ari Kuncoro terhadap aktivis BEM UI terlalu berlebihan.
Penulis:
Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sikap Rektorat Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro yang langsung melakukan pemanggilan kepada pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI pasca munculnya kritik BEM UI terhadap Presiden RI Joko Widodo yang memberikan predikat “The King of Lips Service” menuai pendapat publik.
Sejumlah tokoh nasional, pengamat hingga politisi menilai sikap Rektor UI Ari Kuncoro terlalu berlebihan.
Ketua Institut Harkat Negeri (IHN) Sudirman Said menegaskan, pimpinan UI harus bijak dalam menyikapi pandangan kritis mahasiswanya terhadap kinerja Pemerintah.
“Suara kampus hendaknya disikapi sebagai suara nurani. Terlebih sikap mahasiswa yang merupakan kader masa depan bangsa. Semoga Pimpinan UI cukup bijaksana menyikapi ungkapan kepedulian para aktivis mahasiswanya,” kata Sudirman Said kepada wartawan di Jakarta, Minggu (27/6/2021).
Sudirman Said menjelaskan, sejak dulu mahasiswa merupakan kelompok kritis yang meluruskan jalannya negara atau pemerintahan. Bahkan, sejak Indonesia belum merdeka, kelompok terpelajar tersebut selalu menjadi pelopor perjalanan bangsa.

Sudirman yang juga tokoh kemanusiaan ini menyebutkan pada tahun 1908 mahasiwa mempelopori Gerakan Kebangkitan Nasional.
Sedangkan pada tahun 1928 menjadi penyuara persatuan bangsa melalui Gerakan Sumpah Pemuda serta pada tahun 1945 kaum terdidik menjadi tulang punggung dalam Proklamasi Kemerdekaan yang menjadi sebagai bangsa merdeka.
“Pasca kemerdekaan peran mahasiswa kembali hadir di tahun 1965, menjaga kelurusan arah negara. Begitupun di tahun 1998 mahasiswa lah tulang punggung utama reformasi,” jelasnya.
Karena itu, apabila sekarang mahasiswa mulai bersikap kritis terhadap jalannya suatu pemerintahan, kita justeru harus berterima kasih.
“Itu artinya fungsi kontrol moral masih berjalan. Dan itu artinya ada hal-hal yang harus diluruskan dalam perjalanan negara dan bangsa. Jangan malah ditekan-tekan yang akan mematikan daya kritis dan kreatifitas mereka,” lanjutnya.
Sebelumnya, kritikan terhadap Presiden Jokowi itu disampaikan BEM UI lewat akun Twitternya, @BEMUI_Official pada Sabtu (26/6/2021).
Dalam cuitannya, BEM UI mengunggah foto Jokowi yang sudah diedit dengan background gambar bibir lengkap dengan mahkota raja. "JOKOWI: THE KING OF LIP SERVICE," tulis BEM UI dalam caption unggah tersebut.

BEM UI menilai Jokowi kerap mengobral janji manis. Namun, menurutnya, janji Jokowi seringkali tak selaras dengan kenyataan.
"Jokowi kerap kali mengobral janji manisnya, tetapi realitanya sering kali juga tak selaras. Katanya begini, faktanya begitu. Mulai dari rindu didemo, revisi UU ITE, penguatan KPK, dan rentetan janji lainnya," ungkapnya.
Kritik ini juga ditampilkan melalui situs resmi BEM UI.
Analis Komunikasi Politik, Hendri Satrioberpendapat, gaya mahasiswa sejak zaman dulu hingga saat ini selalu menyuarakan pendapat secara terbuka dan penuh ekspresi. Apalagi, kritikan dari mahasiswa UI tersebut masih bersifat lumrah, wajar dan aktual.
“Gaya mahasiswa menyuarakan pendapatnya memang begitu. Jadi masukkan adik-adik mahasiwa UI itu masih lumrah, apalagi bila ada tuduhan pengkritik dianggap radikal, wah, kejauhan,” ungkapnya.
Jangan Rangkap Jabatan
Melalui akun Twiter-nya, @FadliZon, Senin (28/6/2021), petinggi Partai Gerindra juga mengkritik sikap Rektor UI, Ari Kuncoro yang reaktif ke mahasiswanya.
Menurutnya, negara bangkrut karena banyak membiayai pejabat yang merangkap 2 jabatan. Dia meminta Ari Kuncoro untuk memilih satu di antara dua jabatan itu.
"Bagaimana tak bangkrut, banyak pejabat rangkap jabatan n pendapatan dari negara. Rektor UI pilih salah satu aja mau jadi Rektor atau mau jd Komisaris BUMN?," tulisnya.

Postingan Twitter Fadli Zon beri kritik Rektor UI yang merangkap jabatan Wakil Komisaris BUMN BRI: Pilih Salah satu saja.
Lantaran merangkap jabatan sebagai Wakil Komisaris BRI, Ari Kuncoro diduga melakukan pelanggaran.
Awalnya, hal itu terungkap oleh cuitan milik pegiat anti-korupsi Donal Fariz, melalui akun Twitter-nya, @Donalfariz, Minggu (27/6/2021).
"Rektor UI, Prof Ari Kuncoro itu Wakil Komisaris Utama BRI. Sebelumnya Komut BNI. "Jadi paham kan kenapa pimpinan UI itu sangat sensitif dengan isu yg berkaitan dengan penguasa ?," tulis Fariz.
Tanggapan Rocky Gerung
Pengamat politik Rocky Gerung ikut menanggapi pemanggilan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) oleh Rektorat UI setelah mengkritik Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurut Rocky, pemanggilan tersebut terkesan memaksakan diri.
Padahal, para mahasiswa tersebut satu nafas dengan para civitas akademika UI yang terkenal kritis, seperti Emil Salim dan Faisal Basri.

"Mereka memaksakan diri untuk memanggil anak-anak muda yang memberi kritik pada kekuasaan,"
"Sebenarnya mahasiswi ini ada di belakang tokoh UI yang kritis seperti Emil Salim dan Faisal Basri."
"Mereka ini satu nafas, kenapa mereka nggak dipanggil? kan mereka satu citivas akademika," ungkap Rocky, dikutip dari kanal Youtube, Rocky Gerung Official, Selasa (29/6/2021).
Rocky menilai, tindakan dari BEM UI yang mengkritik Presiden Jokowi dengan menjuluki 'The King of Lip Service' sudah benar.
Menurutnya, hal itu berguna untuk mengevaluasi kinerja Presiden Jokowi. "BEM UI itu benar memberi evaluasi, itu berguna karena mahasiswa sudah sampai mengkritik untuk mengevaluasi presiden."
"Jadi itu biasa, mahasiswa punya cara untuk mempertanyakan kebijakan," ujar Rocky.
Rocky juga mengatakan, kritikan yang dilayangkan BEM UI adalah dampak dari tertutupnya kampus.
Ia menyarankan, seharusnya sejak awal mahasiswa diperbolehkan untuk membuat seminar tentang isu-isu yang menuai polemik.
"Jadi ini sebetulnya impact dari tertutupnya kampus, coba dari awal Rektor UI ini membiarkan mahasiswa bikin seminar tentang Omnibus Law, tentang UU Minerba."
"Maka kampus bisa mengambil alih isu itu dan dikemas jadi kritik akademik," ujarnya. Menurutnya, karena selama ini mahasiswa dihalangi, maka mereka berupaya mengkritik melalui publik.
Postingan akun Twitter BEM UI, menjuluki Jokowi sebagai The King of Lip Service, Sabtu (26/6/2021). (Twitter @BEMUI_Official)
Rocky meminta agar Rektor UI Ari Kuncoro tidak perlu terbawa perasaan (baper) sampai memanggil mahasiswanya.
"Justru karena dihalangi di kampus, maka dia spill over di dunia publik melalui instagram. Kreativitas itu tidak bisa dibendung, jadi sudahlah Rektor UI nggak usah baper," kata Rocky.

Ia mengungkapkan, seharusnya sejak awal Rektor UI membiarkan para mahasiswanya melakukan kritik.
Ia menyinggung agar sang Rektor tidak perlu bermimpi untuk menjadi menteri dan mengisi kabinet di Pemerintahan Jokowi.
"Kalau saya usulkan Rektor UI diam-diam saja di kampus, lakukan tugas veritas, probitas, iustitia. Tak usah bermimpi ada reshuffle itu gak bakal ada, gak bakal ada Rektor UI jadi menteri."
"Karena akan diingat oleh Pak Jokowi Rektor UI tidak bisa mengendalikan mahasiswa, apalagi mengendalikan kabinet," jelasnya.
Secara terpisah, pengamat Donal Fariz mengingatkan, ada aturan yang melarang rektor merangkap jabatan sebagai pejabat BUMN.
Larangan itu tertuang pada Pasal 35 huruf C, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 68 Tahun 2013 tentang Statuta UI. Pasal tersebut berbunyi:
Rektor dan wakil Rektor dilarang merangkap sebagai:
a. pejabat pada satuan pendidikan lain, baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat;
b. pejabat pada instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah;
c. pejabat pada badan usaha milik negara/daerah maupun swasta;
d. anggota partai politik atau organisasi yang berafiliasi dengan partai politik; dan/atau
e. pejabat pada jabatan lain yang memiliki pertentangan kepentingan dengan UI.
Menurut Donald, Ari Kuncoro yang memiliki jabatan sebagai Rektor UI dan Wakil Komisaris BUMN tersebut sudah bertentangan dengan Statuta UI.
“Tindakan Rektor yang merangkap sebagai Wakil Komisaris BRI tentu bertentangan dengan Statuta UI,” ujar Donal, dikutip dari Kompas.com, Senin (28/6/2021).
Donal meminta Majelis Wali Amanat UI segera bertindak melakukan klarifikasi. Dia juga mendorong pihak Ombudsman RI mendalami kejadian tersebut.
“Ombudsman juga bisa melakukan pemeriksaan terkait dengan aspek pelayanan publik yang berkaitan dengan larangan rangkap jabatan,” tandasnya.
Jadi Korban Peretasan
Pasca mengkritik Presiden Jokowi, sejumlah anggota BEM UI, mengalami peretasan pada akun sosial medianya sejak Senin (28/6/2021) malam hingga Selasa dini hari tadi.
Ketua BEM UI, Leon Alvinda, mengatakan, ada empat anggota BEM UI yang mengalami peretasan sosial media pada akun Whatsapp, Instagram, dan juga telegram.
Peretasan pertama dialami oleh Syahrul Badri, Kepala Departemen Aksi dan Propaganda BEM UI, pada akun Instagramnya.
“Pukul 21.45 WIB (Minggu 27/6/2021) akun Instagram Syahrul Badri mengalami restriction, setelah mengunggah beberapa postingan di instastory menyangkut surat pemanggilan fungsionaris BEM UI oleh pihak UI," kata Leon dikonfirmasi TribunJakarta melalui pesan singkat.
Sampai saat ini, Leon mengatakan akun Instagram Syahrul Badri masih ada, namun belum bisa akun diakses kembali seperti biasa.

Peretasan pun berlanjut pada dini hari tadi. Akun whatsapp Tiara, Kepala Biro Hubungan Masyarakat BEM UI, tidak dapat diakses sekira pukul 00.56 WIB.
Ketika dibuka, Leon mengatakan bahwa akun whatsapp tersebut telah keluar (log out) dari handphone Tiara.
Kemudian, sejam berselang, giliran akun Telegram milik Naifah Uzlah, selaku Koordinator Bidang Sosial dan Lingkungan BEM UI, Naifah Uzlah, yang tak bisa diakses sekira pukul 02.15.
Leon mengatakan, ada upaya masuk (log in) pada sosial media Telegram Naifah Uzlah yang dilakukan oleh pihak lain.
Selanjutnya, peretasan dialami oleh Wakil Ketua BEM UI, Yogie Sani, sekira pukul 07.11 WIB. Akun WhatsApp Yogie tak data diakses dan telah keluar dari gawainya.
Bahkan, Leon berujar ada pemberitahuan bahwa akun whatsapp Yogie telah masuk dalam perangkat yang lain.
Namun demikian, peretasan yang dialami oleh Yogie tak berlangsung lama. Kurang lebih sembilan menit berselang, ia berhasil mengambil alih kembali akun whatsappnya.
Terakhir, Leon mengatakan bahwa ia juga mengalami upaya peretasan sekira pukul 11.00 WIB pada akun whatsappnya.
Tak hanya akun Whatsapp, Leon mengatakan terjadi juga ada upaya mengambil alih akun Telegramnya bersamaan dengan diretasnya akun Whatsapp miliknya.
Atas aksi peretasan ini, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) mengecam kekerasan segala bentuk serangan digital (peretasan) yang menyasar sejumlah anggotanya.
“Kami mengecam keras segala bentuk serangan digital yang dilakukan kepada beberapa pengurus BEM UI 2021,” ujar Wakil Kepala Departemen Aksi dan Propaganda BEM UI Fathan Mubina kepada TribunJakarta, Senin (28/6/2021).
Laporan: Shella Latifa/Inza Maliana/Dwi Putra Kesuma