Lewat Novel 'Menunda Kekalahan', Todung Mulya Lubis Angkat Kisah Hukuman Mati Napi ke Khalayak Umum
Ingin bagikan kisah dunia hukum ke khalayak, Todung Mulya Lubis membuat sebuah karya novel yang berjudul 'Menunda Kekalahan'.
Penulis:
Galuh Widya Wardani
Editor:
Pravitri Retno W
"Nah kalau semua (pemakai narkoba) dipenjara, penjara tidak mampu menampung mereka," jelas Todung.
Untuk itu, novel ini tak hanya sebagai karya sastra, namun juga dapat menjadi pembelajaran bagi semua pembacanya.
Kegelisahan dan kritisnya pikiran Todung juga dituangkan ke dalam cerita ini.
Bagi Todung, proses hukum di Indonesia membutuhkan banyak sekali pembaharuan.
Todung menjelaskan, dirinya sangat terganggu pada proses hukum terkait dunia suap.
Baca juga: Alasan Cut Meyriska Tetap Terima Roger Danuarta Meski Dulu Tersandung Narkoba
Menurutnya ini sulit, karena prinsipnya, sangat tidak boleh menjadikan pengadilan seperti pasar.
Yakni barang siapa yang melakukan penawaran tertinggi, dia pemenangnya, ini bahaya.
Ini akan membuat proses peradilan tidak independen.
"Proses hukum di Indonesia membutuhkan banyak sekali pembaharuan apalagi sekarang jaman digital. Saya sangat terganggu misalnya untuk proses-proses hukum yang masih ada bau-bau suap."
"Nah buat saya ini sulit, kita kan tidak boleh menjadikan pengadilan seperti pasar, yakni siapa yang melakukan penawaran tertinggi, (yang menang) ini bahaya. Itu akan mempbuat proses peradilan itu sendiri tidak independen," terang Todung.
Supaya keadilan itu dapat terpenuhi dengan penilaian yang objektif.
Lepas dari itu, Todung mengaku dirinya akhirnya dapat menyelesaikan novel ini selama kurun waktu 6 bulan.
Pemilihan judul Menunda Kekalahan ia pilih karena terinspirasi karya Chairul Anwar, yakni "Hidup hanya menunda kekalahan".
Melalui karya novel ini, Todung ingin membuka jendela kepada masyarakat umum tentang dunia hukum di Indonesia.
Sementara soal cerita yang ia sajikan ini, diambil dari sebuah pengalaman asli yang kemudian Todung kemas dalam wujud fiksi.
Meski begitu, Todung mengatakan, tidak semua pengalaman dapat ia beberkan.
Todung mengatakan, ada hal-hal yang dihilangkan dalam novel tersebut.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)