Rabu, 10 September 2025

Virus Corona

Epidemiolog Beberkan 3 Dampak Serius jika Angka Kematian Covid-19 Disembunyikan

Epidemiolog Dicky Budiman membeberkan tiga dampak serius jika angka kematian Covid-19 disembunyikan oleh pemerintah.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
dok pribadi
Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman. 

Padahal, menurut Dicky, penumpukkan laporan data adalah hal yang sangat wajar terjadi di tengah pandemi.

Bahkan, tidak hanya di Indonesia, banyak negara lain juga mengalami hal serupa.

"Memang itu kendala yang sangat wajar dialami, bahkan bukan hanya di Indonesia saja."

"Di negara maju, yang dilaporkan bisa dua kali lebih rendah dari data yang ada," kata Dicky.

Baca juga: Jubir Luhut: Angka Kematian Covid akan Kembali jika Data Sudah Rapi, Ada Tim Khusus untuk Perbaiki

Dicky juga memprediksi, setelah angka kematian Covid-19 diperbaiki, angka yang muncul bisa jauh lebih tinggi.

Terlebih, positivity rate di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan standar dari WHO.

"Yang dilaporkan memang belum yang mendekati sebenarnya, kalau di bawah (dari angka yang dilaporkan saat ini, red) tentu tidak."

"Pasti di atasnya, karena positivity rate kita tinggi untuk kasus aktifnya," ujar Dicky.

Data Kematian Covid-19 akan Kembali jika Sudah Rapi

Diketahui, Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Jodi Mahardi ikut menanggapi terkait angka kematian Covid-19 yang dihapus sementara dari indikator penanganan Covid-19.

Menurut Jodi, hal itu dikarenakan adanya data yang merupakan akumulasi dari beberapa minggu sebelumnya.

Akibatnya, pemerintah mengaku kesulitan dalam menganalisis penanganan Covid-19 di daerah.

Baca juga: Tanggapan Pemerintah soal Prediksi Data Kematian Covid Bisa Jauh Lebih Tinggi setelah Diperbaiki

"Kami temukan ada input data yang merupakan akumulasi angka kematian selama beberapa minggu ke belakang. Sehingga menimbulkan disorsi dalam penilaian."

"Banyak angka kematian yang ditumpuk-tumpuk atau dicicil pelaporannya oleh daerah, sehingga dilaporkan jadi terlambat."

"Jadi terjadi bias dalam analisis, hal ini menyebabkan sulit melihat perkembangan situasi Covid-19 di suatu daerah," kata Jodi, dikutip dari tayangan Youtube tvOne, Kamis (12/8/2021).

Petugas mengusung peti jenazah korban Covid-19 yang akan dimakamkan melintasi tempat pembuatan peti jenazah di kompleks pemakaman Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Selasa (13/7/2021). Meningkatnya angka kematian kasus Covid-19 membuat permintaan peti jenazah mengalami peningkatan. Salah satu pekerja mengaku, dalam sehari mereka dapat menyelesaikan pembuatan peti jenazah sebanyak 30 buah. Tribunnews/Jeprima
Petugas mengusung peti jenazah korban Covid-19 yang akan dimakamkan melintasi tempat pembuatan peti jenazah di kompleks pemakaman Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Selasa (13/7/2021). Meningkatnya angka kematian kasus Covid-19 membuat permintaan peti jenazah mengalami peningkatan. Salah satu pekerja mengaku, dalam sehari mereka dapat menyelesaikan pembuatan peti jenazah sebanyak 30 buah. (Tribunnews/Jeprima)
Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan