Kisah Sedih Guru di Batang: Imbas Pandemi Hanya Terima Gaji Rp 367.500, Dua Anaknya Masih Kecil
Kisah memilukan dialami oleh seorang guru di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Imbas pandemi Covid-19 guru yang bernama Franstri Yulli ini hanya menerima
Editor:
Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kisah memilukan dialami oleh seorang guru di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Imbas pandemi Covid-19 guru yang bernama Franstri Yulli ini hanya menerima gaji Rp 367.500.
"Gaji tidak mencukupi mas sebelum pandemi saya dan istri nyambi jualan di kantin sekolahan. Sekarang hanya mengandalkan gaji guru yang tidak seberapa," kata Frans saat berbincang dengan Tribun, Jumat (27/8/2021).
Frans adalah seorang guru honorer di SMK Bhakti Praja 2 Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Gajinya kena potong sejak awal pandemi covid-19 sehingga hanya menerima Rp 367.500.

Frans kebingungan karena harus menghidupi istri dan dua orang anaknya yang masih kecil.
"Anak saya dua mas, sekarang ada murid tapi sedikit," ujarnya.
Ketika ditanya berapa gaji yang diterima Frans sebelum pandemi melanda, sarjana pendidikan ini menjelaskan bahwa dirinya digaji berdasarkan jumlah siswa yang diterima.
Baca juga: Oknum Guru SD di Sumedang Gelapkan Uang Tabungan Siswa Rp 470 Juta
"Semakin sedikit murid semakin kecil gaji," kata dia.
Frans juga menjelaskan hingga saat ini juga dirinya belum menerima bantuan sama sekali baik dari pemerintah daerah setempat atau dari rekan-rekan seprofesinya.
"Tidak ada," kata Frans.
Rekan seprofesi Frans di Batang, Dedi mengaku merasa kasihan melihat nasib Frans.
Dedi yang mengajar di SMAN 1 Bandar, Kabupaten Batang, Jawa Tengah menceritakan bahwa Frans sekarang ini menyambi berdagang untuk menambah penghasilan demi menghidupi anak dan istrinya.
"Nek ono (jika ada) order badut ya badut, ngecat, jualan es pakai gerobak, sekarang jualan bakso di trotoar jalan juga," kata Dedi.
Menurut Dedi, teman-teman guru di Batang kini sedang melakukan konsolidasi untuk Frans sekadar memberikan bantuan agar kebutuhan hidupnya mencukupi.
"Lha imbas PJJ,sekolah swasta enggak ada duit,akhirnya enggak gajian," ujar Dedi.(Willy Widianto)