Selasa, 26 Agustus 2025

Profil Letkol Untung, Komandan Cakrabirawa Pemimpin G30S, Nasibnya Tak Seberuntung Namanya

Nama Komandan Resimen Cakrabirawa, Letkol Untung, yang memimpin aksi G30S di tahun 1965, tak seberuntung namanya.

Editor: Daryono
DOK. KOMPAS.com
Letkol Untung (kiri), pemimpin Gerakan 30 September dibawa masuk ke dalam sidang Pengadilan Mahmillub. 

Setelah operasi tersebut sukses, Untung mendapat kenaikan pangkat secara istimewa, dari mayor ke Letnan Kolonel (Letkol).

Untung juga meraih bintang jasa usai memimpin pasukan gerilya menyerang tentara Belanda di Papua Barat.

Ia lalu dipercaya untuk menjabat Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Cakrabirawa.

Saat itulah ia memimpin gerakan untuk melawan upaya kudeta yang kemudian dikenal dengan nama G30S.

Peran Untung dalam G30S 1965

Pembongkaran Jenazah Korban Tragedi G30S PKI
Pembongkaran Jenazah Korban Tragedi G30S PKI (Tangkapan Layar video dokumentasi kemendikbud.go.id)

Dilansir Kompas.com, dalam aksi G30S, sejumlah jenderal terbunuh setelah dituding akan melakukan kudeta terhadap Soekarno melalui Dewan Jenderal.

Kudeta yang awalnya diberi nama Operasi Takari itu diubah di waktu akhir menjadi Gerakan 30 September agar tidak berbau militer.

Diketahui, Wakil Presiden Mohammad Hatta saat itu juga termasuk dalam target.

Namun, menjelang pelaksanaan namanya dicoret untuk menyamarkan kudeta sebagai konflik internal.

Untung kemudian membagi eksekutor ke dalam tiga satuan tugas.

Baca juga: KRONOLOGI Gerakan 30 September 1965 (G30S) Beserta Daftar Nama Pahlawan Revolusi

Baca juga: Profil Singkat 7 Pahlawan Revolusi Korban Pengkhianatan G30S: dari Ahmad Yani hingga Pierre Tendean

Pertama, Satgas Pasopati pimpinan Letnan I (Inf) Abdul Arief dari Resimen Cakrabirawa bertugas menangkap tujuh jenderal yang jadi sasaran.

Kedua, Satgas Bimasakti yang dipimpin Kapten (Inf) Soeradi Prawirohardjo dari Batalyon 530/Brawijaya, bertugas mengamankan ibu kota dan menguasai kantor Pusat Telekomunikasi dan Studio RRI Pusat.

Ketiga, Satgas Pringgodani pimpinan Mayor (Udara) Soejono, bertugas menjaga basis dan wilayah sekitar Lubang Buaya.

Dilansir Tribunnews, dalam aksi tersebut tujuh jenderal TNI ditemukan tewas di dalam sumur di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur pada 4 Oktober.

Kemudian, satu jenazah di kediaman Dr J Leimena, tetangga Jenderal AH Nasution.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan