Minggu, 10 Agustus 2025

5 Fakta Menarik Fenomena Puncak Hujan Meteor Leonid: Bisa Dilihat dengan Mata Telanjang

Berikut adalah 5 fakta menarik mengenai fenomena Puncak Hujan Meteor Leonid. Salah satunya adalah dapat dilihat dengan mata telanjang.

Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Daryono
LAPAN
Ilustrasi - Berikut adalah 5 fakta menarik mengenai fenomena Puncak Hujan Meteor Leonid. Salah satunya adalah dapat dilihat dengan mata telanjang. 

Hujan meteor ini bersumber dari remah-remah debu dan pasir yang mengomet Tempel-Tuttle yaitu komet periodik dengan periode 33 tahun.

Meteor-meteor dalam hujan meteor ini dikenal memiliki kecepatan tertinggi di antara benda-benda langit anggota tata surya lainnya, yakni 72 km/detik relatif terhadap Bumi.

Akibatnya, walau ukuran partikelnya kecil atau umumnya di bawah 5 mm, mengakibatkan atmosfer mengakibatkan terbakar, sehingga tampak seperti bintang jatuh.

Berdasarkan resmi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), saat di puncak aktivitasnya, jumlah meteor Leonid yang memasuki atmosfer bumi diperkirakan bisa mencapai 500 per jam. Namun,

4. Bisa dilihat dengan mata telanjang

Di seluruh tempat di Indonesia bisa menyaksikan hujan meteor Leonid ini, dengan syarat langit cerah, bebas polusi cahaya, dan berada di tempat gelap seperti pinggir kota atau lebih baik pedesaan.

"Menyaksikan hujan meteor ini sebaiknya dengan menggunakan mata telanjang saja," kata dia.

Perangkat fotografi sebenarnya tidak boleh digunakan, tetapi umumnya membutuhkan perangkat kamera sekelas DSLR dengan pengaturan tertentu yang agak sulit.

Anda dapat mencoba mengamati hujan meteor Leonid ini mulai dari tengah malam hingga fajar, dengan titik radian berada di belahan langit utara.

5. 33 tahun sekali terjadi badai

Dijelaskan Marufin, hujan meteor Leonid adalah hujan meteor yang terkenal karena memproduksi badai meteor, dengan intensitas lebih dari 1.000 meteor perjam setiap 33 tahun sekali.

Untuk diketahui, meteor-meteor Leonid semula merupakan meteorid-meteorid yang berasal dari remah-remah debu dan pasir yang dibagikan oleh komet Tempel-Tuttle.

"Komet ini memiliki periode 33 tahun," ujarnya.

Sehingga secara sederhana setiap 33 tahun terdapat pasokan baru sumber meteorid Leonid ini.

Apalagi jika dikombinasikan dengan pengaruh gravitasi Jupiter, inilah yang menyebabkan terjadinya badai meteor setiap rata-rata 33 tahun sekali.

Artikel Terkait Lainnya

(Tribunnews.com/Widya)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan