Muktamar NU
Sosok 2 Calon Kuat Ketum PBNU, Ada Mantan Wantimpres, Ada Komut PT KAI
Berikut ini profil dua calon kuat Ketua Umum PBNU, ada nama Gus Yahya dan Said Aqil.
Penulis:
Pravitri Retno Widyastuti
Editor:
Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini profil dua calon kuat Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dan KH Said Aqil Siroj.
Nama Gus Yahya dan Said Aqil digadang-gadang sebagai kandidat kuat Ketum PBNU selanjutnya.
Seperti diketahui, mulai Rabu (22/12/2021) hingga Kamis (23/12/2021), Muktamar NU ke-34 akan berlangsung di Bandar Lampung, Lampung.
Satu di antara agenda dalam acara tersebut adalah memilih Ketum PBNU.
Dirangkum Tribunnews, simak profil Gus Yahya dan Said Aqil Siroj berikut:
Baca juga: POPULER NASIONAL Menag Berhentikan 4 Dirjen Bimas | Sosok KH Asad Ali, Kuda Hitam Calon Ketum PBNU
Baca juga: Bertolak ke Lampung, Wapres Maruf Amin Bakal Hadiri Pembukaan Muktamar ke-34 NU
Profil Gus Yahya

KH Yahya Cholil Staquf atau yang akrab disapa Gus Yahya, lahir di Rembang, Jawa Tengah pada 16 Februari 1966.
Ia saat ini menjabat sebagai Katib Aam NU.
Mengutip Tribunnews Wiki, Gus Yahya adalah putra tokoh NU di Rembang dan satu diantara pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), KH Muhammad Cholil Bisri.
Tak hanya itu, ia juga keponakan dari KH Mustofa Bisri atau Gus Mus, tokoh besar NU dan budayawan.
Ia merupakan anak pertama dari delapan bersaudara.
Adiknya, Yaqut Cholil Qoumas, saat ini menjabat sebagai Menteri Agama.
Dikutip dari wantimpres.go.id, Gus Yahya pernah menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Presiden periode 2014-2019.
Ia dilantik sebagai anggota Wantimpres oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 31 Mei 2018.
Dilansir setkab.go.id, Gus Yahya mengaku ia dihubungi untuk menjalani pelantikan sebagai anggota Wantimpres saat masih berada di Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Majelis Alummi IPNU Harap Muktamar ke-34 NU Memihak Generasi Milenial
Baca juga: Suara Beduk dari Kampung Buyut Udik Lampung Tengah Akan Tandai Dibukanya Muktamar ke-34 NU
Kala itu, ia tak tahu alasan mengapa dirinya dipilih menjadi anggota Wantimpres.
"Saya, waktu saya masih di Amerika saya dihubungi untuk pelantikan tanggal 25 (Mei), tapi waktu itu saya belum pulang."
"Saya baru pulang tanggal 28 (Mei), sehingga baru diatur hari ini," kata Gus Yahya usai pelantikan.
Terkait pencalonannya menjadi Ketua Umum PBNU, Gus Yahya mengaku ia memang menawarkan diri.
Keinginan itu datang lantaran ia melihat ada sejumlah hal penting yang harus dilakukan NU sesegera mungkin.
Seperti transformasi konstruksi organisasi agar NU bisa lebih optimal mengaktualisasikan potensi-potensinya.
"Saya memang menawarkan diri untuk dipilih sebagai Ketum dalam Muktamar nanti karena saya melihat ada sejumlah hal penting yang harus dilakukan NU segera."
"Yaitu yang tema besarnya adalah transformasi konstruksi organisasi NU supaya NU ini bisa lebih optimal di dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya," ujar Gus Yahya, ketika wawancara khusus dengan Wakil Direktur Pemberitaan Tribunnetwork, Domu Ambarita, Sabtu (4/12/2021).
Gus Yahya tak main-main dengan keinginannya.
Ia bahkan berkeliling ke pelosok Indonesia ke sejumlah cabang-cabang NU.
Baca juga: Gus Yahya jika Terpilih sebagai Ketum PBNU: Kiai Said Jadi Wakil Rais Aam tapi Beliau Belum Bersedia
Baca juga: Calon Ketum PBNU Gus Yahya Klaim Sudah Raih 469 Suara, Gus Ipul: Jangan Ada yang Coba Bermain
Dari 540-an cabang, ia telah berkunjung ke 400-an cabang sejak September 2021 lalu.
Gus Yahya pun merasa yakin dirinya bisa terpilih menjadi Ketum PBNU.
"Yakin ya yakin, InsyaAllah. Tapi, pertama ya soal begini ini kan kehendak Allah, itu yang pertama."
"Tapi, lebih lebih dari semua itu buat saya ini terpilih atau tidak terpilih sudah ada prestasi," katanya.
"Karena saya sekarang, saya berani katakan saya berhasil mentransformasikan cara pandang cabang-cabang dan wilayah ini tentang jabatan ketum," imbuhnya.
Profil Said Aqil Siroj

Dikutip dari media NU, Laduni, KH Said Aqil Siroj lahir di Cirebon, Jawa Barat pada 3 Juli 1953.
Ia merupakan putra kedua dari pendiri Pondok Pesantren Kempek di Cirebon, KH Aqil Siroj.
Di masa mudanya, Said pernah menjadi murid Rais Aam PBNU 1981-1984, KH Ali Maksum, saat belajar di Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta.
Ia juga pernah berkuliah di IAIN Sunan Kalijaga di mana KH Ali Maksum menjadi guru besar.
Baca juga: Said Aqil: Saya Tidak Peduli Siapa yang Jadi Pemimpin NU, Jangan Ada Perpecahan Antar Umat
Baca juga: Ini Keistimewaan Beduk yang akan Digunakan saat Pembukaan Muktamar NU ke 34 di Lampung
Di tahun 1980, Said melanjutkan studinya ke Mekkah ditemani sang istri, Nurhayati.
Di sana, ia menjalin persahabatan dengan Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
“Gus Dur sering berkunjung ke kediaman kami. Meski pada waktu itu rumah kami sangat sempit, akan tetapi Gus Dur menyempatkan untuk menginap di rumah kami."
"Ketika datang, Gus Dur berdiskusi sampai malam hingga pagi dengan Bapak,” ungkap anak pertama Said, Muhammad Said Aqil.
Mengutip Kompas.com, Said sudah menjadi Ketua Umum PBNU sejak 2010.
Sepanjang kepemimpinan Said Aqil, NU sudah mendirikan 43 perguruan tinggi.
Beberapa waktu lalu, Said mengungkapkan sejumlah kiai sepuh memintanya kembali memimpin PBNU.
Kiai sepuh yang dimaksud antara lain Habib Luthfi, Tuan Guru Turmudzi, KH Muhtadi Dimyati, KH Dimyati Rois, KH Agoes Ali Masyhuri, dan Kiai Bustomi.
"Saya terima permintaan atau perintah dari para kiai sepuh," kata Said, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (8/12/2021), dilansir Kompas.com.
Tak hanya dari kiai sepuh, ujar Said, pengurus wilayah dan pengurus cabang juga mendukungnya untuk mencalonkan lagi sebagai Ketum PBNU.
Selain aktif di NU, Said saat ini juga menjabat sebagai Komisaris Utama PT Kereta Api Indonesia (PT KAI).
Namanya tercantum di jajaran Komisaris PT KAI yang ada di situs resmi kai.id.
Said diangkat sebagai Komut PT KAI berdasarkan Salinan Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-64/MBU/03/2021 tanggal 3 Maret 2021.
Ia menggantikan Jusman Syafii Djamal yang diberhentikan secara hormat.
Tak hanya Komut, ia juga merangkap sebagai Komisaris Independen PT KAI.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Vincentius Jyestha, Tribunnews Wiki/Haris, Kompas.com)