Senin, 13 Oktober 2025

Pratikno: Kemajuan Tanpa Akhlak Ibarat Pedang Tajam di Tangan Orang Buta

Pratikno ajak generasi muda kuasai ilmu dan teknologi untuk memperkuat syiar Islam saat buka STQH Nasional di Kendari.

Abdi Ryanda Shakti
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno (kedua dari kanan) menghadiri Seleksi Tilawatil Qur’an dan Musabaqah Al-Hadits (STQH) Nasional XXVIII Tahun 2025 di Tugu Persatuan, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (11/10/2025) mewakili Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. Di sana, dia berpesan agar generasi muda memanfaatkan kemajuan teknologi untuk memperkuat syiar islam. (HO - Kemenag). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno mengajak generasi muda Indonesia untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam memperkuat syiar agama Islam.

Hal ini dikatakan Pratikno saat membuka Seleksi Tilawatil Qur’an dan Musabaqah Al-Hadits (STQH) Nasional XXVIII Tahun 2025 di Tugu Persatuan, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (11/10/2025) malam mewakili Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.

Menurutnya, kemajuan baik dari ilmu pengetahuan dan teknologi harus dijadikan sarana memperkuat syiar Islam di tingkat global. 

“Kemajuan tanpa akhlak ibarat pedang tajam di tangan orang yang matanya tertutup. Di sinilah Al-Qur’an dan Hadis berperan sebagai kompas moral abadi,” kata Pratikno.

Ia mengatakan bahwa Islam pernah menjadi mercusuar ilmu pengetahuan dunia. 

Bahwa para ilmuwan Muslim masa lalu, kata Pratikno, bukan hanya ahli di bidang sains dan teknologi, tetapi juga penghafal Al-Qur’an yang mampu memadukan iman dan akal dalam membangun peradaban besar.

“Para ilmuwan besar itu bukan hanya ahli pengetahuan, tetapi juga penghafal Al-Qur’an. Ini bukti bahwa iman dan akal dapat bersinergi membangun peradaban,” ujarnya.

Pratikno menambahkan jika Islam tidak pernah anti terhadap kemajuan, melainkan mendorong umatnya menjadi pelopor inovasi yang berpijak pada nilai-nilai akhlakul karimah.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Agama Nasaruddin Umar menilai STQH Nasional bukan sekadar ajang kompetisi keagamaan, melainkan wasilah spiritual untuk menyemai generasi Qurani yang unggul, tangguh, dan cinta lingkungan.

Dengan mengambil tema “Syiar Al-Qur'an dan Hadis: Merawat Kerukunan, Melestarikan Lingkungan,” STQH Nasional hadir sebagai jawaban atas berbagai tantangan zaman, termasuk meningkatnya ketegangan sosial dan krisis ekologis. 

“Al-Qur’an dan Hadis hadir sebagai suara kenabian yang menyeru pada kasih sayang dan harmoni,” ucap Nasaruddin.

Ia menambahkan, penyelenggaraan STQH juga menjadi momentum untuk menanamkan kesadaran ekoteologis di kalangan umat. 

“Merawat lingkungan adalah bentuk zikir sosial. Dalam setiap ayat tentang alam terselip pesan keseimbangan dan keadilan ekologis. Maka, mencintai Al-Qur’an berarti mencintai bumi dan sesama,” tutup Nasaruddin.

Untuk informasi, STQH Nasional XXVIII digelar di Kendari pada 9–19 Oktober 2025 dengan melibatkan lebih dari seribu peserta dari 35 provinsi di seluruh Indonesia. 

Total partisipan, termasuk dewan hakim, pendamping, pelatih, dan pejabat pusat serta daerah, mencapai hampir empat ribu orang. 

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved