Kamis, 25 September 2025

Refleksi Ekonomi 2021, Legislator Golkar Optimis Ekonomi Indonesia Semakin Membaik

Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Partai Golkar Puteri Komarudin pun mengaku optimis capaian ekonomi akan semakin membaik.

Istimewa
Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Partai Golkar Puteri Komarudin mengaku optimis capaian ekonomi Indonesia akan semakin membaik di 2022. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia membuktikan mampu menjaga capaian kinerja ekonomi di tengah dinamika pandemi Covid-19 yang masih berlangsung selama tahun 2021.

Hal ini tidak terlepas dari sinergi bersama antara DPR, pemerintah, industri, bersama seluruh lapisan masyarakat.

Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Partai Golkar Puteri Komarudin pun mengaku optimis capaian ekonomi akan semakin membaik.

“Torehan ini menjadi bukti keberhasilan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) yang digawangi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Bapak Airlangga Hartarto yang sejak awal berkomitmen untuk menjaga keseimbangan antara penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi agar tetap berjalan beriringan."

"Bahkan, pada kuartal II-2021 Indonesia telah mampu keluar dari perangkap resesi ekonomi. Kami optimis tren pemulihan ekonomi ini akan terus berlanjut ke depan,” kata Puteri, ketika dihubungi Tribunnetwork, Kamis (30/12/2021).

Baca juga: BPS Sebut Inflasi Pada November Menjadi yang Tertinggi Sepanjang Tahun

Baca juga: Perekonomian Indonesia Kian Pulih, Airlangga Targetkan Pertumbuhan Ekonomi Hingga 5,2% di Tahun 2022

BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan perbaikan sejak awal tahun 2021.

Pada kuartal I-2021, pertumbuhan ekonomi masih berada di zona negatif, yaitu minus 0,71 persen (yoy).

Namun, pada kuartal berikutnya pertumbuhan ekonomi telah memasuki zona positif dengan tumbuh 7,07 persen (yoy) yang sekaligus mengakhiri resesi ekonomi sejak beberapa kuartal sebelumnya.

Tetapi, capaian ini kembali terkoreksi menjadi 3,51 persen (yoy) akibat kebijakan PPKM seiring merebaknya varian delta pada kuartal III-2021.

“Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang diramu KPC-PEN menopang dengan baik terlaksananya berbagai program penanganan kesehatan, seperti Vaksinasi COVID-19. Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang diramu KPC-PEN bertujuan menyangga konsumsi masyarakat lewat berbagai jenis bantuan sosial, seperti kartu sembako, PKH, kartu prakerja, diskon listrik," urai Puteri.

"Program PEN juga menjadi stimulus untuk dunia usaha dan UMKM, misalnya relaksasi PPnBM untuk kendaraan bermotor dan properti, subsidi bunga KUR, maupun penjaminan kredit. Beragam stimulus ini tentu penting untuk jaga keberlangsungan ekonomi dan pengendalian pandemi,” imbuhnya.

Lebih lanjut, pemerintah pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2021 diprediksi mencapai lebih dari 5 persen.

Sehingga, secara keseluruhan ekonomi Indonesia akan mencapai 3,5-4 persen.

Anggota Komisi XI DPR RI Puteri Anetta Komarudin dalam seminar bertema ‘Mewujudkan Parlemen Modern Melalui Literasi Digital’ di Gedung Nusantara.
Anggota Komisi XI DPR RI Puteri Anetta Komarudin  (dok. DPR RI)

Baca juga: Eks Menko Perekonomian: Iklim Demokrasi Indonesia Sudah Bagus

Baca juga: Ekonomi Daerah Akan Kuat Jika Strukturnya Tidak Didominasi Sektor Tertentu

Capaian positif ini diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga tahun 2022 dengan target pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,2 persen.

“Saat ini kita dihadapkan dengan varian omicron yang berpotensi mendisrupsi kinerja perekonomian nasional. Untuk itu, kita tidak boleh lengah dan tetap harus waspada."

"Pemerintah telah memiliki pengalaman dalam menangani varian delta, tentu ini harus menjadi panduan untuk menghadapi berbagai varian baru yang mungkin akan muncul. Misalnya, pelaksanaan vaksinasi untuk dosis ketiga dan antisipasi dampak pembatasan aktivitas terhadap perekonomian,” tutur Puteri.

Ketua Bidang Keuangan dan Pasar Modal DPP Partai Golkar ini juga mengimbau pemerintah beserta Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk mengantisipasi berbagai risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian target pertumbuhan tahun 2022.

“Tantangan ke depan bukan hanya dari munculnya varian baru pandemi. Tetapi kita juga dihadapkan dengan risiko-risiko lain, seperti kebijakan pengetatan moneter (tapering off) dari negara maju yang berpotensi mempengaruhi stabilitas keuangan domestik."

"Belum lagi krisis keuangan yang menimpa perusahaan properti raksasa Tiongkok yang juga bisa memicu sentimen global. Beberapa tantangan ini harus disiapkan exit policy melalui bauran kebijakan dari moneter, fiskal, perbankan sehingga pertumbuhan ekonomi kian solid,” pungkas Puteri. (*)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan