Senin, 25 Agustus 2025

Hari Raya Nyepi

Rangkaian Hari Raya Nyepi dan Maknanya, Upacara Melasti, Tawur hingga Ngembak Geni

Rangkaian Hari Raya Nyepi dan maknanya, upacara Melasti, Tawur hingga Ngembak Geni. Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap) di pergantian tahun.

AFP/DEVI RAHMAN
Umat Hindu melakukan upacara Melasti untuk menyucikan diri dari dosa menjelang Hari Raya Nyepi, di Yogyakarta, Minggu (27/2/2022). AFP/DEVI RAHMAN 

Umat Hindu percaya, laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam.

Kemudian, sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala tingkatan masyarakat.

Buta Yadnya dilakukan mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya, dengan mengambil satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya.

Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar).

Tawur

Tawur memiliki arti dalam bahasa Jawa sama dengan saur, dalam bahasa Indonesia berarti melunasi utang.

Di setiap catus pata (perempatan) desa atau pemukiman mengandung lambang untuk menjaga keseimbangan.

Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya.

Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak.

Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala, dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.

Baca juga: TWIBBON Hari Raya Nyepi Tahun 2022, Lengkap dengan Cara Membagikannya

Pengerupukan

Kemudian, Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh.

Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar.

Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar.

Tujuannya sama, yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan