Minggu, 24 Agustus 2025

Bursa Capres

Dinonaktifkan dari Kepengurusan NasDem, Ini 3 Pernyataan Zulfan Lindan yang Kontroversial

Dalam surat yang ditandatangani Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh disebutkan alasan menonaktifkan Zulfan Lindan.

Editor: Hasanudin Aco
Istimewa
Zulfan Lindan, Ketua DPP NasDem yang juga Anggota DPR RI 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Politisi senior Partai NasDem Zulfan Lindan dinonaktifkan dari kepengurusan DPP NasDem.

Dalam surat yang ditandatangani Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh disebutkan alasan menonaktifkan Zulfan Lindan.

Hal itu karena beberapa waktu terakhir dianggap Partai NasDem berkali-kali membuat pernyataan ke media massa yang tidak produktif dan jauh dari semangat serta jati diri partai.

Atas hal ini DPP Partai NasDem memberikan peringatan keras kepada Zulfan Lindan dengan menonaktifkannya dari kepengurusan DPP Partai NasDem dan melarang keras Zulfan untuk memberikan pernyataan di media massa dan media sosial atas nama fungsional Partai NasDem.

“Peringatan ini diharapkan akan memberikan pelajaran bagi seluruh kader dan fungsional Partai NasDem untuk terus menjaga karakter dan jati diri sebagai partai gagasan dengan semangat membawa perubahan,” tertulis dalam  surat yang ditandatangani Surya Paloh seperti dikutip, Kamis (13/10/2022).

Baca juga: Surya Paloh Nonaktifkan Zulfan Lindan dari Kepengurusan Partai Nasdem Gara-gara Bikin Gaduh

Surya Paloh juga menyebutkan dinamika politik Indonesia sedang mengalami peningkatan berbagai gerak politik.

NasDem sejak awal mendeklarasikan diri sebagai partai gagasan atau partai yang ingin berjuang untuk melakukan perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sehingga, jelas Surya, NasDem memiliki tanggung jawab moral dan praksis agar masyarakat Indonesia mendapatkan pendidikan dan informasi politik yang mencerahkan dan memberi pemahaman yang baik.

“Sebab Partai NasDem ingin mengembalikan kepercayaan publik terhadap partai politik dengan cara berpolitik yang memiliki komitmen kebangsaan,” tegas Surya.

Dua Pernyataan Zulfan Lindan yang Kontroversial

Dirangkum Tribunnews.com berikut tiga pernyataan Zulfan Lindan dalam sebulan terakhir yang kontroversial mengkritik dan menyindir Jokowi dan partai politik pendukung pemerintahan Jokowi.

1. KIB Koalisi Ecek-ecek

Pada September 2022, Zulfan Lindan menyebut Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB merupakan koalisi tak sungguh-sungguh atau ecek-ecek.

Zulfan Lindan mengutarakan hal itu saat diskusi Adu Perspektif dengan tema 'Membaca Manuver Tabloid, Dewan Kolonel, hingga Isu Dendam Lama', Senin (26/9/2022).

"Lainlah, kalau KIB jangan disamakan dengan koalisi ini (NasDem, PKS, Demokrat). KIB itukan koalisi ecek-ecek itu," kata Zulfan Lindan.

Pernyataan Zulfan Lindan itu menuai reaksi dari parpol anggota KIB yakni PAN, PKS, dan Partai Golkar.

Wakil Ketua Umum PAN, Yandri Susanto, menanggapi tenang pernyataan Zulfan Lindan.

"Semuanya yang berkembang sekarang itu masih ecek-ecek, namanya juga wacana. Mau koalisi siapa pun. Kan belum ada bentuk, belum ada capres-cawapres yg diusung secara resmi," kata Yandri di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (27/9/2022?.

Dia pun tak mempermasalahkan jika Zulfan mengatakan hal tersebut.

"Tapi kalau saya memandangnya itu sangat menghargai dinamika yang ada sekarang, apakah KIB atau yg lain, PDIP, Gerindra-PKB, ada NasDem dan lainnya. Saya kira bagus, tidak ecek-ecek menurut saya karena bagian dari dinamika demokrasi harus begitu," kata dia.

Menurutnya, setiap partai pada akhirnya akan mencari bentuk koalisi dengan partai lainnya, mencari formula yang tepat di akhir nanti.

2. Sindir Jokowi yang Berduka

Zulfan Lindan dalam diskusi Adu Perspektif, Senin 3 Oktober 2022, seperti diberitakan sejumlah media menyindir Presiden  Jokowi yang enggan berkomentar soal deklarasi Anies sebagai capres karena masih dalam suasana duka akibat Tragedi Kanjuruhan.

Zulfan Lindan menyindir Jokowi berduka padahal masih sempat menghadiri peresmian kawasan industri di Jawa Tengah.

Pernyataannya itu mendapat reaksi dari Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin.

Ngabalin mengatakan Jokowi tidak elok bicara politik saat itu karena masih dalam suasana duka.

"Lucu ada politisi yang sakit dan nyinyir Jokowi menolak komentari soal politik praktis," ujar Ngabalin yang dikutip lewat akun Twitter pribadinya, Rabu 5 Oktober 2022.

2. Bandingkan Anies dengan Jokowi

Zulfan Lindan juga sempat mengatakan sosok Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merupakan antitesis atau pertentangan yang cocok dari Presiden Joko Widodo.

Hal tersebut dikatakan oleh Zulfan sebagai satu dari antara banyak alasan kenapa Partai NasDem mendeklarasikan Anies sebgai calon presiden (capres) pada Pemilu 2024.

Ia juga menegaskan NasDem telah mengkaji hal ini melalui pendekatan dialetika filsafat.

“Ini sudah kita kaji dengan filsafat pendekatan dialetika, dengan pendekatan filsafat Hegel. Pertama apa, Jokowi ini kita lihat sebgai tesis, berpikir dan kerja, itu Jokowi. Tesis kan begitu, Jokowi. Lalu kita mencari anti-tesa. Dari antitesis Jokowi ini yang cocok itu Anies. Apa artinya? Dia berpikir secara konseptualisasi,” ujar dalam acara Adu Perspektif Total Politik yang berlangsung daring, Selasa (11/10/2022) malam.

Lebih lanjut, Zulfan menegaskan sosok yang ia sebut antitesis ini hanya ada pada figur Anies.

Pernyataan Zulfan Lindan mendapat reaksi dari PDIP.

Ketua DPP PDIP Nusyirwan Soedjono mengatakan pernyataan Zulfan Lindan menjadi catatan terkait kesetiaan Nasdem dalam koalisi yang sudah dibangun.

Nusyirwan Soedjono menilai catatan tersebut akan menjadi sebuah ukuran penilaian terhadap sikap partai yang masuk dalam koalisi pemerintah di masa transisi.

"Itu semua akan diukur, dan kita tidak bisa menghalangi penilaian publik. Tidak apa-apa dan bebas-bebas saja (Nasdem) bereksperimen dengan pencalonan, tapi kita juga harus siap dengan penilaian terhadap karakter partai kita masing-masing," ujar Nusyirwan di program Sapa Indonesia Malam Kompas.TV, Rabu (12/10/2022).

Nusyirwan menambahkan sangat wajar jika wacana untuk merombak kabinet muncul setelah kader partai Nasdem membandingkan Anies dan Jokowi.

Apalagi Nasdem masih berada di partai koalisi atau pendukung pemerintah. Tentunya hal tersebut sudah berseberangan dengan etika politik.

Menurut Nusyirwan sejatinya partai politik bisa memberi pendidikan politik yang baik bagi masyarakat dan generasi muda penerus.

Ia juga menilai pernyataan Anies antitesis Jokowi memiliki makna yang sangat dalam dan bisa membuat PDIP dan Nasdem tidak lagi sejalan di dalam pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

"Kalau mendasari antitesis, ya tidak salah juga urusan mendesak untuk perubahan di kabinet terjadi," ujar Nusyirwan. 

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan