Sabtu, 13 September 2025

Hari Raya Nyepi

Tradisi Menyambut Hari Raya Nyepi Umat Hindu, Mulai dari Bersihkan Benda hingga Pengendalian Diri

Inilah 4 tradisi umat Hindu untuk menyambut Hari Raya Nyepi pada Rabu, 22 Maret 2023. Mulai dari membersihkan pusaka hingga pengendalian diri

Penulis: Pondra Puger Tetuko
Editor: Suci BangunDS
WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Umat Hindu melaksanakan Sembahyang Nyepi di Pura Aditya Jaya, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (3/3/2022). // Inilah 4 tradisi umat Hindu untuk menyambut Hari Raya Nyepi pada Rabu, 22 Maret 2023. 

TRIBUNNEWS.COM - Terdapat beberapa tradisi untuk menyambut perayaan Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu.

Bagi umat Hindu, Hari Raya Nyepi dirayakan setiap tanggal 1 bulan ke 10 Caka atau bisa disebut 'Penanggalan Apisan Sasih Kedasa'.

Umat Hindu di Bali akan merayakan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945 pada Rabu 22 Maret 2023.

Hal itu tercantum dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2023.

Diketahui, ada pula 4 tradisi yang dilakukan umat Hidu untuk menyambut Hari Raya Nyepi ini, dikutip dari penelitian Fungsi dan Makna Ritual Nyepi di Bali oleh I Wayan Suwena dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana.

Baca juga: Daftar Hari Libur Maret 2023, Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1945 pada 22 Maret

Tradisi Hari Raya Nyepi

- Melasti

Melasti merupakan ritual yang dilakukan tiga hari sebelum Hari Raya Nyepi.

Ritual Melasti bertujuan untuk membersihkan benda-benda, pusaka, dan segala sesuatu yang disakralkan, pembersihan tersebut dilakukan di laut, danau, atau sumber mata air.

Saat melakukan ritual Melasti, masyarakat juga membawa sesaji serta peralatan suci, dan diiringi alunan musik gamelan Bali.

- Pangrupukan

Pangrupukan merupakan ritual yang diselenggarakan sehari sebelum merayakan Hari Raya Nyepi, tepatnya pada bulan mati (tilem) Sasih Kasanga terakhir untuk melaksanakan upacara bhuta yadnya.

Ritual Pangrupukan juga disebut upacara tawur kesanga.

Upacara ritual ini diadakan waktu pergantian tahun menurut perhitungan umat Hindu di Bali, dan upacaranya dipersembahkan kepada Bhuta Kala.

Selain itu, ritual Pangrupukan ini menggunakan sesajen juga disebut upacara korban (mecaru) yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan alam semesta maupun diri sendiri dari gangguan Bhuta Kala

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan