Sabtu, 9 Agustus 2025

Sampah di Indonesia di Tahun 2022 Mencapai 69 Juta Ton, KLHK: 41 Persennya Sampah Makanan

Pada sektor limbah, Indonesia menargetkan penurunan tingkat emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 40Mton CO2e melalui kebijakan dan upaya sendiri (CM1)

Tribunnews.com/Ibriza
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan, sampah Indonesia di tahun 2022 mencapai 69 juta ton 

Laporan wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan, sampah Indonesia di tahun 2022 mencapai 69 juta ton.

Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, jumlah tersebut merupakan total, baik dari sampah di laut dan di darat.

"Kalau secara keseluruhan 2022, kita punya catatan kurang lebih 69 juta ton. 2023 memang belum kita hitung," kata Rosa, saat ditemui usai menutup rangkaian Festival Hari Peduli Sampah Nasional (FPSN) 2023, di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat, Jumat (16/6/2023).

Rosa mengungkapkan, 41 persen dari 69 juta ton sampah di Indonesia itu berupa sampah makanan.

"Tapi memang 69 juta ton itu 41 persennya adalah sampah makanan," ungkap Rosa.

Baca juga: Berdampak Bagi Lingkungan, Pengelolaan Sampah Makanan di Area Komersial Butuh Perhatian

Ia mengatakan, pihaknya bekerja keras untuk mengupayakan agar jumlah sampah tersebut berkurang.

Kata Rosa, untuk mengurangi sampah itu, KLHK mendorong semua pihak untuk memilah sampah secara mandiri, mulai dari rumah masing-masing.

"Karena 41 persennya adalah sampah makanan, maka kita juga bekerja keras. Untuk sampah organik itu kita pilah dari rumah dan kita kelola sendiri," ucapnya.

Lebih lanjut, ia juga mengatakan, Ibu Negara Iriana Jokowi mengimbau masyarakat untuk mengkompos di rumah menggunakan sampah organik.

"Maka Ibu Negara pada tanggal 10 Juni yang lalu di Istana Tampak Siring juga mengimbau untuk kita mengkompos di rumah," kata Rosa.

"Karena dengan mengkompos di rumah, kita bisa mengurangi 10 juta ton sampah organik masuk ke TPA (tempat pembuangan akhir)," lanjutnya.

Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar menyoroti terkait tingkat polusi plastik di laut, yang dapat hampir meningkat hingga tiga kali lipat.

Hal ini disampaikan Siti Nurbaya dalam sambutannya di acara Pembukaan Festival Hari Peduli Sampah Nasional (FPSN) 2023, di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat.

Siti mengatakan, tingkat polusi plastik yang meningkat dengan cepat merupakan masalah lingkungan global yang serius dan berdampak negatif pada dimensi lingkungan, sosal, ekonomi, serta kesehatan.

Ia menuturkan, kenaikan tingkat polusi plastik bisa saja mengalami kenaikan hingga tiga kali lipat, jika tidak ada tindakan yang berarti, dalam skenario bisnis dan tanpa adanya intervensi yang diperlukan.

Kenaikan tersebut, dijelaskan Siti, berdasarkan data United Nations Environment Programme (UNEP).

Baca juga: Mantan Menteri KLH Sony Keraf: Ekonomi Sirkular Kunci Lestarikan Bumi

"Maka menurut UNEP bahwa jumlah sampah plastik yang masuk ke ekosistem akuatik dapat meningkat hampir tiga kali lipat, yaitu dari sekitar 9-14 juta ton per tahun 2016 menjadi 23-37 juta ton per tahun pada tahun 2040," kata Siti Nurbaya, dalam sambutannya, Selasa (13/6/2023).

Siti mengatakan, pertemuan kedua session of the Intergovermental Negotiation Committe to develop an international legally binding instrument of plastic pollution, including in the marime enviroment (INC2) di Paris, pada tanggal 29 Mei -2 Juni 2023 lalu, memberikan gambaran situasi persoalan polusi plastik merupakan persoalan bersama, secara global, yang haris diselesaikan bersama juga.

"Diharapkan dengan Agreement yang akan terbentuk dengan sifat legally binding secara internasional, maka akan meningkat sebagai kekuatan bersama untuk mengatasi persoalan polusi plastik," ucapnya.

Sementara itu, Siti Nurbaya mengatakan, pada sektor limbah, Indonesia menargetkan penurunan tingkat emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 40Mton CO2e melalui kebijakan dan upaya sendiri (CM1).

Selain itu, 43,5 Mton CO2eq melalui skenario kebijakan dengan dukungan kerjasama internasional M2), di tahun 2030.

Oleh karena itu, kata Siti, dalam mencapai target, pada sub sektor sampah, pemerintah Indonesia mendalami dan memperluas
strategi “Reduce, Reuse, Recycle”.

"Dengan menerapkan skema pengelolaan sampah dengan mengoptimalkan rantai nilai pengelolaan sampah di sumber dengan penerapan konsep ekonomi sirkular dan membangun industrialisasi penanganan sampah melalui pemanfaatan teknologi dan peningkatan fasilitas pengolahan sampah
yang dikelola secara profesional serta terintegrasi, yang diorientasikan untuk sampah plastik, menjadi pendekatan
reuse-recycle- reorient and diversity," ungkapnya.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan