Covid-19 di Singapura Meningkat, Pembatasan Belum Diberlakukan karena Fatalitas Masih Rendah
Kasus Covid-19 di negara Singapura meningkat, nampaknya belum ada urgensi untuk dilakukannya pembatasan dari Indonesia-Singapura atau sebaliknya
Penulis:
Galuh Widya Wardani
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merespons kabar adanya peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Menurutnya, masyarakat Indonesia tak perlu khawatir terkait dengan hal ini.
Pemerintah juga belum melakukan pembatasan perjalanan, baik dari Singapura maupun perjalanan menuju ke Singapura.
Juru Bicara Kemenkes, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH menyebut sekalipun ada peningkatan kasus di negara tersebut, belum ada urgensi untuk melakukan pembatasan perjalanan.
Informasi tersebut juga didukung data dari pihak Kementerian Kesehatan Singapura.
Hal ini dikarenakan situasi transmisi Covid-19, masih terkendali.
"Belum memerlukan pembatasan mobilitas dan aktivitas masyarakat meskipun ada lonjakan kasus," ujar Syahril di Jakarta, Rabu (23/5/2024).
Lebih lanjut, pemerintah melalui Balai Kekarantinaan Kesehatan (BKK) juga masih terus melakukan skrining bagi pelaku perjalanan.
Termasuk dengan menerapkan kegiatan surveilans Influenza Like Illness (ILI) dan Severe Acute Respiratory Infection (SARI) di pintu masuk Indonesia.
Adapun situasi Covid-19 di Indonesia hingga Mei 2024 juga tercatat mengalami peningkatan pada minggu ke-18 tahun 2024 sebesar 11,76 persen dibandingkan minggu sebelumnya.
Merujuk data GISAID Indonesia 2024, saat ini sebagian besar kasus masih didominasi varian JN.1.
Baca juga: Kasus Covid-19 Naik di Singapura, Kemenkes: Belum Perlu Pembatasan Perjalanan
Meski demikian, kata Syahril, hal itu tidak diikuti dengan peningkatan angka rawat inap (hospitalisasi) dan kematian.
Sehingga, tingkat fatalitasnya masih tergolong rendah.
Seperti diketahui, saat ini Singapura sedang menghadapi lonjakan Covid-19 sangat drastis.
Tercatat, kasus Covid di Singapura naik 90 persen.
Awalnya data menunjukkan ada 13.700 kasus, lalu naik menjadi 25.900 kasus pada pekan kedua Mei.
Bahkan puncaknya diprediksi terjadi dua sampai empat minggu ke depan.
Pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan meski terhitung cepat menular, kasus Covid-19 umumnya bergejala ringan.
Baca juga: Gelombang Baru Covid-19 di Singapura Puncaknya Diperkirakan Juni, Pelancong Diminta Berhati-hati
Peningkatan kasus saat ini juga tidak disertai dengan perawatan di rumah sakit dan ICU.
"Karena itu, nampaknya akan dapat dikendalikan dengan baik dan akan turun lagi sesudah puncak kasusnya tercapai."
"Sekali lagi kasusnya umumnya adalah ringan," kata Tjandra Yoga di Jakarta, Rabu (23/5/2024).
Menurutnya, hal ini wajar terjadi lantaran Covid-19 masih ada.
Pada waktu tertentu akan naik dan turun lagi, sama seperti penyakit menular pada umumnya.
"Varian baru akan selalu ada dari waktu ke waktu, baik sekarang maupun di masa waktu ke depan," jelas Tjandra Yoga.
Adapun kenaikan kasus di Singapura sekarang ini terjadi karena galur virus jenis KP1 dan KP2, yang merupakan kelompok dari Omicron subvarian JN.1.
"KP.2 ternyata lebih mudah menular daripada KP.1, dan KP.2 ini sudah dikategorikan sebagai variant under monitoring (VOM) oleh WHO," jelas Prof Tjandra Yoga.
Sehubungan dengan hal ini, menurutnya Indonesia tetap harus senantiasa mengikuti perkembangan kasus negara tetangga.
Pemerintah, kata Tjandra Yoga tetap harus memonitor ketat adanya varian dan sub varian Covid bersama turunannya.
"Ada tidaknya peningkatan kasus covid maka kita semua perlu selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta memberi prioritas penting bagi kesehatan kita dalam kehidupan sehari-hari," pesan Tjandra Yoga.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Rina Ayu Panca Rini)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.