Jumat, 12 September 2025

Hari Ginjal Sedunia 2025, Para Ahli Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini untuk Mencegah Gagal Ginjal

Penyakit ginjal menjadi masalah kesehatan serius di berbagai negara, termasuk Indonesia. 

Tribunnews.com/ Alivio
HARI GINJAL SEDUNIA - Konferensi Pers Hari Ginjal Sedunia / World Kidney Day 2025 bertajuk Are Your Kidneys OK? Detect Early, Protect Kidney Health/ Sehatkah Ginjal Anda? Deteksi Segera, Lindungi Ginjal Kita di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (12/3/2025). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hari Ginjal Sedunia (World Kidney Day/WKD) kembali diperingati secara global pada 13 Maret 2025. 

Tahun ini, kampanye kesehatan ginjal menyoroti pentingnya deteksi dini dalam mencegah penyakit ginjal kronik (PGK) dan menghambat perkembangannya.

Penyakit ginjal menjadi masalah kesehatan serius di berbagai negara, termasuk Indonesia. 

Baca juga: Biaya BPJS Kesehatan untuk Gagal Ginjal Kronik Tembus Rp 11 Triliun pada 2024

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI tahun 2018, prevalensi PGK di Indonesia mencapai 0,38 persen dan terus meningkat setiap tahun. 

Sementara itu, data registri Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) pada 2022 mencatat insidensi kumulatif pasien yang menjalani dialisis atau cuci darah mencapai 63.498 orang, dengan prevalensi kumulatif 158.929 pasien.

Ketua Umum PERNEFRI, Dr. dr. Pringgodigdo Nugroho, SpPD-KGH, menjelaskan PGK sering kali tidak terdeteksi hingga 90 persen fungsi ginjal sudah hilang. 

"Ginjal memiliki banyak fungsi vital, termasuk menyaring racun, mengontrol tekanan darah, dan menjaga keseimbangan mineral tubuh. Jika tidak terdeteksi sejak dini, PGK bisa berkembang menjadi gagal ginjal yang memerlukan terapi pengganti ginjal seperti dialisis atau transplantasi," kata Pringgodigdo di jumpa pers pers peringatan Hari Ginjal Sedunia di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (12/3/2025).

Beberapa faktor risiko utama penyakit ginjal meliputi hipertensi, diabetes, obesitas, serta riwayat keluarga dengan penyakit ginjal. 

Selain itu, kondisi seperti gangguan ginjal akut, penyakit autoimun, serta infeksi seperti hepatitis B dan C juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena PGK.

Untuk mencegah berkembangnya penyakit ginjal, skrining dan deteksi dini sangat disarankan, terutama bagi populasi berisiko tinggi. 

Skrining dapat dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, Indeks Massa Tubuh (IMT), serta tes darah dan urin untuk mengevaluasi fungsi ginjal.

“Pemeriksaan sederhana seperti pengukuran tekanan darah, tes albuminuria dalam urin, serta pemeriksaan kreatinin serum dapat membantu mendeteksi gangguan ginjal lebih awal. Jika ditemukan kelainan, intervensi medis bisa segera dilakukan untuk memperlambat progresivitas penyakit," jelas Dr. Pringgodigdo.

Penyakit ginjal tidak hanya membahayakan kesehatan, tetapi juga menimbulkan beban ekonomi yang besar. 

Pada kesempatan sama, Deputi Direksi Bidang Kebijakan Penjaminan Manfaat BPJS Kesehatan, Dr. dr. Ari Dwi Aryani, M.K.M., mengungkapkan biaya pelayanan kesehatan untuk gagal ginjal terus meningkat setiap tahunnya, bahkan mencapai Rp11 triliun.

“Untuk menekan angka kejadian PGK dan biaya perawatan yang tinggi, program deteksi dini harus digencarkan. Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) juga perlu diperluas agar lebih banyak masyarakat yang menjalani skrining kesehatan ginjal secara berkala,” ujarnya.

Selain itu, perubahan gaya hidup menjadi faktor kunci dalam pencegahan PGK. 

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid., mengingatkan pola hidup tidak sehat, seperti kurangnya konsumsi cairan dan gaya hidup sedentary, berkontribusi terhadap peningkatan kasus PGK.

"Kami terus mendorong masyarakat untuk mengadopsi gaya hidup sehat, termasuk menjaga pola makan seimbang, rutin berolahraga, serta menghindari konsumsi berlebihan garam dan gula. Langkah-langkah sederhana ini dapat membantu menjaga kesehatan ginjal dalam jangka panjang," ujar dr. Siti Nadia.

Sejumlah organisasi dan perusahaan juga turut berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan ginjal. 

Ketua Umum National Kidney Foundation (NKF) Indonesia, Bapak Komjen Pol (Purn.) Suhardi Alius, MH, menegaskan komitmen NKF dalam edukasi kesehatan ginjal.

“Kami ingin memastikan masyarakat memahami betapa pentingnya menjaga kesehatan ginjal dan melakukan deteksi dini. Melalui berbagai kampanye dan program edukasi, kami berharap jumlah kasus PGK dapat ditekan,” ujar Suhardi.

Sementara itu, Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, Esra Erkomay, menegaskan peran industri farmasi dalam mendukung upaya deteksi dini dan pengobatan PGK. 

"Hari Ginjal Sedunia menjadi momentum bagi kami untuk terus berinovasi dan mendukung akses pasien terhadap pengobatan yang sesuai dengan pedoman medis,” katanya.

Peringatan Hari Ginjal Sedunia 2025 menjadi pengingat bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan ginjal mereka. 

Dengan melakukan deteksi dini dan menerapkan gaya hidup sehat, risiko penyakit ginjal kronik dapat diminimalkan, sehingga kualitas hidup masyarakat pun semakin meningkat.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan