Gibran Mengekor Prabowo yang Berjalan di Samping Megawati, Rocky Gerung: Sudah Kehilangan Marwahnya
Saat Peringatan Hari Lahir Pancasila 2025, terlihat Gibran berjalan sendirian di belakang Prabowo Subianto yang berdampingan dengan Megawati.
TRIBUNNEWS.COM - Akademisi sekaligus pengamat politik Rocky Gerung menanggapi momen Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka yang berjalan di belakang Presiden RI Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri.
Sebagai informasi, saat peringatan Hari Lahir Pancasila 2025, Prabowo dan Megawati tampak berjalan berdampingan ketika memasuki lokasi upacara di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (2/6/2025).
Sementara itu, terlihat Gibran berjalan sendirian di belakang mereka.
Momen ini terjadi saat pimpinan upacara melaporkan bahwa upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila 2025 telah siap dimulai.
Lalu, Prabowo yang awalnya berdiri sendiri di depan, menengok ke arah Megawati untuk memberi kode agar berjalan berdampingan dengannya.
Kemudian, Gibran yang berada di belakang mereka pun hanya mengekor keduanya.
Selanjutnya, upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila 2025 dimulai, di mana Prabowo bertindak sebagai Inspektur Upacara.
Rocky Gerung Nilai Ada Ketegangan Politik
Terkait momen Gibran berjalan membuntuti Prabowo dan Megawati tersebut, Rocky Gerung menilai momen tersebut terkesan kurang pas.
Sebab, Gibran yang statusnya adalah Wakil Presiden RI justru berjalan di belakang Megawati.
Menurut Rocky, hal tersebut berkaitan dengan ketegangan politik antara PDIP dengan kubu ayah Gibran, Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Baca juga: Ketika Ade Armando Makin Getol Goda Jokowi Merapat ke PSI: Bisa Atur Keputusan Politik Sendiri
Hal ini ia sampaikan dalam tayangan video yang diunggah di kanal YouTube Rocky Gerung Official, Senin (2/6/2025).
"Yang menarik, netizen mulai melihat bahwa ada yang kurang fit and proper, kurang tepat atau kurang pas. Karena Gibran yang wakil presiden justru berjalan di belakang Megawati yang ketua partai PDIP," papar Rocky Gerung.
"Tentu konteksnya adalah ketegangan politik, atau sebut aja awalnya ketegangan sekarang jadi konflik politik antara PDIP dengan Jokowi, dan Gibran tidak lagi dilihat sebagai wajah dari kekuasaan, tetapi wajah dari Jokowi," jelasnya.
Kemudian, Rocky menilai, masyarakat sudah melihat bahwa Gibran tidak lagi memiliki posisi atau status dalam dunia politik.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.