Kecelakaan Maut di Gerbang Tol Ciawi
Kecelakaan Berulang di Gerbang Tol Ciawi 2, Truk Tak Pernah Masuk Jembatan Timbang Jadi Sorotan
Seharusnya setelah dua kejadian di lokasi yang sama dalam tahun ini, sudah ada evaluasi besar-besaran.
Penulis:
Dennis Destryawan
Editor:
willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koordinator Indonesia Toll Road Watch (ITRW) Deddy Herlambang menyayangkan insiden rem blong yang kembali terjadi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat tepatnya di Gerbang Tol Ciawi 2. Dia melihat penyebab utamanya diduga karena overload alias kelebihan muatan pada kendaraan.
Baca juga: Kecelakaan Berulang di Gerbang Tol Ciawi 2, KNKT: Kami Sudah Pernah Berikan Rekomendasi
“Memang belum ada laporan resmi dari KNKT, tapi dugaan awal kita ini akibat overload. Ini kejadian serupa dengan dua bulan lalu,” ujar Deddy kepada Tribunnews, Senin (2/6/2025).
Deddy menegaskan, overload ini berbeda dengan over dimension. Bukan masalah bentuk fisik atau dimensi kendaraan, tapi muatannya yang melebihi kapasitas.
"Ini menyebabkan sistem pengereman gagal berfungsi optimal," jelasnya.
Dia juga menyebut bahwa faktor lain adalah lemahnya sistem kontrol dan pengawasan kelayakan kendaraan. Yang menjadi pertanyaan, kata dia, apakah truk tersebut sudah menjalani uji kir.
"Kalau sudah, berarti ada yang salah dalam proses uji kir tersebut," ujarnya.
Menurutnya, uji kir yang dilakukan setiap enam bulan harusnya cukup untuk menjamin keselamatan. Tapi jika sudah dilakukan dan rem masih gagal, artinya ada celah dalam sistem itu sendiri.
"Bisa jadi kampas remnya aus, atau memang truknya sudah uzur. Tapi kenapa bisa lolos? Ini harus diselidiki," katanya.
Baca juga: Kecelakaan Sering Terjadi di Gerbang Tol Ciawi 2, Warga Resah Minta Dibuatkan Jalur Darurat
Deddy juga menyoroti tidak adanya kewajiban bagi truk untuk masuk jembatan timbang atau Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) seperti dulu.
"Dulu truk wajib masuk jembatan timbang, sekarang tidak. Padahal itu penting untuk mengetahui berat aktual muatan mereka," katanya.
Dia juga menyayangkan peran Dinas Perhubungan (Dishub) yang kini terbatas, dan tidak bisa menilang. Menurutnya, pencegahan harus menjadi prioritas, bukan hanya penindakan seusai kejadian.
"Idealnya Dishub berjaga setiap hari, memastikan truk masuk jembatan timbang. Kalau perlu libatkan kepolisian kalau ada pelanggaran," tegasnya.
Deddy mengaku prihatin karena insiden semacam ini terus berulang. Seharusnya setelah dua kejadian di lokasi yang sama dalam tahun ini, sudah ada evaluasi besar-besaran.
"Jangan tunggu kejadian ketiga atau ada korban jiwa dulu baru bereaksi," kata Deddy.
Deddy pun meminta perhatian serius dari semua pihak, baik Dishub Kabupaten Bogor Jawa Barat, kepolisian, hingga pemerintah pusat. Dia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.