Tahun Baru Islam
Link Live Streaming Mubeng Beteng Malam 1 Suro 2025 Keraton Yogyakarta, Kirab Mulai Pukul 23.00 WIB
Pihak Keraton Yogyakarta telah memersiapkan tayangan live streaming untuk acara Mubeng Beteng 2025 kali ini.
Penulis:
Bobby W
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Tahun Baru Islam yang bertepatan dengan hari Jumat, 27 Juni 2025, diiringi pelaksanaan tradisi malam 1 Suro oleh masyarakat Jawa.
Warga Yogyakarta sendiri memperingati Malam 1 Suro dengan menggelar tradisi Lampah Budaya Mubeng Beteng , yang lebih dikenal sebagai Mubeng Beteng.
Mubeng Beteng didefinisikan sebagai tradisi khas Yogyakarta yang diselenggarakan setiap malam 1 Suro dalam kalender Jawa, bertepatan dengan pergantian tahun baru Islam menurut penanggalan Hijriah.
Perayaan ini tidak hanya bertujuan menyambut tahun baru, tetapi juga sebagai momen refleksi diri dan penyucian jiwa, berbeda dari perayaan tahun baru Masehi yang biasanya meriah .
Sesuai makna harfiahnya, prosesi ini dilakukan dengan cara mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta.
Tradisi ini telah dipelihara secara turun-temurun oleh keluarga keraton selama lebih dari dua abad dan kini menjadi simbol budaya penuh makna.
Mubeng Beteng juga telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Daerah Istimewa Yogyakarta, mencerminkan harmoni antara nilai spiritual, sejarah, dan kearifan lokal.
Awalnya, ritual ini hanya dilaksanakan oleh abdi dalem keraton, tetapi seiring waktu, masyarakat umum juga diperbolehkan berpartisipasi.
Bagi masyarakat umum yang hendak mengikuti agenda tersebut, pihak Keraton Yogyakarta meminta agar seluruh peserta saling menjaga kenyamanan, keheningan, ketertiban, berbusana rapi, serta tidak mengenakan celana pendek.
Selain itu, bagi masyarakat yang ingin turut serta dalam pelaksanaan Mubeng Beteng tahun ini tapi tidak dapat hadir langsung secara fisik, anda tidak perlu khawatir.
Hal ini terjadi mengingat pihak Keraton Yogyakarta juga telah memersiapkan tayangan live streaming untuk acara Mubeng Beteng 2025 kali ini.
Baca juga: Kalender Jawa 26 Juni 2025, Malam Ini Malam 1 Suro dan Malam Jumat Kliwon
Berikut ini adalah link live streaming, jadwal, rute, serta informasi sejarah dan makna dari kegiatan Mubeng Beteng yang akan digelar malam ini.
Link Live Streaming Mubeng Beteng 2025
Dikutip dari akun ofisial resmi Keraton Yogyakarta di @kratonjogja, pihak Kesultanan mengkonfirmasi bahwa Mubeng Beteng 2025 ini juga akan ditayangkan secara langsung melalui live streaming
Rangkaian Hajad Kawula Dalem akan disiarkan secara langsung melalui akun resmi Instagram dan TikTok milik Keraton Yogyakarta.
Bagi Anda yang ingin menyaksikannya secara langsung melalui media sosial, berikut ini adalah link live streaming-nya melalui akun ofisial milik Keraton Yogyakarta.
Jadwal Mubeng Beteng 2025
Terkait Jadwal pelaksanaan Mubeng Beteng pada tahun ini, kegiatan rencananya mulai dilaksanakan pada Kamis, 26 Juni 2025, malam Jumat.
Dikutip dari unggahan akun resmi Keraton Yogyakarta di @kratonjogja, Acara tersebut akan dimulai pukul 23.00 WIB.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Hajad Kawula Dalem yang diselenggarakan setiap malam 1 Suro dalam kalender Jawa.
Sebelum kirab dimulai, akan diadakan pembacaan Macapat selepas waktu salat Isya di Bangsal Ponconiti, Kompleks Kamandungan Lor (Keben), Keraton Yogyakarta .
Setelah pembacaan kirab selesai, peserta kirab kemudian dijadwalkan akan memulai perjalanan dari lokasi yang sama pada pukul 23.00 WIB.
Rute Mubeng Beteng 2025
Rute Mubeng Beteng biasanya dilakukan berlawanan arah jarum jam.
Adapun jalur melawan arah jarum jam ini digunakan sebagai simbol "lampah prihatin" (langkah duka) dan refleksi spiritual, berbeda dengan momen gembira yang menggunakan arah searah jarum jam.
Berikut rincian rute umum yang dilalui peserta Mubeng Beteng di Yogyakarta berdasarkan berbagai sumber:
- Titik Awal :
Kamandungan Lor (Keben) atau Bangsal Ponconiti di Pelataran Keben (halaman Keraton Yogyakarta). - Perjalanan Awal :
Dari Keben menuju Ngabean (area barat Keraton) melalui Jalan Agus Salim atau Jalan Sultan Agung. - Pojok Beteng Kulon :
Melintasi Pojok Beteng Kulon (sudut barat benteng) dan terus ke Jalan MT Haryono atau Plengkung Gading. - Pojok Beteng Wetan :
Menuju Pojok Beteng Wetan (sudut timur benteng) melalui Jalan Wahid Hasyim atau Jalan Mayjen Sutoyo. - Jalan Ibu Ruswo :
Melanjutkan ke Jalan Ibu Ruswo dan kembali ke area Alun-alun Utara. - Penutupan :
Kembali ke titik awal (Keben ) setelah menempuh jarak sekitar 4–5 kilometer, biasanya sebelum waktu Subuh.
Rute dapat sedikit bervariasi tergantung pihak penyelenggara, seperti melalui Jalan Brigjen Katamso atau Regol Puro Pakualaman untuk versi Puro Pakualaman.
Sejarah Mubeng Beteng
Sejarah Mubeng Beteng merujuk pada era Sri Sultan Hamengkubuwono II, yang memerintah pada periode 1792–1810, 1811–1812, dan 1826–1828.
Semula, Mubeng Beteng merupakan upacara kenegaraan Keraton Yogyakarta yang dilaksanakan atas perintah sultan dan diikuti oleh abdi dalem.
Tradisi ini termasuk bagian dari tirakat lampah ratri , yaitu bentuk munajat atau usaha spiritual untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui perjalanan mengikuti lintasan tertentu.
Prosesinya terinspirasi dari hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah, yang sarat dengan perjuangan dan keprihatinan.
Dalam pelaksanaannya, peserta Mubeng Beteng berjalan tanpa alas kaki mengitari benteng keraton sejauh sekitar lima kilometer, dilakukan dalam keheningan (tapa bisu) sebagai simbol refleksi diri dan penyucian jiwa.
Upacara dimulai dengan pembacaan tembang Macapat di Bangsal Srimanganti, diawali dengan lonceng Kyai Brajanala yang dibunyikan 12 kali.
Ketika tengah malam tiba, para abdi dalem memulai perjalanan berlawanan arah jarum jam, diikuti oleh masyarakat yang mematuhi aturan serupa.
Makna Mubeng Beteng
Makna utama Mubeng Beteng adalah permohonan perlindungan dan introspeksi diri untuk menyambut tahun baru dengan semangat perbaikan.
Berbeda dari perayaan tahun baru Masehi yang biasanya meriah dan hingar-bingar, 1 Suro diselenggarakan dengan penuh keheningan dan introspeksi diri.
Tradisi ini kini ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Daerah Istimewa Yogyakarta , mencerminkan harmoni antara nilai spiritual, sejarah, dan kearifan lokal.
(Tribunnews.com/Bobby)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.