Selasa, 30 September 2025

Apa Itu Fenomena Bediding? Ini Penjelasan BMKG dan Faktor yang Mempengaruhi

Berikut penjelasan BMKG terkait Fenomena Bediding dan faktor apa yang mempengaruhinya.

Penulis: Lanny Latifah
Editor: Febri Prasetyo
Instagram @infobmkg
FENOMENA BEDIDING - Unggahan di akun resmi Instagram @infobmkg pada Selasa (15/7/2025). Berikut penjelasan BMKG terkait Fenomena Bediding dan faktor apa yang mempengaruhinya. 

TRIBUNNEWS.COM - Simak penjelasan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang fenomena bediding dan faktor yang mempengaruhinya.

Fenomena bediding adalah kondisi udara dingin yang menusuk dari malam hingga pagi hari pada musim kemarau.

Ini lazim terjadi di wilayah pegunungan dan dataran tinggi seperti Dataran Tinggi Dieng, juga wilayah lainnya di Jawa, Bali, NTB, dan NTT.

Bediding merupakan kejadian alamiah yang erat kaitannya dengan kondisi atmosfer yang khas pada musim kemarau.

"Suhu terasa dingin di pagi hari kontras dengan siang hari yang terik. Jaga dan tingkatkan imunitas tubuh dengan asupan nutrisi dan minuman hangat," keterangan dalam unggahan akun Instagram @infobmkg.

Faktor yang Mempengaruhi

Pada skala lokal, musim kemarau umumnya jarang terjadi hujan. Langit cenderung cerah tanpa tutupan awan.

Kondisi ini memungkinkan panas dari permukaan Bumi lepas dengan mudah ke atmosfer melalui radiasi.

Selain itu, kelembapan udara yang rendah saat kemarau mengakibatkan tidak adanya "selimut alami" yang menahan panas.

Ini memperkuat pendinginan danmembuat suhu udara turun drastis menjelang pagi.

Kemudian, pada skala regional, musim kemarau dipengaruhi oleh angin monsun timur yang berasal dari Australia.

Baca juga: Mengenal Fenomena Bediding, Udara Dingin Juli-Agustus 2025 Melanda Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara

Angin ini membawa massa udara kering dan dingin sehingga memperkuat efek pendinginan suhu, khususnya di wilayah Indonesia bagian selatan.

Meski pada pagi terasa dingin, suhu pada siang hari lebih terik karena langit cerah memungkinkan radiasi matahari langsung memanaskan permukaan bumi.

Kondisi perbedaan suhu ini merupakan ciri khas musim kemarau.

Fenomena suhu dingin ini diperkirakan berlangsung hingga September, seiring dengan masih berlangsungnya musim kemarau di beberapa wilayah.

Adapun posisi Matahari saat ini berada pada titik jarak terjauh dari Bumi (Aphelion) dalam siklus gerak revolusi bumi mengitari Matahari.

Hal itu juga tidak berpengaruh secara signifikan pada fenomena atmosfer suhu dingin.

Imbauan BMKG

Bediding bukan fenomena berbahaya, tetapi kewaspadaan tetap diperlukan.

Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk

  • menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh dengan asupan nutrisi dan minuman hangat,
  • menggunakan pelembap untuk mencegah kulit kering dan pecah-pecah akibat udara dingin.
  • memantau terus informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, seperti situs web https://www.bmkg.go.id/, media sosial @infobmkg, atau aplikasi infoBMKG.

Meskipun udara dingin pagi hari menjadi perhatian, potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor tetap perlu diwaspadai, terutama di wilayah yang masih sering diguyur hujan.

(Tribunnews.com/Latifah)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan