Pesta Pernikahan Anak Dedi Mulyadi
Kesedihan Ibunda Ditinggal Bripka Cecep, Keinginan Makan Serabi Majalengka Tinggal Kenangan
Kenangan terakhir Nurbaiti, Bripka Cecep kerap mengungkapkan keinginannya untuk makan Serabi Majalengka.
Penulis:
Ibriza Fasti Ifhami
Editor:
Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Ibu sambung dari Bripka Cecep Saeful Bahri, Nurbaiti, mengungkapkan mendiang anaknya sangat menyukai salah satu makanan khas Majalengka, Serabi.
Ia tampak menitikkan air mata saat menceritakan kenangan dengan Bripka Cecep.
Baca juga: Kapolri Beri Kenaikan Pangkat Bripka Cecep yang Gugur saat Jalankan Tugas
Bripka Cecep Saeful Bahri menjadi salah satu dari tiga korban yang meninggal dunia dalam insiden rangkaian acara pernikahan Wakil Bupati Garut Putri Karlina, dengan Maula Akbar, putra dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi di Pendopo Alun-alun Garut, Jawa Barat, Jumat (18/7/2025).
Nurbaiti mengatakan, dia dan ayah Bripka Cecep kini tinggal di Majalengka, Jawa Barat.
Sedangkan Bripka Cecep dan keluarga tinggal di Garut.
Menurut Nurbaiti, mendiang Bripka Cecep kerap mengungkapkan keinginannya untuk menyantap Serabi Majalengka.
Hal itu disampaikan Bripka Cecep saat beberapa kali berkomunikasi dengan Nurbaiti melalui telepon.
"Iya dia makanan kesukaannya Serabi Majalengka," ucap Nurbaiti, saat ditemui Tribunnews.com di rumah duka, di Garut, Jawa Barat, Sabtu (19/7/2025).
Baca juga: Bocah 8 Tahun dan Anggota Polisi Tewas saat Acara Nikahan Anak Dedi Mulyadi di Garut
"Kalau telepon itu suka bilang 'mau ke Majalengka, mau makan Serabi'. Kalau bahasa Sunda-nya, kabitana," tambahnya.
Menurut Nurbaiti, hal itu diresponsnya dengan mempersilakan sang anak untuk segera berkunjung ke Majalengka.
Ia mengaku tak menyangka hal tersebut kini menjadi kenangan yang tak terlupakan.
"Enggak menyangka. Padahal sedang sehat-sehatnya dia itu," jelasnya.
Di sisi lain, Nurbaiti mengatakan, beberapa tahun yang lalu, Bripka Cecep pernah dirawat di rumah sakit akibat menderita gejala penyakit jantung.
"Iya pernah dirawat karena (penyakit) jantung," ungkap Nurbaiti.
Namun demikian, menurutnya, Bripka Cecep telah pulih dari penyakit jantung.
"Dirawatnya waktu itu sekali aja sih. Gejala (penyakit) jantung aja. Kan kalau jantungnya dulu, tapi udah sembuh, gitu," jelasnya.
Tak hanya itu, Nurbaiti juga mengatakan, Bripka Cecep juga memiliki riwayat kolesterol.
Bahkan, menurut ibu sambung korban itu, almarhum sempat melakukan diet untuk menurunkan berat badan.
Selain itu, mendiang Bripka Cecep juga kerap berolahraga lari atau jogging serta menunaikan puasa di hari Senin dan Kamis.
"Karena dia punya kolesterol, jadi ingin turunkan berat badan," ujar Nurbaiti.
"Selalu puasa Senin-Kamis dia. Malah suka kasih kabar juga dia lagi lari pagi-pagi," pungkasnya.
Sebelumnya, tragedi memilukan terjadi di tengah kemeriahan pesta pernikahan keluarga pembesar Jawa Barat.
Salah satu korban jiwa dalam insiden desak-desakan saat acara pesta rakyat makan gratis di Pendopo Garut adalah seorang anggota kepolisian yang dikenal ramah dan berdedikasi tinggi, Bripka Cecep Saeful Bahri (39).
Ia mengembuskan napas terakhir saat tengah bertugas mengamankan kerumunan warga yang hadir dalam rangka syukuran pernikahan Wakil Bupati Garut, Putri Karlina, dengan Maula Akbar, putra dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Dalam kerumunan warga yang memadati kawasan Pendopo untuk mendapatkan bagian dari makan gratis, terjadi kekacauan yang menyebabkan puluhan orang kehilangan kesadaran.
Berdasarkan laporan dari lokasi, setidaknya 26 orang sempat pingsan akibat desak-desakan, dan tiga di antaranya meninggal dunia, termasuk Bripka Cecep.
Bupati Garut, Abdusy Syakur Amin, turut menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas insiden yang menewaskan tiga orang tersebut.
Dalam keterangannya kepada media, ia mengungkapkan rasa prihatin dan duka atas peristiwa nahas yang menodai kebahagiaan keluarga besar pemerintahan daerah.
"Saya menyampaikan belasungkawa dan berduka cita, kami sampaikan keprihatinan atas peristiwa ini," kata Syakur kepada awak media di Pendopo, Jumat malam.
Syakur menjelaskan bahwa berdasarkan informasi yang diterima dari Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, korban-korban yang jatuh akibat sesak napas dan kehilangan oksigen saat terjebak dalam kerumunan di pintu masuk area makan bersama.
"Informasi yang kami terima itu karena mereka kekurangan oksigen berdesak-desakan," ujarnya.
Menurut penuturannya, antusiasme tinggi masyarakat terhadap pesta pernikahan pejabat menjadi salah satu penyebab membeludaknya kerumunan warga.
Warga yang hadir bahkan sudah berkumpul sejak usai salat Jumat, meski agenda makan bersama baru akan dimulai pukul 13.00 WIB.
Guna menghindari kejadian serupa dan sebagai bentuk penghormatan kepada korban, pemerintah daerah sepakat untuk membatalkan seluruh agenda lanjutan yang semula telah dijadwalkan dalam rangkaian pernikahan tersebut.
"Untuk rangkaian lainnya, kami sudah bersepakat menunda atau ditiadakan," ungkapnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.