Gempa Bumi
BNPB Minta Warga Terdampak Gempa Rusia Tetap Menjauh dari Pantai usai Tsunami Pertama, Ini Alasannya
BNPB menyebut tsunami yang melanda pertama kali belum tentu menjadi yang terbesar. Dia mengatakan justru yang berpotensi adalah gelombang selanjutnya.
Penulis:
Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor:
Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, memperingatkan bagi warga yang terdampak gempa berkekuatan magnitudo 8,7 di Kamchatka, Rusia, Rabu (30/7/2025) untuk tetap menjauhi pesisir pantai setelah tsunami pertama melanda.
Muhari mengungkapkan hal tersebut perlu dilakukan karena tsunami yang melanda pertama kali belum tentu berkekuatan paling besar.
Dia mengatakan ada potensi tsunami susulan justru yang memiliki kekuatan terbesar dan dengan gelombang paling tinggi.
"Untuk tsunami yang melintasi samudera, itu gelombang pertama tidak harus yang terbesar. Biasanya gelombang terbesarnya datang itu pada gelombang ketiga, keempat, dan gelombang kelima," katanya dalam konferensi pers, dikutip dari YouTube BNPB.
Muhari menuturkan gelombang susulan tersebut diprediksi akan terjadi dalam hitungan jam.
"Masyarakat tidak hanya menjauhi pantai pada saat estimasi waktu tsunaminya datang. Tetapi juga tetap harus menjauhi pantai sampai beberapa waktu setelah peringatan dini atau waktu tiba tsunami (susulan) datang," jelasnya.
Baca juga: Kumpulan Foto dan Video Gempa Beserta Tsunami di Rusia, Gedung Rusak dan Barang Berjatuhan
Ia mengatakan peringatan ini berkaca dari jatuhnya satu korban jiwa warga Jayapura, Papua, saat gempa berkekuatan magnitudo 9,0 mengguncang Jepang pada tahun 2011 silam.
Muhari mengungkapkan saat itu Indonesia turut terdampak gempa Jepang yaitu adanya gelombang tsunami. Namun tinggi gelombang tersebut tidak sampai 50 cm.
Namun, hal tersebut tidak menjamin ketika ternyata ada korban jiwa dari Indonesia akibat gempa Jepang.
"Sekali lagi, kalau kita bicara tsunami, tsunami (setinggi) 50 cm pun bisa membunuh. Kita bisa melihat pengalaman kita di 2011, ada satu korban jiwa di Jayapura."
"Ini satu dari dua korban jiwa pada saat tsunami 2011 Jepang di luar Jepang-nya," jelas Muhari.
Muhari meminta agar masyarakat kembali ke pesisir pantai dan beraktivitas seperti biasa ketika sudah ada pencabutan peringatan tsunami secara resmi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Daftar Wilayah di Indonesia Terdampak Gempa Rusia
BMKG telah mengumumkan 10 wilayah di Indonesia yang berpotensi tsunami imbas gempa magnitudo 8,7 di Kamtchaka, Rusia, pada Rabu (30/7/2025) pagi.
Berdasarkan rilis pers yang diterima Tribunnews.com, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, menjadi wilayah pertama yang berpotensi dilanda tsunami.
BMKG memprediksi tsunami akan melanda Kepulauan Talaud pukul 13.52 WIB atau 14.52 WITA
Setelah itu, Halmahera Utara, Maluku Utara menjadi wilayah kedua yang berpotensi diterjang tsunami yaitu pukul 14.04 WIB atau 16.04 WIT.
Sementara, wilayah terakhir adalah Kota Gorontalo, Gorontalo, yang diperkirakan oleh BMKG akan dilanda tsunami pada pukul 15.39 WIB atau 16.39 WITA.
Selengkapnya berikut daftar wilayah yang berpotensi tsunami akibat gempa di Rusia:
- Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara: 14.52 WITA/13.52 WIB
- Halmahera Utara, Maluku Utara: 16.04 WIT/14.04 WIB
- Manokwari, Papua Barat: 16.08 WIT/14.08 WIB
- Rajaampat bagian utara, Papua Barat: 16.18 WIT/14.18 WIB
- Biaknumfor, Papua: 16.21 WIT/14.21 WIB
- Supiori, Papua: 16.21 WIT/14.21 WIB
- Sorong bagian utara, Papua Barat: 16.24 WIT/14.24 WIB
- Jayapura, Papua: 16.30 WIT/14.30 WIB
- Sarmi, Papua: 16.30 WIT/14.30 WIB
- Kota Gorontalo, Gorontalo: 16.39 WITA/15.39 WIB
Kepala Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menuturkan tsunami yang berpotensi terjadi di 10 wilayah tersebut memiliki ketinggian 0,5 meter.
"Hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami di wilayah Indonesia dengan status waspada (ketinggian tsunami kurang dari 0,5 meter)," kata Daryono.
Daryono pun mengimbau agar masyarakat di pesisir yang wilayahnya masuk daftar terdampak gempa Rusia untuk menjauhi pantai.
Hingga kini, dia mengungkapkan belum ada kerusakan yang terjadi akibat dampak dari gempa Rusia tersebut.
Daryono juga menuturkan gempa yang terjadi di Rusia akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Kamchatka (Kurile-Kamchatka Trench).
"Gempabumi ini memiliki mekanisme naik (thrust fault)," katanya.
Baca juga: 10 Wilayah di Indonesia Berpotensi Dilanda Tsunami Imbas Gempa Rusia, Kepulauan Talaud Pertama
Dikutip dari laman BMKG, aktivitas subduksi adalah proses geologi di mana satu lempeng tektonik bergerak di bawah lempeng tektonik lainnya dan umumnya terjadi di batas lempeng konvergen. Proses ini bisa menyebabkan gempa bumi hingga tsunami.
Sementara, dilansir Britannica, lempeng Kamchatka mengacu pada bagian selatan Semenanjung Kamchatka yang berada di atas batas lempeng konvergen tempat lempeng pasifik menunjam ke bawah lempeng Okhotsk.
Adapun lempeng tersebut berada di zona subduksi Palung Kuril-Kamchatka.
Di sisi lain, Kamchatka telah dilanda lima kali gempa yang berkekuatan di atas M 7 di mana terakhir kali terjadi pada 25 Maret 2020 lalu dengan kekuatan M 7,5.
Sementara, gempa terkuat di Kamchatka terjadi pada 4 November 1952 lalu dengan kekuatan M 9,0.
Akibatnya, tsunami setinggi 15-18 meter menerjang kota terdekat yaitu Severo-Kurilsk.
Berdasarkan data dari pemerintah, gempa disertai tsunami itu mengakibatkan 2.336 orang tewas. Selain itu, pemerintah setempat juga membangun kembali kota tersebut dengan memindahkannya ke lokasi yang lebih tinggi.
Sementara, lokasi kota yang lama dibangun pelabuhan dan berujung dilarangnya penduduk untuk tinggal di sekitar tempat tersebut.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.