Kontroversi Film Animasi Merah Putih
Akui Habis Rp6,7 M, Produser Eksekutif Film Merah Putih One For All Sebut Kecil, Yakin Balik Modal?
Produser eksekutif dilm Merah Putih One For All, Sonny Pudjisasono memberikan respon terkait viral film garapannya.
TRIBUNNEWS.COM - Produser eksekutif film Merah Putih One For All, Sonny Pudjisasono memberikan respons terkait viral film garapannya yang akan tayang mulai 14 Agustus 2025 mendatang.
Film Merah Putih One For All diketahui garapan rumah produksi Perfiki Kreasindo, bagian dari Yayasan nirlaba Pusat Perfilman H Usmar Ismail, beralamat di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.
Film yang kehadirannya untuk ikut menyemarakkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia (RI) sedang disorot, utamanya perihal kualitasnya.
Belakangan terungkap, biaya produksi film tersebut tembus di angka Rp6,7 miliar.
Sonny dalam kesempatannya mengakui angkat tersebut kecil dibandingkan film animasi-animasi lainnya.
"Dilihat Rp6,7 miliar itu kecil kalau dilihat pembuatan film animator-animator yang lain itu sangat besar sekali gitu loh," ungkapnya, dikutip dari kanal YouTube tvOneNews, Selasa (12/8/2025).
Sonny membongkar total biaya produksi sebetulnya lebih dari Rp6,7 miliar.
Biaya di atas hanya untuk meng-cover tim animator bersama berbagai perlengkapannya produksi, belum termasuk biaya gala premiere.
Bagi Sonny, dirinya tidak merasa berat dengan besaran budget yang sudah digelontorkan, karena pembuatan film dilakukan secara bergotong royong dengan niat berkontribusi kepada bangsa dan negara.
"Kami terus terang bahwa pembuatan film ini pertama kali kita didasarin antara kita untuk memberikan sumbangsih."
"Kita ingin mewarnai bagaimana para pekerja kreatif perfilman Indonesia ini ingin memberikan sesuatu pada 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Sehingga kita bersama-sama baik animatornya segala macam itu memberikan kontribusi," tegasnya.
Baca juga: Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Bantah Berikan Bantuan Keuangan untuk Film Merah Putih One For All
Ucapkan Terima Kasihnya dan Yakin Balik Modal?
Sonny dalam kesempatannya juga mengucapkan terimakasih kepada warganet yang sudah ikut meramaikan film Merah Putih One For All hingga viral.
"Saya ingin sampaikan ucapan terima kasih ya kepada semua pihak yang mengapresiasi sehingga film animasi Anak Merah Putih ini menjadi viral," katanya.
Sementara saat disinggung soal waktu produksi, Sonny membantah filmnya baru digarap beberapa bulan terakhir.
Ia mengatakan penggodokan Merah Putih One For All sudah digarap sejak setahun lalu.
"Proses ini sudah kita gagas setahun yang lalu. Standar bikin film itu kan prosesnya setahun. Ketika masuk kepada post pro itu kurang lebih 3 bulan sampai 2 bulan prosesnya itu pematangan," terangnya.
"Nah, kenapa kita bikin film animasi anak merah putih? Ini adalah merupakan keterpanggilan sebagai anak bangsa dan para pekerja kreatif perfilman Indonesia. Apa yang mau hendak diberikan kepada bangsa dan negara pada 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia," tambah Sonny.
Baca juga: Hanung Bramantyo Sebut Film Merah Putih One For All Dapat Prioritas Tayang saat 200 Film Masih Antre
Sonny mengaku pihaknya sengaja memilih genre film anak karena dunia film Indonesia sedang dibanjiri genre film untuk dewasa dan horor.
Ia ingin menyajikan film alternatif sehingga bisa dinikmati oleh anak-anak, khususnya saat HUT ke-80 RI.
Oleh karenanya, Sonny tidak terlalu memikirkan akan balik modal dengan filmnya ini.
Baginya niat awal film Merah Putih One For All adalah bentuk sumbangsih untuk bangsa.
"Kalau ini banyak menontonnya meledak, ya alhamdulillah artinya investasi kita kembali. Kalau toh enggak ada (balik modal), kita sudah punya poin kita memberikan sesuatu di hari kemerdekaan," tandas Sonny.
Sinopsis Film Animasi Merah Putih One For All Tayang 14 Agustus di Bioskop

Film "Merah Putih One For All" ini menceritakan tentang sekelompok anak yang terpilih menjadi Tim Merdeka oleh pemimpin desa menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia.
Tim tersebut, terdiri dari delapan anak dengan latar belakang budaya yang berbeda, yakni Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan Tionghoa.
Mereka dipilih untuk menjaga Bendera Pusaka yang akan dikabarkan pada Upacara 17 Agustus.
Namun tiga hari sebelum upacara, Bendera Merah Putih itu hilang.
Mereka kemudian bersatu untuk mencari Bendera Pusaka yang hilang secara misterius.
Tim Merdeka harus mengatasi berbagai rintangan seperti membelah hutan, menyeberangi sungai, dan bahkan meredam perbedaan ego masing-masing demi menemukan Bendera Merah Putih.
Baca juga: Profil Perfiki Kreasindo, PH Film Merah Putih One For All: Bikin Ajang Putri Asuransi Indonesia
Namun, sesampainya di tengah hutan, mereka menemukan burung beo yang terkurung dalam kandang.
Kelompok pemburu hewan pun datang dan marah karena menemukan burung tersebut dilepaskan oleh Tim Merdeka.
Ketegangan berlanjut, Tim Merdeka disandera oleh penjahat hutan dan meminta burung itu ditangkap kembali.
Tim Merdeka harus menyerahkan burung tersebut agar menemukan Bendera Pusaka.
Dengan keberanian, kerja sama, dan rasa nasionalisme tinggi, mereka menunjukkan bahwa perbedaan tidak menjadi halangan, melainkan kekuatan untuk bersatu.
Dikutip Cinema XXI, film "Merah Putih One For All" ini tersedia dalam spesifikasi dua dimensi dengan durasi 1 jam 10 menit.
(Tribunnews.com/Endra/Istik)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.