Demo di Jakarta
Sosok Surya Paloh, Ketua Umum Partai NasDem Nonaktifkan Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach dari DPR
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menonaktifkan Nafa Urbach dan Ahmad Sahroni dari DPR RI.
Penulis:
David AdiAdi
Editor:
Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM – Partai Nasional Demokrat (NasDem) memutuskan untuk menonaktifkan Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach dari kursi DPR RI.
Keputusan itu ditetapkan langsung oleh Ketua Umum DPP Partai NasDem Surya Paloh terhitung pada 1 September 2025.
"Bahwa atas pertimbangan hal hal tersebut diatas dengan ini DPP Partai NasDem menyatakan terhitung sejak hari Senin, 1 September 2025 DPP Partai NasDem menonaktifkan saudara Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach sebagai Anggota DPR-RI dari Fraksi Partai NasDem," kata Sekretaris Jenderal DPP Partai NasDem Hermawi Taslim dalam keterangan resminya, Minggu (31/8/2025).
Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach sendiri merupakan anggota DPR RI dari Fraksi NasDem yang belakangan tengah disorot publik.
Keduanya mendapat sorotan tajam karena dinilai publik telah meremehkan kritikan rakyat.
Sementara itu, nonaktif bukan istilah resmi dalam UU.
Istilah Ini lebih merupakan keputusan internal partai untuk “membekukan” fungsi politik anggota di fraksi.
Seorang anggota dewan yang dinonaktifkan tetap sah secara hukum sebagai anggota DPR, tapi bisa dicopot dari jabatan fraksi, alat kelengkapan dewan, atau tidak lagi mewakili partai dalam aktivitas politik.
Berikut Tribunnews sajikan sosok dan rekam jejak dari Surya Paloh.
Baca juga: BREAKING NEWS: NasDem Nonaktifkan Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach dari Anggota DPR RI
Sosok dan rekam jejak
Berdasarkan penelusuran Tribunnews, Surya Paloh dikenal sebagai seorang politisi Tanah Air.
Pria kelahiran Banda Aceh pada 16 Juli 1951 itu, saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai NasDem.
Sebelum menjabat sebagai Ketua Umum NasDem, Surya Paloh pernah menjadi Ketua Dewan Penasihat Partai Golongan Karya (Golkar) periode 2004-2009.
Di Pemerintahan, ia juga pernah menjabat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dua periode sejak 1977 hingga 1987.
Selain berkecimpung di Pemerintahan, Surya Paloh juga dikenal sebagai pengusaha.
Ia pun merupakan pemilik sekaligus CEO dari Metro TV, sebuah stasiun televisi berita pertama di Indonesia.
Bahkan Surya Paloh juga sebagai pendiri Media Group yang merupakan unit bisnis yang bergerak di sektor media, iklan, properti, dan sumber daya alam di Indonesia.
Mengenai Pendidikan, Surya Paloh menempuh pendidikan di SMA Negeri 7 Medan pada tahun 1967.
Ia melanjutkan jenjang perguruan tinggi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Akan tetapi, ia tidak menyelesaikannya.
Lantas, Surya Paloh melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Sumatera Utara, Medan dan lulus pada tahun 1975.
Organisasi
Surya Paloh dikenal aktif dalam berorganisasi.
Salah satunya organisasi massa yang dibuatnya, yaitu menentang kebijakan dari pemerintahan Orde Lama.
Ia menjadi Ketua KAPPI atau Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia Anak Cabang Dolok Batu, Serbelawan pada tahun 1965 dan Ketua KAPPI wilayah Kotamadya Medan pada tahun 1968.
Setelah organisasi KAPPI ini bubar, ia menjadi Koordinator Pemuda dan Pelajar di Sekretariat Bersama Partai Golkar.
Beberapa tahun setelahnya, Surya Paloh mendirikan Organisasi PP-ABRI atau Putra-Putri ABRI.
Kemudian, ia menjadi Ketua Umum PP-ABRI wilayah Sumatera Utara. Pada tahun 1978, organisasi yang didirikannya bersama anak PP-ABRI yang lain di Jakarta dikenal dengan sebutan FKPPI atau Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan Indonesia.
Baca juga: Imbas Demo, Kemenag DKI Jakarta Terapkan KBM Online untuk Madrasah pada 1 September 2025
Nonaktifkan Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh telah memutuskan untuk menonaktifkan Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach dari DPR RI.
Keduanya mendapat sorotan tajam karena dinilai publik telah meremehkan kritikan rakyat.
Ahmad Sahroni pun mendapat kecaman usai pernyataannya yang kontroversial.
“Mental manusia yang begitu adalah mental orang tertolol sedunia. Catat nih, orang yang cuma bilang bubarin DPR itu adalah orang tolol sedunia. Kenapa? Kita nih memang orang semua pintar semua? Enggak, bodoh semua kita," ujar Sahroni saat melakukan kunjungan kerja di Polda Sumut, Jumat (22/8/2025).
Setelah pernyataannya itu menuai kecaman, Sahroni pun memberikan klarifikasi. Dia mengeklaim, tidak bermaksud untuk merendahkan masyarakat dan bukan ditujukan kepada publik.
Sahroni juga mengatakan, pernyataan 'orang tolol' dimaksudkan untuk orang yang berpikir bahwa DPR bisa dibubarkan begitu saja.
Di sisi lain, Nafa Urbach mendapat sorotan karena pernyataan kontroversialnya.
"Anggota dewan itu nggak dapat rumah jabatan, dikarenakan banyak sekali anggota dewan yang berasal dari luar kota, maka dari itu banyak sekali anggota dewan yang ngontrak di daerah Senayan," kata Nafa saat melakukan Live di Instagram.
"Supaya memudahkan mereka untuk ke kantor DPR, saya aja yang tinggalnya di Bintaro macetnya luar biasa ini udah setengah jam di perjalanan masih macet," sambungnya.
Penjarahan Rumah Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach
Imbasnya, publik dibuat geram dengan pernyataan kontroversial dari Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach.
Alhasil massa pun langsung bertolak menuju ke rumah Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach kemudian menjarah barang-barang miliknya
Rumah Nafa Urbach di perumahan elite Kebayoran Essence, Bintaro, Tangerang Selatan didatangi massa pada Minggu (31/8/2025) dini hari
Video penjarahan sempat beredar luas, sejumlah orang tak dikenal terlihat masuk dan keluar rumah.
Seorang warga, Syarif menyebut, ada sekitar 20 orang keluar dari rumah Nafa membawa barang-barang.
Saat itu, rumah dalam kondisi kosong dan berantakan, dengan barang elektronik seperti TV hilang, sementara peralatan besar seperti kulkas masih ditinggal.
Baca juga: Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach Dinonaktifkan Nasdem, Apakah Bisa Bantu Redam Amarah Massa?
Sebelum penjarahan rumah Nafa Urbach, rumah Ahmad Sahroni yang terletak di Jalan Swasembada Timur XXII, Tanjung Priok, Jakarta Utara telah menjadi target aksi penjarahan terlebih dahulu, yakni pada Sabtu (30/8/2025).
Awalnya, massa hanya ingin mencari Sahroni, dan melakukan aksi demonstrasi di depan rumahnya, sebagai respons terhadap pernyataan kontroversialnya yang menyebut penuntut pembubaran DPR sebagai "orang tolol sedunia" pada Jumat (22/8/2025) lalu, serta dukungannya terhadap penangkapan pendemo di bawah umur.
Namun pada Sabtu sore kemarin, situasi memanas ketika massa mulai melempar rumah Sahroni dengan batu dan benda keras, merusak kaca dan pagar, lalu merangsek masuk.
Massa mulai menjarah berbagai barang, termasuk peralatan elektronik dan rumah tangga seperti televisi, kulkas, mesin cuci, bath tub, hingga kasur.
(Tribunnews.com/David Adi/Rizki Sandi Saputra/Rizkianingtyas Tiarasari/Sri Juliati)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.