Minggu, 28 September 2025

Program Makan Bergizi Gratis

Ramai Berita Keracunan Program MBG, Pemerintah Perkuat Pengawasan dan Evaluasi

Pengawasan dan evaluasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) diperkuat untuk mencegah marak terjadinya keracuanan di berbagai daerah

Tribun Jabar/Gani Kurniawan
MAKAN BERGIZI - Sejumlah pelajar menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG) saat launching program MBG di Perguruan Muhammadiyah Antapani, Jalan Kadipaten Raya, Antapani, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (25/8/2025). Muhammadiyah Kota Bandung meluncurkan Program MBG di Perguruan Muhammadiyah Antapani dengan target awal 1.700 siswa dari 15 sekolah Muhammadiyah (TK, SD, SMP, dan SMA). Program ini akan terus berkembang hingga 3.500 penerima manfaat, termasuk ibu hamil dan menyusui, sebagai bagian dari kontribusi untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) 

TRIBUNNEWS.COM - Belakangan berita tentang gejala keracunan pelajar imbas mengonsumsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) mencuat di sejumlah daerah di Indonesia.

MBG adalah program inisiatif pemerintah Indonesia sebagai visi Presiden Prabowo Subianto bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak sekolah melalui pemberian makanan bergizi secara gratis.

Program ini diluncurkan sebagai bagian dari strategi pembangunan sumber daya manusia, dengan harapan menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi.

MBG terus diposisikan sebagai tonggak penting pembangunan sumber daya manusia Indonesia. 

Pemerintah menegaskan, inisiatif ini hadir untuk memastikan anak-anak bangsa mendapatkan asupan gizi seimbang, makanan halal, dan layanan yang aman.

GELOMBANG 2 KERACUNAN - Kondisi siswa yang mengalami keracunan MBG saat dirawat di GOR Kecamatan Cipongkor, Bandung Barat, Rabu 24 September 2025./Rahmat Kurniawan
GELOMBANG 2 KERACUNAN - Kondisi siswa yang mengalami keracunan MBG saat dirawat di GOR Kecamatan Cipongkor, Bandung Barat, Rabu 24 September 2025./Rahmat Kurniawan (rahmat kurniawan/tribun jabar)

MBG bukan sekadar bantuan konsumsi, melainkan investasi jangka panjang dalam mencetak generasi sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi.

Badan Gizi Nasional (BGN) menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas kejadian yang menimbulkan keramaian publik.

“Target kita adalah nol kejadian. Karena itu, tata kelola dapur dan distribusi akan terus kami perbaiki,” ujar Kepala BGN, Dadan Hindayana dalam konferensi pers, Rabu (24/9/2025).

Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menyatakan pihaknya telah membentuk tim investigasi yang terdiri dari ahli kimia untuk menelusuri penyebab keracunan.

Hotline khusus juga disiapkan untuk memudahkan pelaporan dari masyarakat.

“Kami tidak main-main. Tim investigasi akan bekerja langsung di lapangan,” tegas Nanik.

Baca juga: 2 Wilayah Jabar Terjadi Keracunan Massal MBG dalam 3 Hari, Korban Tembus 1.040 Siswa

BGN juga menginstruksikan seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk mengikuti pelatihan penjamah makanan secara berkala.

Pemeriksaan kesehatan bagi pekerja dapur diwajibkan guna mencegah penularan penyakit. Pemerintah berencana mendirikan kantor layanan SPPG di hampir setiap kabupaten pada tahun 2026.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Taruna Ikrar, menyatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan BGN untuk memperkuat pengawasan keamanan pangan.

“Teman-teman dari Balai POM, Unit Pelaksanaan Teknis kami, sudah berkoordinasi dengan Badan Gizi untuk mencari tahu proses apa yang terjadi, kenapa terjadi,” ujar Taruna dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI.

Lanjut Terus

Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar, juga menegaskan pemerintah tidak berencana menghentikan program MBG.

“Tidak ada rencana penyetopan. Justru kita pastikan pelaksanaannya lebih ketat agar tidak terulang,” jelasnya di Kantor DPP PKB, Jakarta, Rabu (24/9/2025).

Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, menanggapi kasus ribuan siswa yang diduga keracunan setelah mengonsumsi MBG

Ia menegaskan peristiwa tersebut harus menjadi bahan evaluasi serius pemerintah.

“Yang pertama tentu semua jenis kejadian harus dijadikan bahan evaluasi. Yang kena keracunan, yang sistemnya lamban, yang berbagai hal harus dijadikan pembenahan,” katanya.

Ia meminta agar Badan Gizi Nasional (BGN) benar-benar menuntaskan permasalahan tersebut. Sebab, kasus keracunan yang dialami siswa semakin banyak terjadi.

“Tentu saya minta kepada BGN untuk benar-benar menuntaskan problem-problem yang nyata-nyata ada. Nanti kita tunggu,” ujarnya.

OPERASI PASAR LAGI - Menko Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar di acara Pasar Murah memperingati Hari Tani Nasional di Rusun Pasar Rebo, Jakarta, Senin (22/9/2025). Pemerintah dalam waktu dekat akan segera melaksanakan operasi pasar untuk meredam lonjakan harga pangan.
OPERASI PASAR LAGI - Menko Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar di acara Pasar Murah memperingati Hari Tani Nasional di Rusun Pasar Rebo, Jakarta, Senin (22/9/2025). Pemerintah dalam waktu dekat akan segera melaksanakan operasi pasar untuk meredam lonjakan harga pangan. (Tribunnews/Fahdi Fahlevi)

Cak Imin juga menegaskan PKB di parlemen akan mengawal melalui evaluasi di DPR. 

“Pasti, kita di DPR akan melakukan evaluasi agar sistem pelaksanaannya betul-betul tidak ada yang keracunan,” katanya.

Baca juga: Ikan Hiu Saus Tomat Diduga Jadi Biang Keladi Keracunan MBG di SDN 12 Benua Kayong Ketapang 

Ketika ditanya soal kemungkinan penghentian distribusi MBG, Cak Imin menampiknya. Hingga saat ini, program tersebut akan masih terus berlanjut.

“Tidak ada, tidak ada rencana penyetopan. Saya belum mendengar. Tapi nanti tanya saja, tidak ada,” tegasnya.

Lebih lanjut, Cak Imin membuka kemungkinan adanya perbaikan tata kelola atau prosedur baru. 

“Intinya kami mendukung untuk lakukan perbaikan pelaksanaan dan problem-problem di atasnya dengan cepat,” ucapnya.

Sebagai informasi, kasus keracunan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) masih terjadi di sejumlah daerah. Terbaru kasus dugaan keracunan MBG terjadi di Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Sejak program ini diluncurkan pada 6 Januari 2025 lalu atau 9 bulan berjalan ini, pemerintah melaporkan jumlah penerima manfaat terdampak insiden keamanan pangan.

Istana melalui Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Muhammad Qodari merinci kasus dan korban keracunan program MBG.

Ada data dari tiga lembaga sebagai berikut Badan Gizi Nasional (BGN), 46 kasus keracunan, dengan jumlah penderita 5.080, ini data per 17 September.

Kedua dari Kemenkes, 60 kasus dengan 5.207 penderita, data per 16 September.

Kemudian BPOM, 55 kasus dengan 5.320 penderita, data per 10 September 2025.

“Dari data dari tiga lembaga tersebut, kasus keracunan menimpa 5 ribu an penerima manfaat,” kata Qodari di Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (22/9/2025).

Menurut Qodari hasil kajian BPOM,  puncak kejadian keracunan terjadi pada Agustus 2025, dengan sebaran terbanyak di Jawa Barat.

Adapun penyebab utama keracunan tersebut di antaranya adalah higienitas makanan, suhu dan ketidaksesuaian pengolahan pangan, kontaminasi silang, serta indikasi alergi pada penerima manfaat.

Laporan Kasus Keracunan MBG di Daerah

Baca juga: Siswa SMK di Sukabumi Diduga Alami Keracunan MBG, Rasakan Gatal, Muntah Lemas Usai Santap Spageti

Berdasarkan data dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), hingga 24 September 2025 tercatat sebanyak 6.452 kasus keracunan makanan terkait program MBG.

Di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, status Kejadian Luar Biasa (KLB) ditetapkan setelah 631 siswa mengalami gejala keracunan di Kecamatan Cipongkor.

Kepala Puskesmas Cipongkor, Yuyun Sarihotimah, menyebutkan jumlah korban terus bertambah.

“Sampai saat ini mungkin sudah sekitar 220 yang datang. Jumlahnya terus bertambah,” ujarnya.

Kasus serupa juga terjadi di Kecamatan Cihampelas, Bandung Barat, dengan 65 siswa dari SMKN 1 Cihampelas mengalami gejala seperti muntah, pusing, dan kejang-kejang.

Di Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, sebanyak 230 siswa dilaporkan mengalami keracunan setelah menyantap makanan MBG.

Sementara itu, di Garut, Jawa Barat, tercatat 150 siswa dari tiga sekolah mengalami gejala serupa.

BPOM mencatat bahwa sejak peluncuran program MBG pada 6 Januari 2025, telah terjadi 17 kasus keracunan di 10 provinsi.

(Tribunnews.com/ Chrysnha, Igman Ibrahim)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan