Program Makan Bergizi Gratis
Nanik S Deyang Nangis Dengar Banyaknya Kasus Pelajar Keracunan MBG: Saya Siap Tanggung Jawab
Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S. Deyang mengaku siap bertanggung jawab terkait banyaknya kasus pelajar keracunan MBG
Penulis:
David AdiAdi
Editor:
Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM – Maraknya kasus pelajar yang keracunan akibat dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) membuat pimpinan Badan Gizi Nasional (BGN) buka suara.
Wakil Kepala Badan Gizi Nasional Nanik S Deyang pun menyampaikan permohonan maaf akibat banyaknya kasus pelajar yang keracunan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) tersebut.
"Yang paling penting dari hati saya yang terdalam, saya mohon maaf atas nama BGN, atas nama seluruh SPPG di Indonesia, saya sekali mohon maaf," kata Nanik di Gedung BGN, Jakarta Pusat, Jumat (26/9/2025).
Sembari meneteskan air mata, ia pun akan bertanggung jawab penuh atas kejadian tersebut.
"Tentu saya siap bertanggung jawab hal yang sudah terjadi pada seluruh biaya dari anak-anak dan juga kalau ada orang banyak untuk atas apa yang terjadi," jelasnya.
Baca juga: 5.914 Orang Jadi Korban Keracunan MBG Sepanjang Januari - September 2025, BGN Minta Maaf
Kasus Pelajar Keracunan MBG
Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat mencatatkan kasus pelajar keracunan MBG terbanyak hingga saat ini.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat, jumlah korban keracunan hingga Rabu 24 September 2025, sebanyak 911 siswa mengalami gejala keracunan MBG.
Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari dua kejadian, yakni pada Senin 22 September 2025, yang menimpa 411 orang, dan peristiwa terbaru pada Rabu, 23 September 2025 dengan 500 anak.
Untuk kasus terbaru, terbanyak terjadi di Kecamatan Cipongkor dengan 400 siswa dan 100 lainnya di Desa Citalem.
Badan Gizi Nasional bahkan mencatat terdapat sekitar 5.194 korban keracunan dari 70 kasus yang terjadi pada periode Januari hingga September 2025.
Evaluasi Vendor MBG
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengaku akan mengevaluasi vendor penyedia MBG.
"Kami akan lakukan evaluasi para penyelenggara kegiatan ini, mampu atau tidak, apakah makanan yang disajikan sesuai harga atau tidak," kata Dedi Mulyadi, dikutip dari Wartakotalive.com, Jumat (26/7/2025)
Ia mengatakan, keracunan MBG disebabkan jumlah layanan yang tidak seimbang dengan jumlah pelayannya.
"Siswa yang dilayani sekian ribu orang, sementara jumlah yang melayaninya hanya sedikit," ujar orang nomor satu di Jawa Barat itu.
Faktor lain yang menjadi penyebab keracunan MBG adalah jarak yang ditempuh untuk distribusi makanan jauh.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.