Selasa, 30 September 2025

Program Makan Bergizi Gratis

Nanik S Deyang Nangis Dengar Banyaknya Kasus Pelajar Keracunan MBG: Saya Siap Tanggung Jawab

Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S. Deyang mengaku siap bertanggung jawab terkait banyaknya kasus pelajar keracunan MBG

Penulis: David AdiAdi
Editor: Tiara Shelavie
Igman Ibrahim
MINTA MAAF- Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik S Deyang, tak kuasa menahan tangis saat menyampaikan permohonan maaf terkait kasus keracunan makanan bergizi gratis (MBG) yang menimpa ribuan anak. 

TRIBUNNEWS.COM – Maraknya kasus pelajar yang keracunan akibat dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) membuat pimpinan Badan Gizi Nasional (BGN) buka suara.

Wakil Kepala Badan Gizi Nasional Nanik S Deyang pun menyampaikan permohonan maaf akibat banyaknya kasus pelajar yang keracunan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) tersebut.

"Yang paling penting dari hati saya yang terdalam, saya mohon maaf atas nama BGN, atas nama seluruh SPPG di Indonesia, saya sekali mohon maaf," kata Nanik di Gedung BGN, Jakarta Pusat, Jumat (26/9/2025).

Sembari meneteskan air mata, ia pun akan bertanggung jawab penuh atas kejadian tersebut.

"Tentu saya siap bertanggung jawab hal yang sudah terjadi pada seluruh biaya dari anak-anak dan juga kalau ada orang banyak untuk atas apa yang terjadi," jelasnya.

Baca juga: 5.914 Orang Jadi Korban Keracunan MBG Sepanjang Januari - September 2025, BGN Minta Maaf

Kasus Pelajar Keracunan MBG

Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat mencatatkan kasus pelajar keracunan MBG terbanyak hingga saat ini.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat, jumlah korban keracunan hingga Rabu 24 September 2025, sebanyak 911 siswa mengalami gejala keracunan MBG.  

Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari dua kejadian, yakni pada Senin 22 September 2025, yang menimpa 411 orang, dan peristiwa terbaru pada Rabu, 23 September 2025 dengan 500 anak.

Untuk kasus terbaru, terbanyak terjadi di Kecamatan Cipongkor dengan 400 siswa dan 100 lainnya di Desa Citalem.

Badan Gizi Nasional bahkan mencatat terdapat sekitar 5.194 korban keracunan dari 70 kasus yang terjadi pada periode Januari hingga September 2025.

Evaluasi Vendor MBG

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengaku akan mengevaluasi vendor penyedia MBG.

"Kami akan lakukan evaluasi para penyelenggara kegiatan ini, mampu atau tidak, apakah makanan yang disajikan sesuai harga atau tidak," kata Dedi Mulyadi, dikutip dari Wartakotalive.com, Jumat (26/7/2025)

Ia mengatakan, keracunan MBG disebabkan jumlah layanan yang tidak seimbang dengan jumlah pelayannya.

"Siswa yang dilayani sekian ribu orang, sementara jumlah yang melayaninya hanya sedikit," ujar orang nomor satu di Jawa Barat itu.

Faktor lain yang menjadi penyebab keracunan MBG adalah jarak yang ditempuh untuk distribusi makanan jauh. 

Hal ini makin diperparah dengan kecenderungan memberikan layanan sekaligus.

Kritik Program MBG

Banyaknya kasus pelajar yang keracunan saat menyantap makanan dari vendor atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) membuat sejumlah pihak mengkritik program tersebut.

Salah satu tokoh yang mengkritik program MBG yakni dokter Tan Shot Yen.

Kritikan itu disampaikan oleh Tan Shot Yen saat menghadiri rapat bersama Komisi IX DPR RI, Selasa (22/9/2025).

Tan Shot Yen menyoroti menu MBG serta keterlibatan ahli gizi dalam program tersebut.

Ahli Gizi dilibatkan dalam program MBG untuk memastikan peningkatan status gizi peserta didik, melalui penyediaan makanan bergizi yang disesuaikan dengan standar Angka Kecukupan Gizi (AKG) harian.

Ia menyebut Ahli Gizi dalam program MBG disebut masih fresh graduate atau baru lulus kuliah.

Fakta Ahli Gizi MBG yang statusnya baru lulus itu diketahui saat senior-seniornya mengecek langsung ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

"Banyak masyarakat menanyakan, 'Dok, emang di SPPG nggak ada ahli gizi?' Ada, tapi setelah teman-teman kami yang lebih senior datang ke SPPG, Ya Allah ahli gizinya baru lulus," ungkapnya.

Bahkan, kata dr Tan, para ahli gizi MBG yang baru lulus itu tidak tahu soal Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) saat ditanya.

HACCP merupakan sistem manajemen keamanan pangan berbasis ilmiah dan pencegahan, yang mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya keamanan pangan melalui penetapan titik kendali kritis dalam setiap tahap proses produksi. 

Sistem ini berfokus pada pencegahan kontaminasi untuk menjamin keamanan produk pangan bagi konsumen dan meningkatkan kepercayaan pasar. 

Baca juga: Cegah Keracunan MBG, Ahli Gizi Minta Kepala Sekolah Cicipi Makanan Sebelum Dibagikan

Tentang Program MBG

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan sebuah program prioritas nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan gizi anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusui di Indonesia.

Program ini mengusung visi Indonesia Emas 2045 dengan fokus pada pembangunan sumber daya manusia unggul melalui penyediaan makanan bergizi secara gratis di sekolah dan satuan pendidikan lainnya.

 

(Tribunnews.com/David Adi/Rina Ayu) (Wartakotalive.com/Hironimus Rama)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved