Jejak Semaun Sang Penggerak PKI Semarang, Benih Radikalisme Tumbuh di Serikat Buruh Kereta Api
Semaun, salah satu tokoh pendiri pertama Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia memiliki jejak sejarah kuat di Kota Semarang, Jawa Tengah.
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG – Semaun, salah satu tokoh pendiri pertama Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia memiliki jejak sejarah kuat di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Ideologi komunisme dia sebarkan ke kalangan buruh di Kota Semarang begitu dia bekerja di perusahaan jawatan kereta api Belanda di Semarang, di tahun 1920an, jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI di Agustus 1945.
Semaun aktif berorganisasi di VSTP (Serikat Buruh Kereta Api dan Trem) di Semarang. Di VSTP inilah dia menanamkan benih-benih radikalisme di kalangan buruh dan menjalar cepat.
Semaun juga aktif di pergerakan dengan bergabung di Syarikat Islam (SI) dan dia dipercaya menjadi Ketua Syarikat Islam cabang Semarang.
Namun nasibnya kurang baik di sana, Semaun akhirnya dipecat.
Semaun menggerakkan ideologi komunismenya dari sebuah rumah Jl Belimbing Raya No. 34, Kelurahan Peterongan, Semarang Selatan.
Bangunan rumah ini masih berdiri kokoh setelah direvitalisasi beberapa tahun lalu dengan didominasi warna krem.
Rumah sederhana tersebut menjadi markas ranting Partai Komunis Indonesia (PKI) Semarang.
Tsabit Azinar Ahmad, sejarawan Universitas Negeri Semarang (Unnes), menyebut rumah tersebut pernah disebut sebagai pusat aktivitas PKI di Semarang,
“Ketua pertama PKI itu kan Semaun. Nah, dia juga sekaligus ketua Syarikat Islam di Semarang. Jadi memang awal mula dekat sekali hubungan SI dengan komunisme, khususnya di kota ini,” kata Tsabit kepada Mohamad Anhar dari Tribun Jateng.
Beda dengan Syarikat Islam (SI) di Solo yang basisnya pedagang atau di pedalaman Jawa yang digerakkan para penghulu, SI di Semarang justru dekat dengan kaum buruh.
“Gerakan SI di Semarang itu unik. Basisnya buruh, sehingga aksi yang paling sering muncul ya pemogokan," ungkap Tsabit.
"Inilah yang kemudian membuatnya lebih mudah bersentuhan dengan gagasan-gagasan komunisme yang diperkenalkan tokoh pergerakan komunitas asal Belanda, Sneevliet,” papar Tsabit.
Sneevliet memiliki nama lengkap Hendricus Josephus Fransiscus Marie Sneevliet atau Henk Sneevliet.
Dia adalah tokoh Belanda yang membawa komunisme ke Indonesia.
Tahun 1914, Sneevliet bersama sejumlah sejawatnya dan serikat buruh kereta api dan trem Vereeniging Voor Spoor-en Tramwegpersoneel (VSTP) mendirikan Indische Social Democratische Vereenihing (ISDV).
Baca juga: Mengintip Rumah Gembong G30S PKI Letkol Untung di Kebumen, Beratap Asbes dan Ada Pohon Kelengkeng
ISDV menjadi cikal bakal berdirinya PKI di Indonesia. Fokus gerakan ISDV adalah menentang kekuasaan kapitals pemerintah kolonial dengan cara memperkenalkan ide-ide Marxis kepada kaum buruh.
Kedekatan Semaun dengan Sneevliet di Surabaya berlanjut hingga Semarang, membuatnya aktif pula di ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging).
Pada masa itu, keanggotaan ganda masih lumrah. Jadi, seorang tokoh bisa sekaligus menjadi pengurus SI, aktivis buruh, sekaligus anggota ISDV.
Semaun lahir di Desa Curahmalang, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, tahun 1899. Ia merupakan anak Prawiroatmodjo, seorang pegawai rendahan di jawatan kereta api di Surabaya.
Baca juga: 20 Daftar Wali Kota Surakarta: Ada Anggota ABRI, PKI yang Dieksekusi, Anak hingga Jagoan Jokowi
Semaun kemudian bersekolah di Sekolah Kelas Dua (Tweede Klas) di 1906 sekaligus mengikuti pelajaran tambahan di Eerste Klas Inlandsche School, yang kemudian dikenal sebagai Hollandsch Inlandsche School (HIS). Tahun 1912 Semaun mengikuti ujian calon pegawai Pamong Praja dan mendapatkan sertifikat "Klein Ambtenaar" dan diangkat sebagai juru tulis di Staatspoor (SS) di Surabaya.
Aktivitas organisasinya dia jalani sejak remaja menjadi Sekretaris Sarekat Islam cabang Surabaya tahun 1914 atau setahun sebelum bertemu dan kemudian berkawan dekat dengan Henk Sneevliet.
Syarikat Islam Merah vs Syarikat Islam Putih
Situasi berubah pada 1920-an ketika SI pecah menjadi dua, SI Putih yang lebih religius, dan SI Merah yang condong ke komunisme.
Perpecahan tersebut dipicu oleh usulan Semaun agar Syarikat Islam mengubah asas organisasinya dari yang sebelumnya “Islam” menjadi “Komunis” yang menurutnya lebih plural.

Semaun bersama Alimin Prawirodirdjo dan Darsono yang berhaluan kiri akhirnya resmi dipecat dari SI pada 1923, dalam kongres SI di Madiun.
Baca juga: Anak DN Aidit: Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Layak Ditonton Harus Disetop!
“Ada disiplin partai. Jadi orang harus memilih, tetap di SI atau di partai lain. Pecahnya itu di Semarang, walaupun keputusan resminya di Surabaya,” jelas Tsabit.
Di sinilah Semarang punya catatan penting lahirnya PKI yang kemudian menjelma partai besar di panggung politik nasional. Bahkan, pada Pemilu 1955, PKI menjadi partai nomor satu di Semarang.
Pulang ke Indonesia Semaun Jadi Dosen Universitas Padjadjaran
Setelah kegagalan pemberontakan PKI di Jawa dan Sumatera Barat pada 1920-an, Semaun melarikan diri dan hidup Rusia.
Semaun kemudian pulang ke Indonesia pada 1957 atas bantuan Presiden Soekarno, tetapi tidak pernah kembali ke PKI, yang dianggapnya sudah berubah.
Presiden Soekarno memberikan jabatan kepada Semaun sebagai Wakil Ketua Bapekan (Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara) di tahun 1959.
Semaun kemudian menjadi dosen dan mengajar mata kuliah ekonomi di Universitas Padjajaran, Bandung, hingga akhir hayatnya.
Semaun tutup usia pada 7 April 1971 karena sakit dalam usia 72 tahun.
“Di pemilu daerah 1957, PKI tetap menang di Semarang dengan perolehan lebih dari 112 ribu suara. Jadi kalau di tingkat provinsi Jawa Tengah mungkin PNI unggul, tapi khusus di Kota Semarang, PKI itu nomor satu,” tutur Tsabit.
Selain gerakan buruh, Semarang juga menyumbang gagasan lewat pendidikan. Gedung SI di Gendong Utara, yang didirikan Semaun sekitar 1918–1920, sempat menjadi pusat aktivitas.
Tan Malaka, tokoh besar pergerakan kemerdekaan Indonesia yang makamnya berada di Selopanggung, Kediri, juga pernah mengajar di sekolah SI ini.
“Dari sinilah lahir inspirasi bagi tokoh-tokoh pendidikan lain, termasuk Ki Hajar Dewantara,” ungkap Tsabit.
Namun, sejarah PKI di Semarang juga diwarnai jatuh-bangun. Setelah pemberontakan 1926–1927, PKI praktis lenyap.
Baru muncul lagi pasca 1945, tenggelam lagi setelah peristiwa Madiun 1948, lalu bangkit pada 1950-an di bawah Aidit.
Yang menarik, menurut Tsabit, konsolidasi awal Aidit juga dilakukan di Semarang. Ada rapat raksasa dengan massa besar yang disebut mencapai ratusan ribu orang.
“Itu menegaskan Semarang sebagai salah satu basis PKI yang penting pada masa itu,” ucapnya.
Semarang Tempat Lahirnya Gerwani
Tsabit menjelaskan, KOta Semarang juga melahirkan gerakan perempuan radikal. Di kota inilah enam organisasi perempuan melebur menjadi Gerwis (kemudian berubah jadi Gerwani).
Meski status kedekatannya dengan PKI masih kontroversial, jejak sejarahnya tak bisa dihapus.
Bahkan, dalam Pertempuran 5 Hari di Semarang tahun 1945, unsur gerakan kiri juga ikut ambil bagian lewat Akoma (Angkatan Komunis Muda).
Meski sempat meraih kejayaan, PKI di Semarang runtuh seperti membalik telapak tangan setelah peristiwa 1965. Basis massa yang tadinya solid mendadak hilang. Papan nama, kantor, dan atribut PKI dilenyapkan.
“Dulu gemilang, sekarang kalau ditanya di mana kantor PKI Semarang ya susah melacaknya. Ada yang menyebut di Jalan Belimbing, tapi kini bangunannya ditempati seorang veteran,” ungkap Tsabit.
Yang menarik, menurutnya, masyarakat Indonesia termasuk Semarang sebenarnya tidak terlalu ideologis dalam memilih partai.
“Jadi dukungan ke PKI itu lebih karena faktor sosial, kedekatan dengan isu buruh, atau janji-janji kesejahteraan. Begitu arus politik berubah, dukungan itu hilang total,” ujarnya.
Kini, warisan SI dan PKI di Semarang tinggal jejak-jejak kecil gedung SI di Gendong Utara, arsip-arsip lama, dan cerita dari para veteran.
Laporan Reporer: Moh Anhar dan Rezanda Akbar | Sumber: Tribun Jateng
Prakiraan Cuaca Kota Semarang Besok Sabtu 27 September 2025: Didominasi Hujan Ringan |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Kota Semarang Besok Senin 22 September 2025: Mayoritas Cerah |
![]() |
---|
Kontroversi Sweeping di Semarang: Anak SD, Pelajar SMA, hingga Disabilitas Ikut Ditangkap |
![]() |
---|
Tangis Sri Mulyani di Polda Jateng, Anak Hilang Semalaman Ternyata Diamankan Polisi Saat Demo Ricuh |
![]() |
---|
Tembakan Gas Air Mata Warnai Aksi Driver Ojol dan Mahasiswa di Depan Mapolda Jateng |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.