Program Makan Bergizi Gratis
Kepala BGN: Lonjakan Kasus Keracunan Program MBG Terjadi dalam Dua Bulan Terakhir, Ada 51 Kasus
Kepala BGN akui ada peningkatan signifikan jumlah kasus keracunan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) dalam dua bulan terakhir.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengungkapkan adanya peningkatan signifikan jumlah kasus keracunan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) dalam dua bulan terakhir.
Dari data yang dicatat BGN, kasus melonjak seiring dengan pertumbuhan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang masif sejak Agustus 2025
Hal itu disampaikannya dalam rapat kerja (raker) dengan Komisi IX DPR RI pada Rabu (1/10/2025).
“Terlihat jelas, yaitu periode dari Januari sampai Juli kita berhasil membentuk 2.391 SPPG, sementara dari 1 Agustus sampai 30 September kita berhasil membentuk 7.621 SPPG,” kata Dadan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.
Dadan menyebutkan, dari 6 Januari hingga 31 Juli 2025 tercatat 24 kasus keracunan.
Namun, hanya dalam kurun dua bulan terakhir, yaknu 1 Agustus hingga 30 September, jumlah kasus melonjak lebih dari dua kali lipat menjadi 51 kasus.
Baca juga: 12 Siswa SD di Banyumas dan 18 Siswa SD di Batam Diduga Keracunan MBG Menu Spageti
“Dan jadi yang terakhir kejadian kemarin ada di Pasar Rebo dan juga di Kadungora. Kadungora ini hal yang tidak terduga karena sebetulnya SPPG memberikan makanan dua kali. Yang pertama masak segar, kemudian karena mau ada renovasi dia membagikan makanan untuk hari ini. Salah satu makanan yang dibagikan adalah susu, dan susu itulah yang langsung diminum dan kemudian menimbulkan gangguan pencernaan,” ucapnya.
Dari sisi wilayah, Dadan merinci bahwa Wilayah 1 mencatat 1.307 orang mengalami gangguan pencernaan, Wilayah 2 sebanyak 4.207 orang (termasuk tambahan di Garut sekitar 60 orang), serta Wilayah 3 sebanyak 1.003 orang.
“Ini di wilayah 1 tercatat mulai ada kejadian pada tanggal 18 Februari di Tanjung Kumpang, Sumsel sebanyak 8 orang yang mengalami kejadian. Terakhir pada 25 September ada dua kejadian, yaitu di Karimun Lakam Timur 14 orang dan di Kota Palembang Kaldone 12 orang,” ujarnya.
Sementara itu, di Wilayah 2 kasus jauh lebih dominan.
“Kita sudah mulai mencatat kejadian di 14 Januari, hanya delapan hari setelah SPPG launching, ada 6 orang terdeteksi mengalami gangguan kesehatan. Kemudian berlanjut 16 Januari, dan terakhir 30 September di SPPG Cihampelas, Pasar Rebo 15 orang, serta di Kadungora tadi malam 30 orang,” ujarnya.
Baca juga: Menu Diduga Penyebab Keracunan MBG Sulteng hingga NTB: Ikan Cakalang, Hiu Filet, Bakteri
Adapun di Wilayah 3, tercatat 17 kasus besar yang tersebar di beberapa daerah.
“Kita deteksi mulai 13 Januari di Nunukan ada 90 orang, 24 Januari di Ujung Bulu 4 orang, 27 Januari di Minas Satene 7 orang, dan terakhir di Mamuju 27 orang. Yang paling besar ada di Banggai dengan jumlah sekitar 330 orang,” katanya.
Dadan menjelaskan, kasus terbesar di Banggai disebabkan oleh perubahan pemasok bahan baku ikan.
“Penyebabnya karena suppliernya diganti. Menu yang disajikan adalah ikan cakalang. Supplier lama sudah biasa mensuplai ikan dengan kualitas baik, tapi ketika diganti untuk mengakomodir nelayan lokal, kualitasnya belum bisa menandingi. Akibatnya terjadi gangguan alergi pada penerima manfaat hingga 338 orang,” pungkasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.