Khutbah Jumat 10 Oktober 2025: Larangan Berlomba Meraih Kekuasaan Demi Kepentingan Duniawi
Naskah khutbah Jumat 10 Oktober 2025 bertema larangan berlomba-lomba meraih kekuasaan demi kepentingan duniawi merujuk Al-Qur’an dan hadis Nabi.
Selengkapnya simak naskah khutbah Jumat 10 Oktober 2025 bertema larangan berlomba-lomba meraih kekuasaan demi kepentingan duniawi berikut ini.
Khutbah Jumat 10 Oktober 2025: Larangan Berlomba Meraih Kekuasaan Demi Kepentingan Duniawi
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ المَلِكِ المُقَدِّرِ، اَلْعَزِيْزِ الْمُدَبِّرِ؛ لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ؛ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ خَيَّرَهُ رَبُّهُ أَنْ يَكُوْنَ مَلِكًا نَبِيًّا، أَوْ عَبْدًا نَبِيًّا، فَاخْتَارَ النُبُوَّةَ مَعَ العُبُوْدِيَّةِ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
فَقَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan berislam.
وَقَالَ تَعَالَى: إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا. الأحزاب: 72
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat dzalim dan sangat bodoh. (QS. Al-Ahzab: 72)
Jamaah Shalat Jum’at hafidzakumullah
Allah SWT memperingatkan kita untuk tidak meminta kekuasaan dengan tujuan duniawi karena hisab penguasa sangatlah berat kelak di akhirat. Nabi Muhammad SAW bersabda:
مَا مِنْ رَجُلٍ يَلِي أَمْرَ عَشَرَةٍ فَمَا فَوْقَ ذلِكَ؛ إِلَّا أَتَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ؛ مَغْلُوْلًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَدُهُ إِلَى عُنُقِهِ: فَكَّهُ بِرُّهُ، أَوْ أَوْبَقَهُ إِثْمُهُ: أوَّلُهَا مَلَامَةٌ، وَأَوْسَطُهَا نَدَامَةٌ، وآخِرُهَا خِزْيٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Tidak ada seorang yang menjadi pemimpin bagi sepuluh orang atau lebih kecuali Allah akan mendatangkannya pada hari kiamat dalam keadaan tangannya terikat sampai lehernya, entah kebaikannya yang akan melepaskannya atau dosanya yang akan membinasakannya.
Awal kepemimpinan itu celaan, pertengahannya penyesalan, dan akhirnya adalah kehinaan pada hari kiamat. HR Ahmad.
Akan tetapi kebanyakan manusia sekarang malah saling berlomba-lomba untuk memperoleh kekuasaan atau jabatan demi kepentingan duniawi. Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW:
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتْ الْفَاطِمَةُ
Kalian nanti akan rakus terhadap kekuasaan, padahal kekuasaan itu akan menjadi penyesalan di hari kiamat, ia adalah seenak-enaknya penyusuan (waktu menyusui) dan segetir-getirnya penyapihan (waktu menyapih).
Nabi Muhammad SAW berkata kepada Sahabat ‘Abdurrahman bin Samurah RA:
لَا تَسْأَلِ الإِمَارَةَ، فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيْتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا، وَإِنْ أُعْطِيْتَهَا عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا
Janganlah minta kekuasaan. Jika kamu diberikan kekuasaan karena kamu memintanya, maka kamu akan ditelantarkan. Tapi jika kamu menerimanya tanpa memintanya, maka kamu akan ditolong di dalamnya. HR Bukhari.
Jika memang kita dicoba dengan kekuasaan tanpa ada usaha untuk memintanya, maka laksanakanlah, karena Allah akan menolong kita; dengan syarat, kita berlaku benar dan berbuat kebaikan.
Akan tetapi, jika kita meminta bahkan berambisi untuk berkuasa karena kepentingan duniawi, atau untuk berlaku dzalim atas manusia, maka kekuasaan tersebut akan menjadi kehinaan dan penyesalan kita kelak di akhirat.
Jamaah Shalat Jum’at hafidhzakumullah
Namun demikian, jika seseorang melihat dirinya kuat dan terpercaya atau mempunyai kemampuan, maka ia diperbolehkan meminta kekuasaan dengan niat untuk memberikan maslahat kepada rakyat bukan untuk maslahat dirinya sendiri. Sebagaimana perkataan Nabi Yusuf AS:
قَالَ ٱجْعَلْنِى عَلَىٰ خَزَآئِنِ ٱلْأَرْضِ إِنِّى حَفِيظٌ عَلِيمٌ
Jadikanlah saya pengurus harta kerajaan. Sesungguhnya saya adalah penjaga yang terpercaya dan memiliki ilmu tentang perkara yang saya urusi. Yusuf: 55.
Dalam ayat di atas, Nabi Yusuf AS ingin memberi manfaat untuk umat dan menegakkan keadilan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.