Minggu, 12 Oktober 2025

Khutbah Jumat 10 Oktober 2025: Larangan Berlomba Meraih Kekuasaan Demi Kepentingan Duniawi

Naskah khutbah Jumat 10 Oktober 2025 bertema larangan berlomba-lomba meraih kekuasaan demi kepentingan duniawi merujuk Al-Qur’an dan hadis Nabi.

Hasil Olah AI/gemini.com
TEKS KHUTBAH JUMAT - Gambar khotib sholat jumat di Indonesia yang sedang membacakan khutbah jumat di dalam masjid dengan jamaah sholat yang duduk mendengarkan menghadap khotib. dibuat dengan kecerdasan buatan (AI), Kamis (9/10/2025). Naskah khutbah Jumat 10 Oktober 2025 bertema larangan berlomba-lomba meraih kekuasaan demi kepentingan duniawi merujuk Al-Qur’an dan hadis Nabi. 

TRIBUNNEWS.COM - Naskah khutbah Jumat 10 Oktober 2025 bertema larangan berlomba-lomba meraih kekuasaan demi kepentingan duniawi yang relevan dengan kondisi sosial dan spiritual umat.

Tema khutbah Jumat 10 Oktober 2025 ini merujuk pada peringatan dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW tentang bahaya ambisi kekuasaan yang tidak dilandasi niat ikhlas dan tanggung jawab moral. 

Kekuasaan, dalam pandangan Islam, bukanlah tujuan hidup, melainkan amanah yang berat dan harus dijalankan dengan keadilan, kejujuran, dan kepedulian terhadap umat.

Khutbah Jumat 10 Oktober 2025 menyoroti fenomena kontemporer di mana banyak individu berlomba-lomba mengejar jabatan, pengaruh, dan posisi strategis, bukan untuk mengabdi kepada masyarakat, tetapi demi keuntungan pribadi, gengsi, atau kepentingan kelompok. 

Isi khutbah Jumat 10 Oktober 2025 berikut merujuk pada artikel dari Pimpinan Pusat Ikatan Keluarga Pondok Modern (PPIKPM) Gontor, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pernah menolak permintaan sahabat yang ingin diberi jabatan, dengan sabda: 

“Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta jabatan. Karena jika engkau diberi jabatan tanpa memintanya, maka engkau akan ditolong dalam menjalankannya. Namun jika engkau diberi jabatan karena memintanya, maka jabatan itu akan menjadi beban bagimu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Khutbah ini juga mengingatkan bahwa kekuasaan yang diperoleh dengan cara yang tidak jujur, penuh intrik, atau manipulasi, akan membawa kerusakan baik bagi diri sendiri maupun masyarakat. 

Dalam sejarah Islam, banyak pemimpin yang jatuh bukan karena musuh dari luar, tetapi karena ambisi duniawi yang menggerogoti keikhlasan dan akhlak mereka. 

Oleh karena itu, khutbah Jumat kali ini mengajak jamaah untuk merenungkan kembali niat dalam setiap perjuangan, termasuk dalam urusan sosial, politik, dan kepemimpinan.

Para khatib juga menekankan bahwa berlomba dalam kebaikan jauh lebih utama daripada berlomba dalam kekuasaan. 

Al-Qur’an memerintahkan umat Islam untuk fastabiqul khairat, berlomba-lomba dalam kebajikan, bukan dalam perebutan kekuasaan yang hanya bersifat sementara. 

Baca juga: Surat Yasin dan Keutamaan Membaca Tiap Jumat, Apakah Ada Tuntunannya?

Kekuasaan yang tidak dibarengi dengan ilmu, akhlak, dan tanggung jawab akan menjadi fitnah dan sumber kehancuran. 

Sebaliknya, pemimpin yang amanah dan tidak meminta jabatan akan mendapatkan pertolongan Allah dalam menjalankan tugasnya.

Khutbah Jumat 10 Oktober 2025 ini menjadi pengingat penting bagi umat Islam di tengah dinamika sosial dan politik yang semakin kompleks. 

Khotib mengajak setiap individu untuk menata niat, memperkuat integritas, dan menjadikan kekuasaan sebagai sarana ibadah, bukan tujuan hidup. 

Selengkapnya simak naskah khutbah Jumat 10 Oktober 2025 bertema larangan berlomba-lomba meraih kekuasaan demi kepentingan duniawi berikut ini.

Khutbah Jumat 10 Oktober 2025: Larangan Berlomba Meraih Kekuasaan Demi Kepentingan Duniawi

Khutbah Pertama

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ المَلِكِ المُقَدِّرِ، اَلْعَزِيْزِ الْمُدَبِّرِ؛ لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ؛ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ خَيَّرَهُ رَبُّهُ أَنْ يَكُوْنَ مَلِكًا نَبِيًّا، أَوْ عَبْدًا نَبِيًّا، فَاخْتَارَ النُبُوَّةَ مَعَ العُبُوْدِيَّةِ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ

فَقَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan berislam.

وَقَالَ تَعَالَى: إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا. الأحزاب: 72

Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat dzalim dan sangat bodoh. (QS. Al-Ahzab: 72)

Jamaah Shalat Jum’at hafidzakumullah

Allah SWT memperingatkan kita untuk tidak meminta kekuasaan dengan tujuan duniawi karena hisab penguasa sangatlah berat kelak di akhirat. Nabi Muhammad SAW bersabda:

مَا مِنْ رَجُلٍ يَلِي أَمْرَ عَشَرَةٍ فَمَا فَوْقَ ذلِكَ؛ إِلَّا أَتَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ؛ مَغْلُوْلًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَدُهُ إِلَى عُنُقِهِ: فَكَّهُ بِرُّهُ، أَوْ أَوْبَقَهُ إِثْمُهُ: أوَّلُهَا مَلَامَةٌ، وَأَوْسَطُهَا نَدَامَةٌ، وآخِرُهَا خِزْيٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Tidak ada seorang yang menjadi pemimpin bagi sepuluh orang atau lebih kecuali Allah akan mendatangkannya pada hari kiamat dalam keadaan tangannya terikat sampai lehernya, entah kebaikannya yang akan melepaskannya atau dosanya yang akan membinasakannya. 

Awal kepemimpinan itu celaan, pertengahannya penyesalan, dan akhirnya adalah kehinaan pada hari kiamat. HR Ahmad.

Akan tetapi kebanyakan manusia sekarang malah saling berlomba-lomba untuk memperoleh kekuasaan atau jabatan demi kepentingan duniawi. Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW:

إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتْ الْفَاطِمَةُ

Kalian nanti akan rakus terhadap kekuasaan, padahal kekuasaan itu akan menjadi penyesalan di hari kiamat, ia adalah seenak-enaknya penyusuan (waktu menyusui) dan segetir-getirnya penyapihan (waktu menyapih).

Nabi Muhammad SAW berkata kepada Sahabat ‘Abdurrahman bin Samurah RA:

لَا تَسْأَلِ الإِمَارَةَ، فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيْتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا، وَإِنْ أُعْطِيْتَهَا عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا

Janganlah minta kekuasaan. Jika kamu diberikan kekuasaan karena kamu memintanya, maka kamu akan ditelantarkan. Tapi jika kamu menerimanya tanpa memintanya, maka kamu akan ditolong di dalamnya. HR Bukhari.

Jika memang kita dicoba dengan kekuasaan tanpa ada usaha untuk memintanya, maka laksanakanlah, karena Allah akan menolong kita; dengan syarat, kita berlaku benar dan berbuat kebaikan. 

Akan tetapi, jika kita meminta bahkan berambisi untuk berkuasa karena kepentingan duniawi, atau untuk berlaku dzalim atas manusia, maka kekuasaan tersebut akan menjadi kehinaan dan penyesalan kita kelak di akhirat.

Jamaah Shalat Jum’at hafidhzakumullah

Namun demikian, jika seseorang melihat dirinya kuat dan terpercaya atau mempunyai kemampuan, maka ia diperbolehkan meminta kekuasaan dengan niat untuk memberikan maslahat kepada rakyat bukan untuk maslahat dirinya sendiri. Sebagaimana perkataan Nabi Yusuf AS:

قَالَ ٱجْعَلْنِى عَلَىٰ خَزَآئِنِ ٱلْأَرْضِ إِنِّى حَفِيظٌ عَلِيمٌ

Jadikanlah saya pengurus harta kerajaan. Sesungguhnya saya adalah penjaga yang terpercaya dan memiliki ilmu tentang perkara yang saya urusi. Yusuf: 55.

Dalam ayat di atas, Nabi Yusuf AS ingin memberi manfaat untuk umat dan menegakkan keadilan. 

Maka kembali kepada niatnya, jika seseorang ingin menolong agama Allah, menegakkan keadilan dan syariat Allah dan dia mampu untuk melakukannya, maka meminta kekuasaan tidak dilarang bahkan dianjurkan. 

Namun jika ia ingin mencari dunia dalam kekuasaan tersebut maka itu tidak diperbolehkan.

Karena itu, jangan sampai orang yang lemah dipilih menjadi pemimpin, karena ditakutkan dia tidak akan mampu menunaikan hak dan kewajiban di dalamnya. 

Apalagi jika orang-orang dzalim dipilih menjadi penguasa, maka marabahayanya akan menjadi lebih besar.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا دِيْنَكُمْ هُزُوًا وَّلَعِبًا مِّنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ اَوْلِيَاۤءَ وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ. المائدة : ۵۷

Janganlah kamu menjadikan ahli kitab sebelum kamu dan orang-orang kafir (musyrik) sebagai pemimpinmu yang mana mereka membuat agamamu menjadi bahan ejekan dan permainan. Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman. (QS. Al-Maidah: 57)

Dalam Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah disebutkan: Jika seseorang itu adalah satu-satunya yang mampu untuk memimpin, maka ia wajib meminta kekuasaan dan wajib didukung oleh para ulama. 

Jika ada banyak orang yang mampu memimpin, maka salah satu di antara mereka boleh meminta kekuasaan atau wajib dipilih salah satu di antara mereka. 

Baca juga: Doa Ketika Gelisah dan Cemas, Jadi Obat Hati yang Paling Ampuh

Bahkan jika tidak ada yang mau dipilih, maka harus dipaksa salah satu di antara mereka untuk menjadi pemimpin agar persatuan umat tetap terjaga. Jika ada orang yang lebih baik, maka makruh baginya untuk meminta kekuasaan. 

Apalagi jika ia merasa tidak mampu, maka haram baginya untuk meminta kekuasaan.

أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ، وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ، اُدْعُوا رَبَّكُمْ يَسْتَجِبْ لَكُمْ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمُعِزِّ لِمَنْ أَطَاعَهُ وَاتَّقَاهُ، اَلْمُذِلِّ لِمَنْ خَالَفَ أَمْرَهُ وَعَصَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا وَسَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ: فاَتَّقُواْ اللّٰهَ يا أُولِى الاْلْبَـابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. وَقَالَ تَعَالَى: قُلِ اللّٰهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. وَقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلٓائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ، غَيْرَ ضَالِّينَ وَلاَ مُضِلِّينَ، سِلْماً لِأَوْلِيَائِكَ، حَرْباً عَلىَ أَعْدَائِكَ، نُحِبُّ بِحُبِّكَ مَنْ أَحَبَّكَ، وَنُعَادِي بِعَدَاوَتِكَ مَنْ عَادَاكَ، اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ سُلْطَانَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ، إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ، وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved