Ekonom: 'Purbaya Effect' Sudah Terasa di Perekonomian
Baru dua bulan menjabat, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa disebut sudah memberi dampak nyata pada perekonomian.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Baru dua bulan menjabat, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa disebut sudah memberi dampak nyata pada perekonomian.
Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip menyebut fenomena ini sebagai Purbaya Effect, dengan bukti paling jelas terlihat dari likuiditas perbankan.
Setelah dilantik, Purbaya menempatkan dana Rp200 triliun di sistem perbankan. Langkah tersebut langsung mendorong penyaluran kredit, yang naik dari 6,96 persen pada Agustus menjadi 7,2%.
“Pertumbuhan kredit itu sebagian besar ditopang oleh debitur BUMN, dari 1,69% melonjak menjadi 10,04%,” ujar Sunarsip dalam acara Katadata Policy Dialogue di Jakarta, Kamis (13/11/2025).
Dampak ke Pertumbuhan Ekonomi
Kementerian Keuangan mencatat, dana Rp200 triliun yang ditempatkan di bank-bank milik negara (Himbara) sejak 12 September 2025 telah banyak terserap untuk pembiayaan kredit.
Menurut Sunarsip, tanpa tambahan kredit ini, pertumbuhan ekonomi kuartal III 2025 kemungkinan tidak akan mencapai 5,04%.
“Mungkin tanpa ini, pertumbuhan kuartal III tidak bisa di atas 5%. Itu sebabnya saya bilang Purbaya Effect sudah bekerja,” tegasnya.
Meski demikian, ia menilai pertumbuhan ekonomi masih belum ditopang oleh konsumsi masyarakat.
“Pertumbuhan saat ini banyak bergantung pada konsumsi pemerintah yang tumbuh 5,49% di kuartal III. Tanpa itu, ekonomi kita bisa lebih rendah lagi,” kata Sunarsip.
Fokus ke Sisi Supply
Sunarsip menyarankan agar pemerintah mengubah pendekatan dalam mendorong ekonomi.
Jika sebelumnya fokus pada peningkatan demand, kini perlu diarahkan ke penguatan supply sektoral.
“Lebih baik perbaiki sisi supply, bukan demand,” ujarnya. Ia menilai stagnasi konsumsi rumah tangga di bawah 5% disebabkan belum pulihnya sejumlah sektor industri pascapandemi Covid-19.
Optimisme Kelas Menengah
Tenaga Ahli Utama Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Lutfi Ridho menegaskan, pemerintah tetap berupaya memperkuat konsumsi rumah tangga.
Namun, kunci utamanya adalah membangun kepercayaan publik terhadap prospek pendapatan.
“Mereka harus yakin, terutama pada keyakinan pendapatan di masa depan,” kata Lutfi.
Ia menambahkan, DEN akan memfokuskan perhatian pada peningkatan optimisme dan stabilitas pendapatan masyarakat.
Jika kepercayaan itu terbentuk, konsumsi rumah tangga bisa kembali menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi, meski investasi diperkirakan tetap menjadi pendorong utama tahun depan.
| Ekonom Nilai Redenominasi Rupiah Tak Mendesak, tapi Bisa Basmi Money Laundry hingga Korupsi |
|
|---|
| Kirim Karangan Bunga ke Menkeu, Produsen Food Tray Kecewa MBG Lebih Pilih Impor |
|
|---|
| Bos Bank Indonesia: Redenominasi Rupiah Butuh Persiapan Lama, Saat Ini Fokus Jaga Ekonomi |
|
|---|
| Menkeu Purbaya Ingin Dilibatkan dalam Negosiasi Utang Whoosh dengan China: Biar Tahu Seperti Apa |
|
|---|
| Ketua Banggar DPR Ungkap Redenominasi Rupiah Harus Penuhi Sejumlah Prasyarat, Apa Saja? |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.