Konflik Rusia Vs Ukraina
Disanksi Ekonomi Usai Serang Ukraina, Rusia Lirik Bitcoin Untuk Alat Transaksi Internasional
Keberadaan mata uang kripto di Rusia yang awalnya dilarang keras pemerintah hingga Bank sentral, kini nampaknya mulai dilonggarkan.
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Keberadaan mata uang kripto di Rusia yang awalnya dilarang keras pemerintah hingga Bank sentral, kini nampaknya mulai dilonggarkan.
Terlebih setelah adanya sanksi sosial yang dijatuhkan pada Rusia, akibat invasinya terhadap Ukraina.
Aksi serangan yang dilakukan negara pimpinan Vladimir Putin tersebut, membuat Amerika Serikat dan koloninya menutup segala akses layanan perbankan internasional pada Rusia sejak Selasa (22/2/2022) kemarin.
Baca juga: Tentara Rusia Hampir Tiba di Ibu Kota Ukraina
Hal ini berimbas pada penutupan akses SWIFT yang biasa digunakan perusahaan Rusia untuk melakukan perdagangan internasional. Sebagai informasi SWIFT merupakan sistem perbankan yang memungkinkan suatu negara dapat melakukan transaksi dengan negara lain secara cepat dan efisien. Sistem struktural SWIFT sendiri, hingga saat ini dikuasai oleh AS.
Dengan adanya penutupan akses SWIFT, membuat Rusia kini sulit melakukan kegiatan transaksi internasional dengan negara lainnya. Tak hanya itu dalam rangka untuk mematikan kegiatan ekonomi Rusia, Amerika diketahui telah melarang Rusia menggunakan dolar sebagai alat transaksi kegiatan ekspor impornya.
Baca juga: Investor Kripto Abaikan Perang Rusia-Ukraina, Bitcoin Melaju di Jalur Hijau
Adanya larangan-larangan tersebut, kemudian membuat Rusia memutar otak untuk menggunakan blockchain Bitcoin sebagai alternatif dalam sistem pembayaran internasional.
Terlebih banyak perusahaan Rusia, yang saat ini telah membekali diri dengan memproduksi alat cryptocurrency. Hal inilah yang membuat negara tersebut mendapat predikat sebagai negara penambang Bitcoin terbesar ketiga di dunia.

Dibekali dengan teknologi Lightning Network yang canggih, para perusahaan Rusia mengklaim alat blockchain miliknya, bisa menjadi alat alternatif pengganti sistem perbankan SWIFT.
Cara ini dilirik pemerintah Rusia, setelah beberapa negara seperti Venezuela dan Iran sukses mencoba cara ini untuk alat transaksi perdagangan minyak, saat keduanya mendapat sanski dari AS.
Rusia berharap nantinya jika Bitcoin jadi digunakan sebagai alat transaksi internasional, maka memungkinkan perusahaan besar di negara tersebut bisa bertransaksi dengan cepat serta bebas biaya tambahan.