Jumat, 12 September 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Disanksi Ekonomi Usai Serang Ukraina, Rusia Lirik Bitcoin Untuk Alat Transaksi Internasional

Keberadaan mata uang kripto di Rusia yang awalnya dilarang keras pemerintah hingga Bank sentral, kini nampaknya mulai dilonggarkan.

Editor: Sanusi
CNBC/Twenty/20
Ilustrasi Bitcoin 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Keberadaan mata uang kripto di Rusia yang awalnya dilarang keras pemerintah hingga Bank sentral, kini nampaknya mulai dilonggarkan.

Terlebih setelah adanya sanksi sosial yang dijatuhkan pada Rusia, akibat invasinya terhadap Ukraina.

Aksi serangan yang dilakukan negara pimpinan Vladimir Putin tersebut, membuat Amerika Serikat dan koloninya menutup segala akses layanan perbankan internasional pada Rusia sejak Selasa (22/2/2022) kemarin.

Baca juga: Tentara Rusia Hampir Tiba di Ibu Kota Ukraina

Hal ini berimbas pada penutupan akses SWIFT yang biasa digunakan perusahaan Rusia untuk melakukan perdagangan internasional. Sebagai informasi SWIFT merupakan sistem perbankan yang memungkinkan suatu negara dapat melakukan transaksi dengan negara lain secara cepat dan efisien. Sistem struktural SWIFT sendiri, hingga saat ini dikuasai oleh AS.

Dengan adanya penutupan akses SWIFT, membuat Rusia kini sulit melakukan kegiatan transaksi internasional dengan negara lainnya. Tak hanya itu dalam rangka untuk mematikan kegiatan ekonomi Rusia, Amerika diketahui telah melarang Rusia menggunakan dolar sebagai alat transaksi kegiatan ekspor impornya.

Baca juga: Investor Kripto Abaikan Perang Rusia-Ukraina, Bitcoin Melaju di Jalur Hijau

Adanya larangan-larangan tersebut, kemudian membuat Rusia memutar otak untuk menggunakan blockchain Bitcoin sebagai alternatif dalam sistem pembayaran internasional.

Terlebih banyak perusahaan Rusia, yang saat ini telah membekali diri dengan memproduksi alat cryptocurrency. Hal inilah yang membuat negara tersebut mendapat predikat sebagai negara penambang Bitcoin terbesar ketiga di dunia.

Orang-orang, beberapa membawa tas dan koper, berjalan di stasiun metro di Kyiv pada 24 Februari 2022. - Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina pada hari Kamis dengan ledakan terdengar segera setelah di seluruh negeri dan menteri luar negerinya memperingatkan
Orang-orang, beberapa membawa tas dan koper, berjalan di stasiun metro di Kyiv pada 24 Februari 2022. - Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina pada hari Kamis dengan ledakan terdengar segera setelah di seluruh negeri dan menteri luar negerinya memperingatkan " invasi skala penuh" sedang berlangsung. (Photo by Daniel LEAL / AFP) (AFP/DANIEL LEAL)

Dibekali dengan teknologi Lightning Network yang canggih, para perusahaan Rusia mengklaim alat blockchain miliknya, bisa menjadi alat alternatif pengganti sistem perbankan SWIFT.

Cara ini dilirik pemerintah Rusia, setelah beberapa negara seperti Venezuela dan Iran sukses mencoba cara ini untuk alat transaksi perdagangan minyak, saat keduanya mendapat sanski dari AS.

Rusia berharap nantinya jika Bitcoin jadi digunakan sebagai alat transaksi internasional, maka memungkinkan perusahaan besar di negara tersebut bisa bertransaksi dengan cepat serta bebas biaya tambahan.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan