Sabtu, 15 November 2025

Asia Tengah dan Selatan Pasar Terbesar Kripto, India Terbesar Total Transaksinya

Setelah halving atau potongan 50 persen seperti terjadi di bulan Mei 2020, kini justru terjadi peningkatan besar-besaran pada transaksi BTC

Penulis: willy Widianto
Editor: Sanusi
dok.
Bitcoin 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Empat tahun sekali, dunia kripto dihebohkan dengan halving Bitcoin(BTC). Setelah halving atau potongan 50 persen seperti terjadi di bulan Mei 2020, kini justru terjadi peningkatan besar-besaran pada transaksi BTC, yang didorong oleh bertumbuhnya adopsi dan keterlibatan komunitas.

Tren ini membawa manfaat bagi keseluruhan lanskap kripto. Halving keempat dan yang terbaru terjadi pada hari Jumat(19/4/2024) lalu dengan jumlah bitcoin yang dibuat setiap 10 menit sekali turun ke 3,125.

Yang membedakan halving tersebut dengan yang lain adalah meningkatnya keterlibatan institusional sejak 2020, disertai dengan integrasi produk-produk keuangan tradisional seperti ETF.

Baca juga: Bitcoin Halving Rampung, 5 Token Ini Layak Dipantau

Hal ini, bersama dengan berkurangnya hadiah blok dan makin banyaknya Bitcoin yang dipegang oleh para investor institusional jangka panjang, memicu pembahasan menyangkut guncangan pasokan.

"Kita tidak bisa mengetahui segalanya mengenai masa depan kripto. Namun, untuk mendapatkan wawasan lebih luas, kita harus memahami konteksnya. Mari kita bahas penggunaan Bitcoin saat ini dan bagaimana kita bisa sampai di sini," kata Pengamat Pasar Finansial Octa, Kar Yong Ang dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Sabtu(27/4/2024).

Diketahui kripto berawal dengan Bitcoin pada tahun 2009. Saat Bitcoin menjadi makin populer, mata uang lain, seperti Namecoin dan Litecoin di tahun 2011, memasuki pasar, dengan fitur uniknya masing-masing.

Kemajuan besar terjadi pada tahun 2015, ketika Ethereum dan kontrak pintar membuka pintu untuk aplikasi yang terdesentralisasi (dApps) dan tokenisasi aset.

Namun, maraknya ICO pada tahun 2017 juga membawa kekhawatiran mengenai penipuan dan regulasi, menyebabkan penurunan yang disebut Crypto Winter pada tahun 2018. Periode ini membawa masa ke penilaian ulang proyek-proyek blockchain, dan menyorot kebutuhan akan aplikasi praktis.

Pada tahun 2020, lanskap berubah dengan pertumbuhan finansial terdesentralisasi (decentralised finance atau DeFi), yang menyediakan layanan keuangan baru tanpa perantara tradisional. Hal ini menyebabkan kemunculan platform-platform seperti MakerDAO, Compound, dan Uniswap.

Pada tahun, terjadi lonjakan token non-fungible (NFT), yang menampilkan potensi blockchain dalam seni, barang koleksi, gaming, dan hiburan.

Tren ini mendapat perhatian masyarakat luas. Khususnya, NFT dari Beeple terjual dengan nilai yang memecahkan rekor sebesar $69 juta. Dengan perubahan ini, lembaga-lembaga seperti PayPal, Visa, dan Tesla makin menyambut terbuka mata uang kripto, dan ini adalah bukti peningkatan minat atas aset digital.

Makin banyak perusahaan mulai menerima kripto: Ralph Lauren, Microsoft, dan airBaltci melalui pembayaran online langsung; sementara Adidas, DoorDash, dan Chevron melalui kartu hadiah. Bitrefill bahkan melampaui batas ritel, mencakup kartu kredit, utilitas, pinjaman, layanan kesehatan, hipotek, dan banyak lagi.

Kemudian lanjut Kar Yong Ang pada tahun 2022, FTX, sebuah bursa kripto utama, bangkrut, menimbulkan keraguan di pasar. Namun, pada tahun 2023 pemulihan kuat terjadi, dengan melonjaknya nilai Bitcoin dan Ethereum, masing-masing lebih dari 160 persen dan dua kali lipat.

"Para investor seperti BlackRock dan Fodelity makin mendorong keyakinan, dan UE menyetujui beberapa regulasi kripto. Trend pembayaran kripto dan integrasi fintech," kata Kar Yong Ang.

Baca juga: Momen Halving Day Bitcoin, Sequal Ventures Akuisisi Project Web3 Superlative Secret Society

Dinamika wilayah dalam adopsi kripto tahun lalu menurut Kar Yong Ang, Asia Tengah dan Selatan serta Oseania termasuk pasar mata uang kripto yang paling dinamis di dunia. Dalam hal volume transaksi, wilayah-wilayah ini merupakan pasar terbesar ketiga setelah Amerika Utara dan Tengah, Eropa Utara dan Barat, serta menyumbang 20% dari aktivitas kripto global.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved