Konsumen Akan Beli Mobil Listrik Asal Ada Fasilitas Isi Ulang di Apartemen, Harga Mahal Tak Masalah
Tiga dari empat responden menyatakan siap bermigrasi ke mobil listrik jika pajaknya ditiadakan.
Penulis:
Choirul Arifin
Rasa cemas akan kehabisan daya di tengah jalan menjadi yang utama. Konsumen juga tidak yakin akan standar keamanan mobil listrik.
“Lompatan pesat menuju elektrifikasi mobil membutuhkan kolaborasi yang kuat antara pihak pemerintah dan swasta, juga pendekatan jangka panjang yang telah disesuaikan dengan setiap kondisi pasar yang unik,” Yutaka Sanada, Regional Senior Vice President Nissan Motor Co. Ltd, menyatakan dalam acara Nissan Futures. “Konsumen di Asia Tenggara mengindikasikan pentingnya peran pemerintah mereka dalam promosi mobil listrik.”
Baca: Riset Nissan dan Frost & Sullivan: Masyarakat Indonesia Siap Terima Kehadiran Mobil Listrik
Sementara itu, sebagai produsen pihaknya harus mampu menjelaskan lebih baik lagi mengenai keamanan EV, sebagai opsi yang cerdas dan bisa diandalkan untuk kondisi cuaca apapun.
“Kendaraan listrik Nissan telah melewati uji coba yang luar biasa di tengah kondisi ekstrim. Kami bangga untuk menyampaikan bahwa 300.000 pembeli kendaraan Nissan LEAF telah berkendara lebih dari 3,9 miliar kilometer di seluruh dunia sejak 2010, dan tidak pernah ada insiden kritis apapun menyangkut baterainya,” ungkap Sanada.
Vivek Vaidya, Senior Vice President of Mobility di Frost & Sullivan menambahkan, angka penggunaan kendaraan listrik yang ada sekarang tidak seutuhnya mencerminkan permintaan yang ada di baliknya, yang nyatanya jauh lebih tinggi.
"Ini berlawanan dengan pandangan yang ada di masyarakat bahwa biaya EV yang tinggi menjadi penghambat, riset menunjukkan bahwa faktor keamanan dan pengisian ulang mendominasi benak konsumen. Jika industri dan pemerintah dapat menyingkirkan penghalang ini, kita akan meraih potensi yang maksimal,” sebutnya.