Ada Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm, Ketahui Perbedaan 3 Vaksin yang Digunakan di Indonesia
Indonesia saat ini menggunakan tiga jenis vaksin yakni Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm. Lantas, apa perbedaan ketiga jenis vaksin tersebut?
Berdasarkan uji klinis fase 3 di Indonesia, vaksin Sinovac menunjukkan efikasi sebesar 65,3 persen.
Di Indonesia sendiri, vaksinasi dengan Sinovac diberikan pada orang dewasa usia 18-59 tahun dan usia lanjut di atas 60 tahun.
Terkait efek samping, vaksin Sinovac hanya memunculkan nyeri di sekitar bekas suntikan, rasa gatal, dan mengantuk pasca vaksinasi.
Vaksin Sinovac yang ada di Indonesia saat ini juga dinilai efektif melawan varian baru virus corona, salah satunya mutasi B.1.1.7.
Baca Juga: 20 dari 28 Subjek Uji Klinis Vaksin Nusantara Alami Kejadian Tidak Diinginkan, Ini Penjelasan BPOM
Vaksin AstraZeneca
Dikembangkan oleh perusahaan vaksin asal Inggris bersama dengan ilmuwan University of Oxford, vaksin AstraZeneca berbasis vaksin vektor adenovirus simpanse.
Ini berarti pengembang vaksin mengambil virus yang biasanya menginfeksi simpanse, untuk kemudian dimodifikasi secara genetik demi menghindari kemudian infeksi parah terhadap manusia.
Vaksin yang dimodifikasi ini membawa sebagian dari virus Covid-19 yang disebut protein spike.
Saat disuntikkan ke manusia, vaksin akan memicu respons kekebalan terhadap protein spike, sehingga tubuh menciptakan antibodi dan sel memori yang akan mampu mengenali virus penyebab Covid-19.
Vaskin AstraZeneca sendiri memiliki efikasi 64,1 persen setelah satu dosis suntikan dan 70,4 persen setelah suntikan kedua.
Efek samping pasca penyuntikan vaksin AstraZeneca yakni rasa nyeri, gatal, menggigil, demam, mengantuk, lelah, sakit kepala, dan mual.
Sama seperti Sinovac, AstraZeneca pun diklaim bisa melawan varian baru virus corona B.1.1.7.
Vaksin Sinopharm
Dikembangkan oleh Beijing BioInstitute Biological Product, vaksin Sinopharm adalah jenis vaksin yang dibuat menggunakan teknologi pengembangan yang sama dengan Sinovac.