Kamis, 28 Agustus 2025

Ada Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm, Ketahui Perbedaan 3 Vaksin yang Digunakan di Indonesia

Indonesia saat ini menggunakan tiga jenis vaksin yakni Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm. Lantas, apa perbedaan ketiga jenis vaksin tersebut?

Ilustrasi Parapuan Foto 2021-05-04 21:00:03 

Parapuan.co - Program vaksinasi Indonesia saat ini terus dijalankan. Bahkan, Indonesia telah mendatangkan vaksin baru yakni Sinopharm untuk memenuhi target vaksinasi seluruh masyarakat.

Melansir dari situs resmi Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, per hari Senin (3/5/2021) jumlah masyarakat Indonesia yang sudah vaksinasi ke-1 adalah 12.545.372.

Sedangkan total target sasaran vaksinasi Covid-19 di Indonesia secara keseluruhan adalah 181.554.465.

Baca Juga: Apakah Vaksin Cukup Efektif untuk Varian Virus Corona B1525 yang Sudah Masuk Indonesia?

Perlu kamu ketahui, saat ini Indonesia menggunakan tiga jenis vaksin berbeda. Melansir dari Kompas.com, tiga vaksin tersebut adalah Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm. 

Vaksin yang pertama kali datang dan digunakan adalah Sinovac. Vaksin ini tiba pada tanggal 6 Desember 2020 lalu.

Indonesia mendapat kiriman vaksin Sinovac dari China sebanyak 1,2 juta dosis dan tambahan 1,8 juta dosis pada pengiriman berikutnya.

Vaksin yang kedua adalah AstraZeneca. Vaksin AstraZeneca tiba di Indonesia 8 Maret 2021 lalu sebanyak 1,1 juta dosis.

Lalu pada 26 April vaksin AstraZeneca datang lagi sejumlah 3,8 juta dosis vaksin.

Sedangkan vaksin yang ketiga adalah Sinopharm. Vaksin Sinopharm ini berasal dari Pemerintah Uni Emirat Arab yang tiba di Indonesia Sabtu (1/5/2021).Vaksin Sinopharm yang baru saja tiba ini sejumlah 500.000 dosis.

Dari tiga jenis vaksin yang digunakan di Indonesia, adakah perbedaan di antara ketiganya?

Vaksin Sinovac

Dibuat oleh perusahaan biteknologi asal China, Sinovac dikembangkan dengan teknologi inactivated virus atau virus utuh dari SARS-CoV-2 (penyebab Covid-19) yang sudah dimatikan.

Tujuan vaksin ini adalah memicu sistem kekebalan tubuh terhadap virus tanpa menimbulkan respons penyakit yang serius.

Berdasarkan uji klinis fase 3 di Indonesia, vaksin Sinovac menunjukkan efikasi sebesar 65,3 persen.

Di Indonesia sendiri, vaksinasi dengan Sinovac diberikan pada orang dewasa usia 18-59 tahun dan usia lanjut di atas 60 tahun.

Terkait efek samping, vaksin Sinovac hanya memunculkan nyeri di sekitar bekas suntikan, rasa gatal, dan mengantuk pasca vaksinasi.

Vaksin Sinovac yang ada di Indonesia saat ini juga dinilai efektif melawan varian baru virus corona, salah satunya mutasi B.1.1.7.

Baca Juga: 20 dari 28 Subjek Uji Klinis Vaksin Nusantara Alami Kejadian Tidak Diinginkan, Ini Penjelasan BPOM

Vaksin AstraZeneca

Dikembangkan oleh perusahaan vaksin asal Inggris bersama dengan ilmuwan University of Oxford, vaksin AstraZeneca berbasis vaksin vektor adenovirus simpanse.

Ini berarti pengembang vaksin mengambil virus yang biasanya menginfeksi simpanse, untuk kemudian dimodifikasi secara genetik demi menghindari kemudian infeksi parah terhadap manusia.

Vaksin yang dimodifikasi ini membawa sebagian dari virus Covid-19 yang disebut protein spike.

Saat disuntikkan ke manusia, vaksin akan memicu respons kekebalan terhadap protein spike, sehingga tubuh menciptakan antibodi dan sel memori yang akan mampu mengenali virus penyebab Covid-19.

Vaskin AstraZeneca sendiri memiliki efikasi 64,1 persen setelah satu dosis suntikan dan 70,4 persen setelah suntikan kedua.

Efek samping pasca penyuntikan vaksin AstraZeneca yakni rasa nyeri, gatal, menggigil, demam, mengantuk, lelah, sakit kepala, dan mual.

Sama seperti Sinovac, AstraZeneca pun diklaim bisa melawan varian baru virus corona B.1.1.7.

Vaksin Sinopharm

Dikembangkan oleh Beijing BioInstitute Biological Product, vaksin Sinopharm adalah jenis vaksin yang dibuat menggunakan teknologi pengembangan yang sama dengan Sinovac.

Vaksin Sinopharm dibuat dengan metode inactivated virus atau virus yang dimatikan untuk memicu respons kekebalan sehingga mencegah keparahan terhadap infeksi penyakit.

Baca Juga: Pelonggaran Protokol Kesehatan Hingga Mutasi Virus Jadi Penyebab Lonjakan Kasus Covid-19 di India

Vaksin Sinopharm memiliki efikasi 78 persen berdasar hasil uji klinik di Uni Emirat Arab yang melibatkan 42.000 relawan.

Adapun efek samping vaksin Sinopharm ini adalah kemerahan, bengkak di area bekas suntikan, sakit kepala, diare, nyeri otot, batuk, dan lain sebagainya.

Dikembangkan oleh pihak yang berbeda dengan metode yang tak sama pula, tiga jenis vaksin yang digunakan di Indonesia tentu saja memiliki perbedaan.

Namun bukan berarti perbedaan ini menciptakan jenis vaksin yang lebih baik dan buruk. Sebab ketiganya sama-sama digunakan untuk meningkatkan imunitas tubuh terhadap virus corona.

Di samping itu, jangan lupa kalau vaksin bukan membuat seseorang kebal.

Oleh karena itu, protokol kesehatan seperti mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari kerumunan terus dilakukan demi menekan risiko penularan. (*)

Sumber: Parapuan
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan