Sekolah Tatap Muka Juli, Orang Tua Perlu Pertimbangkan Dua Hal Ini Sebelum Memberikan Izin
Sekolah tatap muka akan kembali dimulai Juli. Mendikbudristek beberkan dua hal yang bisa dijadikan bahan pertimbangan izin oleh orang tua.
Parapuan.co - Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) telah memberikan arahan bahwa sekolah tatap muka kembali dimulai bulan Juli.
Namun perihal izin sekolah tatap muka, sepenuhnya adalah hak orang tua.
Orang tua memiliki hak untuk memberikan izin buah hatinya mengikuti sekolah tatap muka ataupun tidak.
Hal ini disampaikan Nadiem seperti dilansir dari Kompas.com, "Itu hak prerogatif orang tua untuk memilih anaknya mau pembelajaran tatap muka (PTM) atau pembelajaran jarak jauh (PJJ)."
Nadiem pun menyampaikan bahwa sekolah tatap muka kembali digelar seiring dengan guru dan tenaga pendidik yang mendapat prioritas vaksin Covid-19.
Menurutnya, tidak ada solusi lain selain anak-anak harus mulai berinteraksi lagi.
Namun meski begitu, tentu ada kekhawatiran para orang tua, terutama ibu, saat mengantarkan kembali buah hati ke sekolahnya.
Virus corona yang sepenuhnya belum hilang, menimbulkan risiko paparan pada si kecil saat ia kembali aktif beraktivitas di luar rumah.
Bukannya tidak ingin buah hati bertemu teman dan belajar di sekolah, namun dari sisi kesehatan tentu harus dipertimbangkan.
Beruntung, kebijakan sekolah tatap muka ini tidak diwajibkan, alias orang tua punya hak mutlak menentukan apakah buah hatinya boleh ikut atau tidak.
Itu berarti, selama masih persiapan sekolah tatap muka satu bulan ke depan, orang tua bisa mempertimbangkan berbagai aspek untuk memutuskan mengirim si kecil ke sekolah.
Nadiem Makarim pun memberikan dua hal yang bisa jadi pertimbangan orang tua dalam persiapan sekolah tatap muka putra dan putrinya.
Baca Juga: Ini Alasan IDAI Belum Merekomendasikan Sekolah Tatap Muka di Indonesia
Pertama adalah mengetahui seberapa jauh si kecil bisa menerapkan protokol kesehatan dan kedua orang tua melihat situasi pelaksanaan sekolah tatap muka di tempat si kecil belajar.
Masih melansir dari Kompas.com, kecemasan yang dirasakan orang tua ketika anaknya kembali sekolah di masa pandemi memang nyata.
Contohnya yang dirasakan oleh Senny, salah satu orang tua peserta didik.
Ia sebenarnya senang sekolah tatap muka kembali dibuka, namun di satu sisi ia pun khawatir akan kesehatan anaknya.
"Anak saya kelas 3 SD, dan saya senang sekali dengan rencana sekolah tatap muka. Tapi kekhawatiran itu tetap ada.
"Kegalauan ibu-ibu umumnya adalah jaminan yang bisa diberikan agar kita rela dan ikhlas melepas anak-anak. Karena kita tahu anak-anak tidak seperti kita (yang paham dan bisa) menjaga protokol kesehatan," tutur Senny.
Menanggapi hal tersebut, Nadiem Makarim menawarkan pertimbangan pertama yakni mengetahui dulu seberapa jauh si kecil bisa menerapkan protokol kesehatan.
"Tiap orang tua mengenal anaknya dan punya level risiko tersendiri. Hak memutuskan anak kembali ke sekolah secara tatap muka atau masih pembelajaran jarak jauh saja, ada di orang tua," tegasnya.
Jika memang anak sudah paham penerapan protokol kesehatan untuk diri sendiri, maka orang tua bisa melihat pertimbangan kedua.
Rekomendasi pertimbangan kedua yang disampaikan oleh Mendikbudristek yakni orang tua datang langsung ke sekolah dan melihat proses pembelajaran.
Bagaimana proses pembelajaran dan protokol kesehatan diterapkan, akan menjadi pertimbangan orang tua.
Misalnya, tatap muka hari pertama, orang tua tidak mau kirim anak ke sekolah, tidak apa-apa.
Orang tua bisa datang dulu ke sekolah, memonitor protokol kesehatan dan proses pembelajaran.
Jika hari kedua orang tua yakin dengan pembelajaran tatap muka di sekolah dan protokol kesehatannya, serta buah hati sudah paham cara memakai masker serta disiplin menjaga jarak dan mencuci tangan, boleh mengantar akan ke sekolah.
"Namun, akhirnya kembali kepada keputusan ibu untuk memilih apakah anak sudah boleh mengikuti tatap muka," pungkas Nadiem. (*)