Calon Presiden 2014
Capres-Cawapres Harus Mau Buka Hasil Test Psikologi
Saya kira harus dibuka hasilnya supaya rakyat tahu kayak apa sih tingkat kecerdasan, kecakapan, kejujuran, dan tingkat komitmen capres
Penulis:
Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meskipun data kesehatan pasangan capres-cawapres termasuk data pribadi yang bersifat rahasia, namun karena diperlukan untuk bahan penilaian terhadap calon pemimpin bangsa, maka sebaiknya dibuka.
"Saya kira harus dibuka hasilnya supaya rakyat tahu kayak apa sih tingkat kecerdasan, kecakapan, kejujuran, dan tingkat komitmen capres yang akan dipilihnya," kata Juru debat Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Fahri Hamzah, Senin (2/6/2014).
Menurutnya, orang mau masuk jadi pegawai perusahaan saja harus diperiksa tes kesehatannya dan pemilik perusahaan berhak menolak kalau terbukti secara kesehatan baik fisik maupun rohani tidak sesuai dengan kriteria kebutuhan perusahaan.
"Rakyat harusnya juga diberi tahu, kalau memang mau menerima kekurangan yah itu terserah rakyat sendiri," kata Fahri Hamzah.
Ditanya, apakah Prabowo setuju (hasil tes psikologinya, red) diumumkan, sambil tertawa, Fahri mengatakan bila tujuannya untuk mendapatkan pemimpin yang baik, rakyat tahu karakter pemimpinnya, kenapa tidak?
"Makanya saya ajukan usulan ini supaya rakyat tidak salah memilih pemimpin. Kan hasil tesnya bisa digunakan untuk lakukan penilaian." ujarnya.
Fahri mengatakan, yang paling penting diketahui oleh publik adalah hasil test psikologi karena dengan mengetahui hasil test psikologi, rakyat yang akan memilih akan tahu seperti apa konsistensi capres, kemantapan hati, kecerdasan, motivasi dan alasan yang mendorongnya menjadi calon presiden.
Terpisah Pakar Hukum Tata Negara dari Universitas Parahyangan Bandung, Jawa Barat Asep Warlan Yusuf mengatakan bahwa hasil test kesehatan menurut UU Pilpres tidak boleh dipublikasikan.
Menurutnya, hasil test kesehatan yang dilakukukan oleh tim dokter dan ditetapkan oleh KPU hanya bisa memberikan informasi mengenai layak tidaknya calon presiden dan calon presiden secara kesehatan jasmani maupun rohani.
”Jadi tidak bisa dipaksakan kepada KPU bahwa hasil test kesehatan diungkapkan ke publik,” katanya.
Namun menurut Asep ada baiknya pasangan capres maupun cawapres yang berkompetisi dalam pilpres membuka sendiri data kesehatannya baik fisik maupun rohaninya.
”Mereka tidak bisa dipaksa untuk membuka data kesehatan itu, kecuali dari mereka sendiri ada kerelaan untuk membukanya agar rakyat bisa menilai dengan baik kondisi kesehatan mereka, psikologis mereka,” katanya.