Minggu, 7 September 2025

Pentingnya Pengelolaan Perpustakaan dan Arsip sebagai Penentu Kemajuan Bangsa

Nadiem mengingatkan guru, kepala sekolah hingga orangtua bahwa Indonesia saat ini mengalami krisis literasi

Penulis: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Siswa SD beraktivitas di ruang baca Perpustakaan Nasional (Perpusnas) di Jakarta, Kamis (20/2/2020). Selain megah dan memiliki koleksi lengkap, Perpusnas juga menyediakan ruangan perpustakaan untuk anak-anak, penyandang disabilitas dan lansia. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

“Kalau kita bicara tentang kecerdasan bangsa, semua tertuju pada perpustakaan. Tapi jangan lupa, kalau semua itu diawali oleh arsip. Semua pertama kali diletakan pada arsip bernama undang-undang,” ujarnya.

Baca: Uthi Mahesa Gadis Padang Lahir di Tahun Kabisat, Usia 20 Tahun tapi Baru 5 Kali Bersua Tanggal Lahir

Baca: Bahagianya Rianti Cartwright, Main Tik Tok dengan Perut Buncit Setelah Nantikan Buah Hati 9 Tahun

Syarif mengibaratkan negara Indonesia sebagai pesawat terbang di mana perpustakaan dan arsip menjadi sayap yang menerbangkan pesawat tersebut.

Perpustakaan dibutuhkan untuk menciptakan bangsa yang maju yang memiliki budaya baca dan indeks literasi yang tinggi, sementara pengelolaan arsip yang baik diperlukan untuk membangun bangsa yang kuat yang didukung birokrasi yang kuat dan akuntabel.

“Perpustakaan dan arsip adalah dua komponen yang tidak terpisahkan, karena dua komponen itu, maka bisa menerbangkan sebuah negara yang maju, kuat dan berperadaban,” katanya.

Kemudian kemampuan memahami apa yang tersirat dari yang tersurat, kemampuan untuk mengemukakan ide atau gagasan teori baru, kreativitas atau  inovasi baru.

Juga kemampuan menciptakan barang atau jasa yang bermutu yang bisa dipakai kompetisi global.

Pemerintah pun telah mengeluarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang memastikan adanya layanan perpustakaan di daerah sehingga masyarakat di seluruh pelosok memiliki bahan bacaan.

Tahun 2019, tercatat Indonesia memiliki jumlah perpustakaan kedua terbanyak di dunia yakni sebanyak 164.610, namun hal tersebut tidak didukung tenaga pustakawan yang hanya mencapai 12.000 dari total kebutuhan 600.000 orang.

“Kita bersinergi dengan perguruan tinggi untuk melakukan digitalisasi konten yang tersedia pada gawai ponsel sehingga perpustakaan dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas. Kita pastikan perpustakaan tidak terpisahkan dari generasi milenial,” kata Syarif.

Revolusi Perpustakaan Melalui Internet

Pengiat Gerakan Pustaka Bergerak, Nirwan Ahmad Arsuka mendorong para pustakawan dan pengiat literasi untuk memaksimalkan penggunan internet dalam gerakan literasi di daerahnya masing–masing.

“Internet merupakan perpustakaan yang paling besar,” ujarnya saat diskusi  tentang Peran Pegiat Literasi dalam Meningkatkan Literasi Masyarakat.

Menurutnya teknologi internet dapat menyebarkan informasi ke seluruh dunia dengan cepat, selain itu kualitas ilmu pengetahuan yang dimiliki juga semakin bermutu dan dapat dengan mudah didapat melalui fitur mesin pencarian (search engine).

Dengan internet maka perpustakaan tidak lagi terbatas pada ruang, fungsi perpustakaan dapat dengan mudah diperluas dengan membangun jaringan relawan sehingga gerakan literasi bisa merambah ke seluruh wilayah.

Baca: Epson Turut Lestarikan Sejarah Lewat Digitalisasi Arsip Perpustakaan Reksa Pustaka

Baca: Melihat 4 Perpustakaan Unik di Dunia, Picture Book Library di Jepang Punya Tampilan Instagenik

“Ini adalah revolusi perpustakaan. Perpustakaan bergerak, bergerak tanpa batas,” ungkapnya.

Halaman
123
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan