Profil Soe Hok Gie, Aktivis dan Demonstran Indonesia yang Lantang Menentang Orde Lama dan Orde Baru
Berikut ini profil Soe Hok Gie & kronologi kematian di Gunung Semeru, aktivis dan demonstran Indonesia yang lantang menentang Orde Lama dan Orde Baru.
Penulis:
Yunita Rahmayanti
Editor:
Garudea Prabawati
Gemsos adalah organisasi bawah tanah para mahasiswa sebagai wadah berdiskusi dan berpikir kritis.
Saat itu Soe Hok Gie tertarik mengikuti Gemsos pada akhir 1961, karena mereka memiliki pemikiran yang sama, yaitu sering mengkritik pemerintahan Orde Lama yang dipimpin Soekarno.
Soe Hok Gie kian aktif dalam organisasi Gemsos.
Kemudian, ia mengusung temannya, Herman Lantang, untuk menjadi ketua Senat Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia (SM FS-UI) pada 1964.
Herman terpilih sebagai Ketua SM FS-UI untuk periode 1964-1966.
Sedangkan Soe Hok Gie sebagai Pembantu Staff SM FS-UI.
Melihat banyaknya organisasi politik mahasiswa di kampus, Soe Hok Gie berinisiatif untuk membentuk MAPALA UI, yang mewadahi mahasiswa netral.
Baca juga: Gerwani dan Stigma Negatif Organisasi Perempuan Indonesia, Sering Dihubungkan dengan G30S 1965
Peran Soe Hok Gie dalam dunia Demonstran
Peran Soe Hok Gie dalam dunia demonstran adalah saat koneksinya meluas.
Gemsos saat itu berafiliasi dengan Partai Sosialis Indonesia (PSI) dan militer, untuk meruntuhkan Orde Lama.
Keadaan politik Indonesia saat itu sedang rumit.
Soe Hok Gie berpendapat sistem Demokrasi Terpimpin tidak jauh berbeda dengan kepemimpinan diktator.
Ia dan teman-temannya sering turun ke jalan untuk melancarkan protes pada pemerintah.
Puncaknya yaitu setelah tragedi G30S pada 1965.
Pada 1966, demo besar-besaran dilakukan oleh para mahasiswa karena harga naik bus dari Rp 200 menjadi Rp 1000.