Kamis, 9 Oktober 2025

Materi Sekolah

Pengertian Petir, Proses terjadinya Sambaran Petir, dan Ulasan Mengapa Petir Menghasilkan Bunyi

Sambaran petir tidak selalu terjadi saat hujan lebat. Simak ulasan proses terjadinya sambaran petir dan alasan mengapa petir dapat menghasilkan bunyi.

https://www.freepik.com/photoangel
Ilustrasi petir - Sambaran petir tidak selalu terjadi saat hujan lebat. Simak ulasan proses terjadinya sambaran petir dan alasan mengapa petir dapat menghasilkan bunyi. 

TRIBUNNEWS.COM - Guntur dan kilatan petir sering terjadi ketika hujan lebat.

Meski kedua fenomena tersebut dapat terjadi ketika hujan, namun guntur dan petir adalah hal yang berbeda.

Menurut Library of Congress, guntur disebabkan oleh ekspansi udara yang cepat di sekitar jalur sambaran petir.

Sebagai contoh, sambaran petir berawal dari awan ke pohon atau atap di dekatnya.

Sambaran petir hanya membutuhkan seperseribu detik untuk membelah udara.

Suara petir yang keras mengikuti kilatan petir biasanya berasal dari sambaran itu sendiri.

Namun, guntur atau suara gemuruh yang terdengar dari petir sebenarnya berasal dari ekspansi udara yang cepat di sekitar sambaran petir.

Lalu, bagaimana fenomena ini terjadi?

Baca juga: 17 Tahun Tsunami Aceh, Pimpinan MPR: Aceh Telah Memberi Inspirasi Dalam Menghadapi Bencana

Fenomena terjadinya Petir

Ilustrasi petir-Prakiraan Cuaca BMKG di 33 Kota Besar Hari Ini, 9 April 2020: Potensi Hujan Petir di Sejumlah Daerah.
Ilustrasi petir (Wide Open Eats)

Dikutip dari Sci Jinks, petir berawal dari muatan statis di awan karena pengaruh angin sangat bergolak ketika hujan.

Tetesan air di bawah awan terperangkap dalam aliran udara.

Kemudian, tetesan tersebut bergerak ke atas dan terangkat ke tempat yang sangat tinggi, di mana atmosfer yang jauh lebih dingin akan membekukannya.

Sementara itu, downdraft di awan mendorong terbentuknya es, sehingga hujan es turun dari atas awan.

Ketika es yang turun bertemu dengan air yang naik, maka elektron dilepaskan.

Sebenarnya proses terjadinya petir cukup rumit.

Hasil dari semua prosesnya adalah awan bagian bawah menjadi bermuatan negatif dan bagian atas bermuatan positif.

Medan listrik ini menjadi sangat kuat, dengan atmosfer bertindak sebagai isolator di antara mereka di awan.

Ketika kekuatan muatan mengalahkan sifat isolasi atmosfer, maka petir terjadi.

Baca juga: Bencana Hidrometeorologi Landa 2 Wilayah di Sulsel: Banjir di Palembang & Tanah Longsor di Lahat

Mengapa Petir yang menyambar menghasilkan bunyi?

Dikutip dari Library of Congress, seperti yang telah dijelaskan di awal, sambaran petir berawal dari awan ke pohon atau atap di dekatnya.

Kemudian, petir yang menyentuh tanah biasanya akan mengembalikan sambaran petir kedua kembali dari tanah ke awan.

Panas dari arus balik ini dapat menaikkan suhu udara di sekitarnya menjadi sekitar 27.000°C (48.632°F).

Kenaikan suhu yang cepat juga meningkatkan tekanan udara dengan cepat, misalnya naik menjadi 10 sampai 100 kali tekanan atmosfer normal.

Di bawah tekanan seperti itu, udara panas meledak keluar dari saluran, menekan udara di sekitarnya.

Saat udara panas mengembang, tekanan turun, kemudian udara mendingin, dan berkontraksi.

Hasilnya adalah gelombang kejut dengan ledakan suara yang keras dan menggelegar yang dikirim ke segala arah.

Karena sifat listrik mengikuti rute terpendek, sebagian besar sambaran petir mendekati garis vertikal.

Sehingga gelombang kejut yang lebih dekat ke tanah mencapai telinga manusia terlebih dahulu, kemudian diikuti benturan gelombang kejut dari tempat yang lebih tinggi.

Petir vertikal sering terdengar dalam satu gemuruh panjang, namun jika sambaran petir bercabang, suaranya berubah.

Gelombang kejut dari cabang petir yang berbeda akan memantul satu sama lain.

Gelombang tersebut dapat memantul melalui awan yang menggantung rendah dan bukit-bukit di dekatnya untuk menciptakan serangkaian guntur yang lebih rendah dan terus menerus.

Perlu diketahui, kehadiran petir dan guntur tidak selalu datang bersamaan.

Terkadang petir dapat muncul begitu saja di langit tanpa diikuti suara guntur.

Baca juga: Kakek di Ponorogo Meninggal Karena Tersambar Petir Saat Membajak Sawah

Bagaimana cara berlindung dari potensi sambaran petir?

ilustrasi
ilustrasi (Pinterest)

Dikutip dari Sci Jinks, ada beberapa cara pencegahan yang dapat kamu lakukan untuk menghindari potensi sambaran petir.

Perlu diingat jika sambaran petir tidak selalu terjadi ketika hujan lebat, namun juga dapat terjadi ketika hujan sedang bahkan saat cuaca cerah.

1. Tidak ada tempat aman di luar ruangan dari potensi sambaran penting, maka hindari aktivitas di luar ruangan ketika cuaca ekstrem.

2. Saat terdengar guntur, masuklah ke dalam ruangan.

Jika kamu dapat mendengar guntur, maka guntur tersebut jaraknya cukup dekat denganmu.

Berilah jeda 30 menit setelah guntur dan petir berakhir sebelum kembali beraktivitas di luar ruangan.

3. Jika kamu berada di luar, masuklah ke dalam gedung tertutup.

Kamu juga cukup aman di dalam kendaraan dengan jendela tertutup dan jangan menyentuh logam apa pun.

4. Jika kamu berada di dalam gedung tertutup, maka jauhi jendela, pancuran, wastafel, bak mandi, dan peralatan elektronik seperti TV, radio, telepon kabel, dan komputer.

5. Jika terjadi hujan disertai guntur dan petir ketika kamu berada di luar ruangan dan tidak dapat mencapai tempat yang aman, maka hindari area terbuka dan dataran tinggi.

6. Jika di luar ruangan atau di jalan, maka jangan pernah berlindung di bawah pohon dan menjauh dari benda-benda tinggi lainnya seperti utilitas dan tiang bendera.

7. Jauhi bangku dan pagar logam.

8. Jangan pernah berbaring di tanah ketika cuaca ekstrem, karena hal itu meningkatkan kemungkinan terkena arus tanah yang berbahaya.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Materi Sekolah

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved