Materi Sekolah
Mengenal Bahan, Alat Produksi, dan Proses Pembuatan Batik: Nganji hingga Pencelupan Warna
Berikut bahan, alat produksi, dan proses pembuatan batik, simak penjelasan lengkapnya dalam artikel ini.
Penulis:
Katarina Retri Yudita
Editor:
Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Berikut bahan, alat produksi, dan proses pembuatan batik, simak penjelasan lengkapnya dalam artikel ini.
Sejak masa lalu, Indonesia telah menggunakan produk batik sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mulai dari pakaian hingga kebutuhan ritual budaya.
Dalam sejarahnya, secara magis pemilihan teknik rintang warna (resist dyeing) pada batik ditujukan untuk mengundang keterlibatan roh pelindung guna menolak pengaruh roh jahat.
Selain itu, proses pembuatan batik melalui beberapa tahap, mulai dari nganji hingga pencelupan warna dan pelorotan.
Dalam pembuatan batik dibutuhkan beberapa bahan dan alat produksi.
Baca juga: Mengenal Batik Pedalaman atau Klasik dan Batik Pesisir, Berbeda Cara Pembuatan dan Motifnya
Berikut bahan, alat produksi, dan proses pembuatan batik, dikutip dari Buku Prakarya Kelas 7 Semester 1:
A. Bahan produksi batik
Bahan utama yang digunakan dalam membatik adalah kain katun putih, malam, dan zat pewarna sintetis atau alami.
1. Kain putih
Kain katun putih yang biasa digunakan adalah kain primissima, kain prima, kain merses, kain sutra, dan katun doby.
Sebagai informasi, kain katun lebih mudah menyerap zat warna dengan baik dibanding jenis poliester.

2. Malam atau lilin
Lilin yang biasa disebut malam merupakan bahan yang dipergunakan untuk membatik.
Sebelum digunakan, lilin atau malam harus dicairkan terlebih dahulu dengan cara dipanaskan di atas kompor.
Malam yang dipergunakan untuk membatik berbeda dengan malam atau lilin biasa.
Malam untuk membatik bersifat cepat menyerap, pada kain tidak mudah copot saat pencelupan, tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses pelorotan lilin malam dalam proses pembuatan batik tulis.
Hal ini berfungsi untuk merintang warna agar tidak masuk ke dalam serat kain di bagian yang tidak dikehendaki.
Kemudian, bagian yang akan diwarnai dibiarkan tidak ditutupi malam.

3. Zat pewarna batik
Pewarna batik terdapat dua jenis, yaitu pewarna sintetis dan pewarna alami.
Pewarna sintetis berbentuk bubuk, penggunaannya harus dilarutkan air terlebih dahulu.
Perlu diketahui, ppewarna sintetis untuk batik terdiri dari napthol, indigosol, reaktif, dan frozen.
Sementara itu, ppewarna alami berbentuk padat yang direbus dalam beberapa jam, hingga menghasilkan ekstrak zat warna alamnya.
Pewarna alami di antaranya adalah kayu secang, kulit manggis, daun indigo, dan jelawe.

B. Alat produksi batik
Peralatan batik terdiri dari berbagai macam, tetapi yang utama adalah kompor, wajan, dan canting.
1. Canting
Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan.
Canting terdiri dari canting tulis dan canting cap.
Canting berfungsi semacam pena, yang diisi lilin malam cair sebagai tintanya.

Canting tulis terdiri dari beberapa cecek (lubang), ada yang terdiri dari satu dengan berbagai ukuran kecil, sedang, hingga besar.
Selain itu, ada yang memiliki cucuk 2 dan cucuk 3.
Bahkan, perkembangan teknologi telah menggerakkan generasi muda untuk menciptakan canting yang dapat dikendalikan dengan listrik.
Canting jenis ini tidak membutuhkan kompor untuk memanaskan malam.

Canting cap adalah alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki.
Motif pada cap cenderung pengulangan.
Cap digunakan dengan maksud mengejar harga jual yang lebih murah dan waktu produksi yang lebih cepat.
Membatik dengan cap harus dialasi dengan bahan berlapis-lapis yang berisi karung, spon, kain, dan plastik.
Spon digunakan untuk menampung air agar alas dalam keadan lembab serta untuk mempercepat kekeringan malam saat dicap ke atas kain.
Selain itu, dibutuhkan wajan malam tersendiri yang berukuran bulat dan lebar yang dapat menampung alat cap yang digunakan.

2. Kompor
Kompor adalah alat untuk membuat api guna memanaskan lilin malam.
Kompor yang biasa digunakan adalah kompor dengan bahan bakar minyak.
Namun, saat ini telah banyak digunakan kompor jenis listrik dan gas, mengingat bahan bakar minyak tanah semakin sulit dicari.
Wajan merupakan perkakas yang digunakan untuk mencairkan malam.
Wajan dibuat dari logam baja atau tanah liat.
Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa menggunakan alat lain.

Adapun alat lain yang digunakan dalam membatik di antaranya dingklik atau kursi pendek, pemidangan atau gawangan untuk membentangkan kain, bandul timah untuk pemberat kain, pola batik, ember, panci, dan wadah penampung limbah malam.


C. Proses pembuatan batik
Terdapat tiga teknik dalam proses pembuatan batik, yaitu teknik cap, teknik tulis, serta teknik campuran cap dan tulis.
Batik dengan teknik cap diperuntukkan dalam pembuatan batik dengan bentuk pengulangan motif.
Motif yang dibuat diperhitungkan dengan ilmu ukur sehingga hasilnya akan sesuai dengan keinginan.
Batik cap tidak memerlukan pola di atas kertas.
Dengan menggunakan cap, perajin sudah mengetahui secara pasti pola yang akan dihasilkan.

Batik tulis dikerjakan dengan menggunakan canting dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain.
Bentuk gambar pada batik tulis nampak lebih luwes dengan ukuran garis motif yang relatif bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap.
Meskipun demikian, batik tulis dapat pula dibuat mengulang bentuk.
Oleh sebab itu, diperlukan pola yang dibuat pada kertas pola dengan ukuran sebesar kain.
Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain.
Gambar tampak lebih rata (tembus bolak-balik), terutama batik tulis yang halus.
Sementara itu, batik dengan teknik campuran cap dan tulis diperuntukkan untuk meningkatkan kuantitas produksi pesanan.
Tujuannya agar pekerjaan menjadi lebih cepat dan mudah.
Proses pembuatan batik tulis terdiri dari berbagai versi sesuai kebiasaan dan kebutuhan perajin di masing-masing daerah.
Istilah yang digunakan dalam pembatikan biasanya menggunakan istilah dalam bahasa Jawa.
Proses pembatikan dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Nganji
Pemberian kanji setelah kain dicuci.
Kegiatan pemberian kanji dapat dilakukan sesuai keinginan dan kebiasaan.
2. Ngemplong
Penghalusan permukaan kain dengan cara dipukul-pukul menggunakan alat pemukul dari kayu agar kain tidak kaku dan mudah menyerap malam dan warna.
3. Nyungging
Membuat pola di atas kertas.
4. Njaplak
Menjiplak pola dari kertas ke kain.
5. Nglowong
Memberi lilin atau malam pada kain sesuai pola.
6. Ngiseni
Memberi isian motif ke dalam pola besar.
7. Nembok
Penutupan pada bagian-bagian tertentu dengan malam agar tetap berwarna putih saat dilorot.
8. Nyolet
Memberi warna dengan kuas atau kayu dengan ujung spon.
9. Nyelup
Memberi warna pada kain dengan pencelupan.
10. Mopok
Memberi isian pada latar belakang pola.
11. Nglorod
Membuang lilin atau malam yang sudah tidak diperlukan lagi agar motif batik terlihat.
12. Nanahi
Memberi isian dengan malam pada latar belakang pola.
13. Selanjutnya dapat dilakukan pencelupan warna terakhir dan pelorotan.


(Tribunnews.com/Katarina Retri)
Artikel lainnya terkait Materi Sekolah