Senin, 15 September 2025

Kunci Jawaban

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 10 Halaman 217: Menganalisis Struktur Teks Biografi

Berikut kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 10 halaman 217, tugas tentang menganalisis struktur teks biografi.

Buku Bahasa Indonesia Kelas X
Berikut kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 10 halaman 217, tugas tentang menganalisis struktur teks biografi. 

TRIBUNNEWS.COM - Berikut kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 10 halaman 217.

Soal pada halaman 217 buku Bahasa Indonesia kelas 10, membahas tugas tentang menganalisis struktur teks biografi.

Sebelum menengok kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 10 halaman 217, diharapkan siswa mengerjakan soal secara mandiri.

Kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 10 diperuntukkan bagi orang tua untuk memandu proses belajar anak.

Tribunnews.com tidak bertanggung jawab dalam perbedaan jawaban pada kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 10 halaman 217.

Baca juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 10 Halaman 213: Teks Biografi B.J Habibie

Berikut ini kunci jawaban buku Bahasa Indonesia kelas 10 halaman 217:

Tugas

Bacalah teks biografi George Saa, Si Jenius dari Papua berikut ini kemudian analisislah struktur teksnya.

Jawaban:

1. Orientasi

Ia dikenal sebagai Sang Jenius dari Papua. Ia lahir di Manokwari pada 22 September 1986. Sejak kecil, dia sering tinggal berpindah-pindah mengikuti orangtuanya. Bahkan, tak jarang dia hidup terpisah dari orangtua. Dia adalah seorang pemenang lomba First Step to Nobel Prize in Physics pada tahun 2004 dari Indonesia. Makalahnya berjudul Ininite Triangle and Hexagonal Lattice Networks of Identical Resisto. Rumus penghitung hambatan antara Dua Titik Rangkaian Resistor yang ditemukannya diberi namanya sendiri yaitu “George Saa Formula”.

Prestasi pemuda berusia 19 tahun ini sangat mengagumkan. Rumus yang ditemukannya berhasil memenangkan First Step to Nobel Prize in Physic yang mengungguli ratusan paper dari 73 negara yang masuk ke meja juri. Para juri yang terdiri atas 30 jawara Fisika dari 25 negara itu hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk memutuskan pemuda 17 tahun asal Jayapura ini menggondol emas.

Oge (nama panggilan George) lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya, Silas Saa, adalah Kepala Dinas Kehutanan Teminabuhan, Sorong. Oge lebih senang menyebut ayahnya petani ketimbang pegawai. Sebab, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Silas, dibantu istrinya, Nelce Wofam, dan kelima anak mereka, mengolah ladang dan menanam umbi-umbian. Kelima anak Silas mewarisi keenceran otaknya. Silas adalah lulusan Sekolah Kehutanan Menengah Atas tahun 1969, sebuah jenjang pendidikan yang tinggi bagi orang Papua kala itu.

Baca juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 10 Halaman 199 200: Ragam Bahasa Tidak Baku dalam Teks Debat

2. Peristiwa-peristiwa Penting

Ia bertutur, karena minimnya ekonomi keluarga, Oge sering tidak masuk sekolah ketika SD hingga SMP. Jarak dari rumah ke sekolah sekitar 10 km. Oge harus naik “taksi” (angkutan umum) dengan ongkos Rp1.500 sekali jalan. Itu berarti Rp3.000 pulang pergi. “Tidak bisa jajan. Untuk naik “taksi” saja Mama sering tidak punya uang. Kalau Oge mau makan harus pulang ke rumah,” katanya. 

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan